Kondisi ini kian memprihatinkan terutama bagi nelayan yang bertempat tinggal dikawasan tersebut dengan runtuhnya bibir pantai ke laut.
Bukit Batu merupakan salah satu dari 13 kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Sebagian besar penduduk bermukim di ibu kota Bukit Batu yakni Sungai Pakning. Dahulu Kecamatan Bukit Batu dikenal dengan julukan kota di Atas Minyak, Bawah Minyak. Saat ini, selain hutan yang luas, sebagian besar wilayah Bukit Batu berisi perkebunan karet, sawit dan kelapa.
Abrasi merupakan hal yang cukup menakutkan bagi sebagian warga pesisir utara. Berdasarkan data pengamatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bengkalis (2018) setidaknya di Kecamatan Bukit Batu
panjang pantai yang terkena dampak abrasi 40 Km, dengan panjang
daerah kritis 11 Km dan laju rata-rata abrasi pertahun 3-5 meter. Abrasi yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Bengkalis sudah terjadi sejak tahun 1988 sampai sekarang. Artinya, peristiwa akibat fenomena alam ini sudah
berlangsung puluhan tahun dan sudah banyak kawasan pemukiman dan perkebunan maupun tanah maysarakat dan bibir pantai yang amblas diterjang gelombang, sehingga ada beberapa kawasan yang kita kategorikan ke dalam kawasan kritis.
Foto: Pantai TenggayunAbrasi yang terjadi disejumlah desa di kecamatan Bukit Batu kabupaten Bengkalis terus mengancam kehidupan masyarakat disana, namun upaya penanganan yang dilakukan pemerintah
masih sangat minim. Desa yang sudah terkenal abrasi cukup parah diantaranya desa Sepahat,
Tenggayun, Parit Satu Api-Api sampai desa Buruk Bakul dan Sungai Selari. Kondisi ini
kian memprihatinkan terutama bagi nelayan yang bertempat tinggal dikawasan tersebut dengan runtuhnya bibir pantai ke laut.
Menurut Tun Ariyul Fikri yang sebagai Pengamat Lingkungan dan Direktur Eksekutif Lingkaran Hijau Bengkalis dalam
riau.go.id (2017) menilai, abrasi tersebut sudah memasuki tahap mengkhawatirkan dan bukan lagi sekedar mengikis daratan. Bahkan sudah mengancam rumah dan perkebunan masyarakat. Gelombang pasang yang datang dari Selat Melaka telah menyisir Selat Bengkalis dan merobohkan pesisir pantai yang ada. Tingkat abrasi di desa-desa bagian utara Bukti Batu sudah sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya mengancam ekosistem, tapi juga kehidupan masyarakat yang bermukim di pesisir pantai. Sementara langkah kongkrit penanganan dari pemerintah masih jauh dari harapan.
Foto: Abrasi yang terjadi di pesisir BengkalisPemerintah kabupaten
sudah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan penanganan dengan
membuat batu pemecah gelombang di daerah rawan abrasi. Tetapi tidak mungkin dilakukan secara keseluruhan karena membutuhkan
biaya yang sangat besar.Maka upaya baik untuk mengatasinya adalah dengan
penanaman mangrove secara terus menerus.Melalui kampanye ini, Relawan LindungiHutan Riau ikut serta dalam agenda "H
utan Merdeka"akan melakukan
penanaman bibit pohon mangrove di ekosistem sekitar
Desa kayu ara permai, Kec. Sungai Apit, Kab. Siak. (Dedes)
Foto: Lokasi penanamanBesaran Donasi yang diperlukan untuk melakukan penanaman dan perawatan pohon adalah Rp 5.000/pohon.Dengan Rincian : - Biaya Bibit
- Biaya perawatan selama 1 Tahun (Update perkembangan pohon dapat dilihat di website ini)
- Update dilakukan selama 3 Bulan sekali
- Pengembangan Website Lindungi Hutan
Bagaimana Cara Berdonasi ?? - Klik Tombol Donasi
- Input Jumlah Pohon yang akan di donasikan
- Pilih Transaksi Pembayaran
- Konfirmasi
- Nama Anda Akan muncul di Halaman Donatur
- Selesai
Anda Juga dapat melakukan Gabung Aksi penanaman dengan melakukan pendaftaran di Tombol “Gabung Aksi”, biaya ditanggung peserta.Salam Lestari !!
Kampanye alam"#HutanMerdeka: Berjuang bersama Relawan Riau cegah abrasi di Siak" telah dilaksanakan diSiak pada tanggal29 Juni 2019 dibantu olehRelawan LindungiHutan Riau dan juga peserta gabung aksi yang berjumlah14 orang.
Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanye ini dapat diakses di link berikut HutanMerdeka Riau