Tiap tahun, 5-30 meter daratan Pantura terseret arus laut. Ada ratusan rumah, sejumlah sekolah, dan mushala yang mulai terkikis gelombang laut. Menanam mangrove adalah salah satu cara mencegahnya.
Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara) merupakan Jalan Nasional Rute 1 atau jalan utama yang ada di Pulau Jawa. Jalan ini melewati 5 provinsi sepanjang 1.316 km di sepanjang pesisir pantai utara Jawa, yaitu Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jalur ini menjadi urat nadi utama transportasi darat karena setiap harinya dilalui oleh 20.000-70.000 kendaraan. Jalur ini berperan paling strategis dalam
perekonomian Indonesia. Boleh dikatakan, jalur ini bisa menentukan hitam atau putihnya perekonomian pulau Jawa bahkan nasional.
Namun, jalur vital ini sekarang dalam keadaan
terancam. Hal ini disebabkan karena
abrasi yang terjadi dari tahun ke tahun. Abrasi pantai di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017, terdapat 400 kilometer pantai di Indonesia yang telah tergerus atau abrasi. Dari jumlah tersebut sekitar 100 lokasi dintaranya tersebar di 17 provinsi di Tanah Air. Tidak terkecuali wilayah pesisir pantura yang melalui 5 Propinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Foto : Jalur pantura Saat ini, pantai utara (pantura) yang berada di Jawa Tengah terus digerus abrasi. Luas areal yang hilang dari Brebes hingga Rembang mencapai
lebih dari 4.000 hektare (ha). Rata-rata daratan yang terseret arus laut 5-30 meter per tahun. Abrasi itu mengakibatkan
rusak dan hilangnya hutan bakau (mangrove), perkebunan rakyat, areal pertambakan, dan permukiman penduduk yang berada di bibir pantai.
Kabupaten Pati menjadi daerah yang tentunya termasuk didalam jalur pantura. Kini, abrasi menjadi ancaman yang nyata bagi permukiman masyarakat Pati. Kabupaten Pati memiliki garis pantai sepanjang 60 km dan sedang mengalami kerusakan. Hal ini terjadi akibat adanya pembukaan lahan mangrove. Apabila hal itu dibiarkan, yang terjadi adalah tenggelamnnya daratan di tepian pantai.
Foto : Abrasi yang terjadi di sisi jalur pantura Jarak tepian pantai dengan dengan permukiman warga dibeberapa wilayah hanya terpisahkan jalan selebar satu meter dari tepi laut. Selain itu, beberapa petak tambak
hilang ditelan ombak. Air laut sudah mendekati permukiman penduduk. Padahal sebelumnya masih berjarak berkisar 100-150 meter.
Di sisi lain Kabupaten Pati, ada ratusan rumah, sejumlah sekolah, dan mushala yang dindingnya mulai terkikis akibat gelombang laut. Sebetulnya, kejadian tersebut dapat dihindari dengan cara penanaman mangrove dan perawatan pesisir dengan baik.
Foto : Abrasi yang terjadi di sisi jalur pantura Rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia sendiri telah dilakukan sejak tahun 1988, namun hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang nyata (Nawir et al. 2008). Salah satu penyebab kegagalan program rehabilitasi hutan dan lahan adalah tidak adanya mekanisme pemantauan dan evaluasi yang diterapkan secara benar (Sahureka 2008).
Hutan sendiri memiliki banyak
fungsi, diantaranya:
(1) fungsi dalam mengatur tata air (menyediakan air bersih untuk kehidupan manusia, menyediakan cukup air untuk pertumbuhan tanaman budidaya)
(2) fungsi dalam menyediakan udara bersih (pepohonan pada siang hari melepaskan oksigen yang dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain termasuk manusia)
(3) fungsi sebagai tempat hidup bagi keanekaragaman hayati lain (berbagai jenis burung dan kelelawar yang berperan dalam membantu penyerbukan bunga dan pengendali hama memanfaatkan pepohonan sebagai tempat bersarang atau bertengger; cacing tanah dan hewan-hewan tanah memanfaatkan daun yang gugur untuk menyuburkan tanah)
(4) fungsi produksi yang menghasilkan kayu dan buah-buahan sebagai sumber pendapatan
Pemantauan dan evaluasi pertumbuhan pohon perlu dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai jumlah dan jenis pohon yang mampu beradaptasi, laju pertumbuhannya dan mempelajari faktor penyebab ketidakmampuan beradaptasinya sehingga dapat dijadikan sebagai perbaikan pada kegiatan yang akan datang.
(1) membagun prinsip, kriteria dan indikator
(2) mengembangkan pemantauan dan evaluasi berbasis masyarakat dan memilih metode pemantauan dan evaluasi
(3) membentuk tim pemantau, merancang kegiatan pemantauan dan evaluasi, dan memberikan pelatihan kepada tim pemantau
(4) pelaksanaan pemantaun di lapangan
(5) analisa data, evaluasi dan pelaporan
Bersamaan dengan hal ini,
Lindungi Hutan turut mendukung dan melakukan pembinaan bersama
Growpal untuk melakukan rehabilitasi mangrove di Jalur Pantura khususnya Kabupaten Pati.
Growpal merupakan platform investasi perikanan yang mempertemukan investor dan pembudidaya ikan. Sebagai salah satu perusahaan yang fokus dalam pengembangan budidaya perikanan, Growpal berkomitmen untuk menjalankan program Budidaya Perikanan Berkelanjutan yang selaras dengan upaya konservasi. Growpal juga menerapkan proses kalkulasi dan analisa lingkungan secara matang sebelum dilakukan proses budidaya perikanan agar dapat mencapai Optimum Sustainable Yield (OSY). Tentunya, dengan penerapan proses uji kelayakan tersebut, Growpal sangat berharap akan terwujudnya pemenuhan kebutuhan pangan, ekonomi, dan kesejahteraan lingkungan yang seimbang.
Namun bagaimana pun, program ini tetap tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat mengingat tenaga dan biaya yang diperlukan tidaklah sedikit. Berdasarkan zona penanaman, luas penanaman 1 hektar wilayah hutan payau.
Teknik yang digunakan dalam penanaman adalah:
Pertama, pancang bambu. Pancang bambu akan dipancang pada posisi depan yang fungsinya untuk menahan laju ombak agar tanaman mangrove yang baru ditanam tidak terbawa arus/ombak. Adapun pancang bambu yang dibutuhkan dengan panjang garis pantai 50 m adalah 40 bambu.
Foto : Metode Penanaman MangroveKedua, distribusi ajir tanaman dan bibit mangrove. Ajir tanaman dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1,5-2cm dengan panjang 100 cm, yang fungsinya untuk menyangga tanaman mangrove sedangkan jenis tanaman yang akan ditanam untuk hutan payau adalah tanaman mangrove jenis Rhizophora Mucronata dengan jumlah per 0,5 Hektar adalah 4.000 batang.
Kegiatan ini diharapkan akan berdampak positif, terutama untuk meminimalisasi terjadinya abrasi. Jika ini terus berlanjut, pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam baik berupa pertambakan maupun pertanian akan mendapat porsi yang sesuai sehingga dalam jangka panjang dapat mendukung keberlangsungan hidup masyarakat Pantura, khususnya di daerah pesisir pantai. Hal ini juga membuktikan komitmen Growpal dalam mendukung pelestarian lingkungan khususnya di Kabupaten Pati.
Source:
Kampusundip.com, nasional.tempo.co, wwf.or.id, merdeka.com, potretkarawang.blogspot.com, jateng.tribunnews.com, rayapos.com.
Nawir AA, Murniati, Rumboko L. 2008.
Rehabilitasi hutan di Indonesia: akan kemanakah arahnya setelah lebih dari tiga dasawarsa? Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).
Sahureka M. 2008. Implementasi program GN-RHL di Kota Ambon.
Jurnal Agroforestri 3(2): 148-156.
Kampanye alam"Pohon dari Growpal untuk Pati" telah dilaksanakan diKabupaten Pati pada tanggal24 Februari 2019 dibantu olehRelawan LindungiHutan Pati dan juga peserta gabung aksi yang berjumlah10 orang. Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanye "Pohon dari Growpal untuk Pati" dapat diakses di link berikut Penanaman Growpal