Tina itulah nama panggilan saya, nama lengkap saya Agustina.Saya berasal dari Pal 20 Ngabang, Kab. Landak , saya anak bungsu dari tujuh bersaudara. Saya sekarang bekerja di SMA Santo Paulus Pontianak. Sejak usia belia, saya telah terlatih dalam upaya pelestarian lingkungan hidup . Tindakan-tindakan sederhana seperti merawat taman di halaman rumah, berkebun,jalan-jalan ke hutan rimba,membuang sampah pada tempatnya,memelihara kebersihan sudah diajarkan oleh orang tua apalagi almarhum ayah adalah seorang guru. Peran keluarga dan sekolah menjadi penentu bagi saya sehingga pendidikan tersebut menjadi filosofi di dalam hidupku,saya selalu ikut dalam kegiatan upaya pelestarian lingkungan hidup. Tahun 2007 saya mengenal komunitas WALHI ( Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).Sejak pernah ikut konferensi rakyat Indonesia di Bekasi tahun 2007 itulah yang membuat saya tetap selalu mencintai Lingkungan Hidup.Mencintai alam semesta adalah filosofiku. Kini, saya adalah seorang relawan Lindungi Hutan. Saya sangat bersyukur bisa bergabung dan menjadi bagian Lindungi Hutan karena lewat Lindungi Hutan saya bisa berkampanye sepuas-puasnya dan menuangkan ide-ide saya agar bisa mengajak semua orang untuk merawat Bumi.Awalnya saya mengenal Lindungi Hutan di facebook,website dan instagram. Lalu saya bergabung dengan berdonasi untuk 10 pohon. Saya senang sekali bisa berdonasi dan mendapatkan kaos rawat bumi lengan panjang beserta stiker-stiker Lindungi Hutan. Sebagai relawan Lindungi Hutan Kalimantan Barat,saya akan terus mengajak semua masyarakat untuk menyadari realitas krisis lingkungan hidup yang terjadi pada bumi sebagai rumah bersama ini, umat manusia dimanapun mesti sadar bahwa perlu melakukan upaya-upaya pemulihan terhadap "luka" yang dialami bumi. Umat manusia dimana pun berada mesti saling mengingatkan, terlebih para pemimpin dunia, pemilik modal dan seluruh warga dunia untuk memikirkan secara bersama-sama gerakan pelestarian lingkungan hidup. Bukan hanya slogan semata tetapi sungguh-sungguh tulus iklas tanpa kepentingan demi keuntungan semata, namun mesti berangkat dari nilai moral iman akan Sang Pencipta, bahwa menjaga dan merawat bumi sama dengan menjaga karya Sang Pencipta. Jika semua warga bumi ini, bersama-sama menyadari betapa pentingnya bumi sebagai tempat manusia dan makluk ciptaan lainnya hidup dan berkembang, maka tidak ada alasan lagi anak-anak manusia untuk dengan mudah merusak bumi dengan membuang sampah sembarangan, menebang hutan, mengeruk perut bumi dengan tambang, mencemari udara dan air dengan zat-zat kimia yang mematikan.