Yuk bantu kami untuk meminimalisir abrasi di pesisir Marang Kayu, Kutai Kartanegara.
Hai kawan! Perkenalkan nama saya
Reynaldi Alfiansyach mahasiswa Universitas Mulawarman yang tergabung dalam
Mapala Plankthos Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.
Muara Badak merupakan sebuah kecamatan yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kecamatan Muara Badak memiliki luas wilayah mencapai 939,09 km2 yang dibagi dalam 13 desa dengan jumlah penduduk sekitar 45.954 jiwa (2015). Kecamatan Muara Badak memiliki beberapa objek wisata yaitu Pantai Pangempang, Pantai Samberah, Pantai Panritalopi, dan Pulau Mutiara Pangempang (Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035).
Salah satu objek wisata yang terkenal di muara badak yaitu pantai. Kawasan Tanjung Pangempang adalah salah satu
lokasi penting yang menyediakan habitat lahan basah berupa ekosistem pesisir pantai dan merupakan daerah yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan konservasi. Tanjung Pangempang yang berada di pesisir Kalimantan Timur merupakan sebuah daratan yang menjorok ke laut dan menyerupai pulau, sehingga Tanjung Pangempang memiliki karakteristik dan keunikan ekosistem tersendiri.
Deforestasi dan alih fungsi lahan telah
menimbulkan dampak ekologi yang sangat besar bagi Indonesia dan dunia. Sekian lama dikenal sebagai "zamrud khatulistiwa”, saat ini Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%, dan hanya menyisakan sekitar 125,9 juta hektar hutan darat (KLHK, 2018), dan sekitar 3,5 juta hektar hutan mangrove (Times Indonesia, 2017).
Foto: sekitar lokasi penanamanFungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan
terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan
berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Penanaman pohon melalui kegiatan reboisasi maupun penghijauan merupakan salah satu cara untuk
meregenerasi kawasan hutan yang telah rusak. Kadang kala hutan yang telah rusak bisa memulihkan dirinya sendiri dengan melibatkan benih tanaman yang terbawa oleh angin atau binatang. Tetapi, laju penghutanan secara alami tidak sebanding dengan laju kerusakan hutan atau deforestasi. Bahkan pada tingkat kerusakan yang parah alam tidak bisa memulihkan dirinya sendiri.
LindungiHutan, sebagai salah satu yayasan pelestarian hutan dan pemberdayaan petani bibit memiliki misi untuk menghijaukan Indonesia dan menanam sejumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020. Untuk
mewujudkan hal tersebut, LindungiHutan memiliki beberapa project, salah satunya sukses LindungiHutan laksanakan pada bulan Desember 2018 lalu, bertajuk "Harapan Hutan". Project ulang tahun Yayasan Lindungi Hutan ke-2 tersebut berupa penanaman 11.000 bibit mangrove di Semarang dan penanaman 5.000 bibit mangrove di Kendal, dengan peserta yang datang lebih dari 500 orang dan mendapat dukungan dari lintas instansi.
Dari project tersebut, kami yakin bahwa
harapan itu masih ada. Masih banyak yang peduli, masih banyak yang ingin hutan dan lingkungan lestari. Kemudian, kami ingin semakin menginisiasi lebih banyak harapan itu kembali, maka kami menginisasi project "
Rawat Bumi" yang di agendakan untuk memperingati Hari Bumi di setiap tanggal 22 April. Momen ini kami jadikan sebagai ungkapan terimakasih kita semua terhadap bumi yang telah menjadi tempat yang nyaman meskipun penghuninya tak berlaku baik.
Maka dari itu, dengan memiliki visi dan misi yang sama dalam pelestarian Lingkungan terutama pada ekosistem pesisir kami bekerjasama dengan
Mapala PLANKTHOS dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur serta mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak bersama dalam sebuah aksi nyata untuk mengajak masyarakat kembali peduli terhadap bumi. Dengan target melibatkan lebih dari 1.000 peserta gabung aksi dengan jangkauan ke seluruh daerah di Indonesia.
Selain melakukan kegiatan penanaman Mangrove untuk melestarikan lingkungan, Mapala PLANKTHOS juga akan merayakan
Hari jadi (MILAD) yang ke -14 tahun. Penanaman Mangrove dipilih sebagai konsep perayaan MILAD ini untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan pesisir.
Dan sesuai dengan komitmen Yayasan Lindungi Hutan yang bukan hanya berfokus pada kegiatan penanaman, project "Rawat Bumi" inipun juga akan mencakup kegiatan pasca-penanaman meliputi perawatan tanaman dan monitoring yang dapat dipantau melalui website lindungihutan.com. Tidak berhenti sampai disitu, kegiatan ini akan dilakukan pula kegiatan bersih sampah di daerah kampanye alam tersebut sebagai bentuk dukungan LindungiHutan pada program pemerintah dalam
PROGRAM INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020.
KLIK DONASI SEKARANG!