Connect with us

Bisnis Lestari

Ekosistem Karbon Biru: Potensi, Simpanan Karbon, dan Tantangan 2024

Published

on

Ekosistem karbon biru

Kamis, 14 Maret 2024, LindungiHutan sukses menggelar serial webinar Green Skilling dengan tema “Pengelolaan Hutan dan Karbon Biru Berkelanjutan untuk Penyeimbangan Emisi Karbon Individu dan perusahaan”. Hadir mengisi webinar tersebut, Alma Cantika Aristia, Product Manager LindungiHutan.

Di sesi pertama webinar, Alma menjelaskan banyak hal mengenai ekosistem karbon biru dan tren blue carbon Indonesia mulai dari potensi hingga tantangan yang ada.

Apa Itu Karbon Biru?

Karbon biru (blue carbon) adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Disebut “biru” karena terbentuk di bawah air. Mangrove, rawa gambut, padang lamun, terumbu karang, dan fitoplankton membentuk ekosistem penghasil dan penyimpan karbon biru.

Keterlibatan mereka sangat krusial dalam mengurangi dampak perubahan iklim, berkat kemampuan mereka menyerap emisi karbon yang tertahan di atmosfer. Ini mendukung pencapaian tujuan, baik di tingkat nasional maupun global yang telah ditentukan secara kolektif untuk mengatasi perubahan iklim.

“Karbon biru itu apa sih? Karbon yang ditangkap dan disimpan di samudera jadi di laut, di ekosistem pesisir gitu baik itu di pantainya ataupun di lautnya sendiri, hutan mangrove, rawa, semak, jadi karbon biru itu karbon yang tersimpan di ekosistem-ekosistem basah itu tadi,” Jelas Alma.

Adapun beberapa manfaat dan peran ekosistem karbon biru antara lain sebagai:

  • Carbon stock (penyerap dan penyimpan emisi CO2)
  • Mencegah bencana alam (erosi, pasang surut, badai, dan banjir)
  • Penjaga biodiversitas (habitat untuk berbagai jenis tumbuhan dan hewan laut)
  • Meningkatkan ekonomi (sumber pendapatan untuk nelayan dan masyarakat sekitar pesisir.

“Selain carbon stock-nya, jadi ekosistem ini menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida yang ada di udara, kemudian juga penjaga biodiversitas, dia juga mencegah abrasi, dan juga blue carbon ini berpotensi banget untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” Sambung Alma. Untuk memahami bagaimana implementasinya, Anda bisa membacanya dalam artikel “Konservasi Hutan Mangrove dan Tren Blue Carbon dalam CSR Perusahaan 2024”

Ekosistem Karbon Biru Apa Saja?

Kategori ekosistem yang termasuk dalam karbon biru antara lain gambut pesisir, rawa, padang lamun, dan terumbu karang, hingga hutan mangrove.

Salah satu yang cukup besar potensi ekosistem biru di Indonesia yaitu hutan mangrove. Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdiri dari pepohonan yang tumbuh di daerah pasang surut.

“Mangrove kita itu luas banget gitu, 3,31 juta hektare ada ya mungkin 50% dari mangrove di dunia, mengingat Indonesia negara dengan gugus pantai yang panjang jadi mangrovenya juga luas,” Ungkap Alma.

Potensi Simpanan Karbon Ekosistem Mangrove

Menariknya lagi, besarnya kawasan hutan mangrove ternyata juga diikuti oleh potensi simpanan karbon yang ada. Sebab, hutan mangrove termasuk salah satu ekosistem karbon biru yang efektif menyerap dan menyimpan karbon.

“Mangrove sendiri untuk penyimpanan karbon itu hampir 5 kali lipat atau bahkan lebih daripada hutan-hutan tropis lainnya, jadi dibandingkan hutan boreal, ataupun hutan tropis sekalipun, mangrove ini punya potensi penyimpanan karbon yang lebih besar sekitar 5 kalinya dari hutan lain,” Jelas Alma.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan Alma, hasil penelitian pada hutan bakau di Indonesia diperkirakan menyimpan 0,82-1,09 Pg C (Pentagram karbon) per hektare. Hutan bakau tidak hanya berfungsi sebagai penyerap karbon.

Jadi bisa dikatakan bahwa blue carbon Indonesia memiliki potensi besar dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Termasuk melalui kawasan hutan mangrove di dalamnya. Tentu, perusahaan/korporasi bisa menyelaraskan komitmen pemerintah dengan insiatif program CSR penghijauan perusahaannya. Simak panduannya dalam “Penanaman Mangrove: Ide Program CSR Lingkugan yang Berdampak”

Tantangan Memaksimalkan Potensi Blue Carbon Indonesia

Bukan tanpa tantangan, dalam rangka memaksimalkan potensi yang ada, upaya rehabilitasi dan konservasi ekosistem karbon biru di Indonesia kerap menemui hambatan. Termasuk juga dalam hutan mangrove. Setidaknya ada 4 hal yang menyebabkan kerusakan ekosistem biru:

  • Alih fungsi lahan
  • Pencemaran limbah
  • Illegal logging
  • Peningkatan laju abrasi

“Memang laut atau ekosistem biru yah jadi wadah untuk membuang segala limbah industri, limbah rumah tangga, dan karena laut itu terhubung antara satu dengan yang lainnya jadi limbahnya itu bisa aja, misal dibuangnya di Papua tapi sampai ke Kalimantan misalnya gitu, karena memang sangat terhubung,” Pungkas Alma.

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50+ Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500+ Perusahaan dan Brand!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *