Yuk rehabilitasi mangrove di Pantai Desa Tangkurak agar bencana seperti tsunami kemarin bisa diminimalisir
Mangrove merupakan salah satu tanaman pantai yang dikenal sebagai
penahan arus gelombang alut untuk meminimalisisr terjadinya abrasi yang tentu akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar pantai. Namun, keberadaan
hutan mangrove di pantai Desa Tangkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang dewasa ini terlihat sangat memprihatinkan. Menurut Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Herry Herlan, faktor penyebab rusaknya ribuan hektar hutan mangrove tersebut yaitu, besarnya arus gelombang dari laut Jawa ke arah daratan. Hal ini mengakibatkan masyarakat pesisir Serang
mengalami permasalahan baik secara lingkungan, sosial maupun ekonomi akibat kerusakan ekosistem mangrove. Degradasi ekosistem mangrove mengakibatkan terjadinya abrasi.
Foto: Kegiatan Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten (2017), Warga pesisir Serang telah kehilangan ratusan hektar area pertambakan dan terus mengalami penurunan produksi ikan bandeng yang menjadi komoditi utama tambak di pesisir Serang. Banyak petambak yang akhirnya beralih profesi menjadi pedagang dan buruh bangunan.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa kerusakan sumberdaya mangrove dan ekosistemnya disebabkan oleh
alih fungsi kawasan mangrove menjadi lahan tambak dengan mengabaikan aspek kelestarian sumberdaya mangrove dan ekosistemnya. Oleh karena itu, agar kedua aspek ini (lingkungan dan ekonomi) dapat berjalan beriringan, perlu dilakukan pengkajian serta pengelolaan yang tepat terkait penempatan hutan mangrove dan area pertambakan.
Selain itu, rusaknya ekosistem mangrove di sebagian pesisir Serang menyebabkan
tidak adanya pelindung wilayah pesisir untuk memitigasi bencana sehingga saat terjadi tsunami selat Sunda maka dampak desktruktifnya sangat signifikan dan menimbulkan banyaknya korban jiwa. BNPB (2018) menyebutkan bencana tsunami selat Sunda telah menyebabkan 437 korban meninggal dunia, 14.059 orang mengalami luka-luka dan 33.721 orang mengungsi akibat tsunami selat Sunda yang diakibatkan oleh longsoran bawah laut dari erupsi gunung anak Krakatau. Salah satu solusi untuk mencegah kerusakan hutan mangrove dari arus gelombang adalah dengan membuah tanggul pemecah gelombang. Karena, berapa ratus ribu pohon bakau yang ditanam akan menjadi sia-sia jika setiap hari mereka diterjang oleh kencangnya arus gelombang air laut. (Annisa)
Melalui
“Gerakan RawatBumi” yang diinisiasi oleh
LindungiHutan, saya Novi Utami dan teman-teman dari
KeMANGTEER Serang mengajak kalian semua untuk ikut bersama lestarikan mangrove
di Desa Lontar, Kec. Tirtayasa Kab. Serang Prov. Banten.
Besaran donasi yang diperlukan untuk melakukan penanaman dan perawatan pohon adalah Rp 5.000/pohon.
Dengan Rincian : - Biaya Bibit
- Biaya Tanam
- Biaya perawatan selama 1 Tahun (Update perkembangan pohon dapat dilihat di website ini)
- Update dilakukan selama 3 Bulan sekali
- Pengembangan Website Lindungi Hutan
Bagaimana Cara Berdonasi ?? - Klik Tombol Donasi
- Input Jumlah Pohon yang akan di donasikan
- Pilih Transaksi Pembayaran
- Konfirmasi
- Nama Anda Akan muncul di Halaman Donatur
- Selesai
Anda Juga dapat melakukan Gabung Aksi penanaman dengan melakukan pendaftaran di Tombol “Gabung Aksi”, biaya ditanggung peserta.
Salam Lestari !! Kampanye alam "Serang #RawatBumi: Lestarikan Ekosistem Mangrove di Selat Sunda Bersama KeMANGTEER Serang" telah dilaksanakan diKota Serangpada tanggal21 April 2019 dibantu olehkeMANGTEERdan juga peserta gabung aksi yang berjumlah 26 orang.
Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanyeini dapat diakses di link berikut RawatBumi Serang