Tiap kali angin musim barat dan angin musim timur berembus, wilayah pesisir pantai Rembang, Jawa Tengah, selalu bergejolak. Nelayan tidak melaut, tambak-tambak rusak, dan sejumlah permukiman diempas gelombang pasang.
Peristiwa itu terjadi sejak 48 tahun silam. Waktu itu, warga pesisir pantai membabat habis mangrove untuk tambak bandeng. Hal serupa terjadi pada era 1990-an tatkala budidaya udang windu merebak. Warga kembali menebangi mangrove untuk memperluas tambak. Tak heran jika keberadaan mangrove di pesisir sepanjang 60 kilometer itu sangat minim. Dari enam kecamatan yang masuk kawasan pesisir, sabuk hijau mangrove hanya terpusat di tiga desa dalam tiga kecamatan.
Wilayah itu adalah Desa Tungulsari (Kecamatan Kaliori), Desa Pasar Bangi (Kecamatan Rembang), dan Desa Dasun (Kecamatan Lasem). Di tiga daerah itulah warga pesisir dapat tidur nyenyak. Gelombang pasang tak lagi segarang dulu. Para petani garam dan petambak pun dapat bekerja dengan tenang. Keberadaan mangrove di tiga desa itu tak lepas dari peran Suyadi, petani garam Kaliuntu, Desa Pasar Bangi, Kecamatan Rembang. Bermula dari keprihatinan terhadap tambaknya yang sering rusak akibat gelombang pasang, pada 1964, ia mulai menanam mangrove.

Suyadi tidak sekadar melestarikan mangrove dengan membudidayakan dan menanam bibit mangrove di sepanjang pesisir pantai. Ia juga berupaya menjaga kelestarian dan keamanan mangrove. Anggota kelompok tani yang merusak satu batang mangrove wajib menanam 200 batang baru. Apabila perusakan itu dilakukan oleh orang di luar kelompok tani, pelaku harus membuat dan menandatangani surat pernyataan tak akan mengulangi lagi perbuatan itu.

”Jika tetap nekat, kelompok tani akan memprosesnya secara hukum. Itulah hukum penegakan mangrove,” kata Suyadi yang kerap menjadi tutor dan pembicara pelestarian mangrove. Hal itu berlaku pula bagi para penembak burung di sekitar mangrove. Sejak 10 tahun silam, mangrove di Desa Pasar Bangi menjadi tempat tinggal atau singgah kawanan burung, seperti burung blekok, kuntul, derkuku, dan jalak.

Pada waktu angin musim timur berembus, ia mengajak anggota kelompok tani membersihkan ganggang lumut di bibit mangrove. Ganggang lumut yang menempel di batang bibit mangrove lama-lama membuat batang tanaman air payau itu mudah patah. ”Kalau dibiarkan, tingkat kematian mangrove sekitar 40-50 persen,” katanya.
Tingkatkan perekonomianPenanaman dan pembibitan mangrove di sepanjang pantai Desa Pasar Bangi tak saja mengamankan kawasan pantai dan permukiman penduduk dari abrasi. Pembudidayaan itu turut meningkatkan penghasilan warga setempat. Keberadaan mangrove memudahkan warga mendapat propagul atau biji mangrove. Biji mangrove dibudidayakan dengan dua cara, yaitu ditanam bersanding dengan mangrove dewasa dan di tambak. Penanaman bibit mangrove bersanding dengan mangrove dewasa sangat efektif. Bibit mangrove mendapat air langsung dari laut sehingga petani tak perlu mengeluarkan biaya operasional pompa penyedot air laut.

Budidaya itu juga semakin memperluas hamparan sabuk hijau di pesisir Dusun Kaliuntu. Bibit mangrove sisa penjualan menjadi tambahan bibit mangrove yang disiapkan untuk ditanam. Tak heran jika setiap tahun mangrove di sepanjang pantai itu bertambah sekitar 10.000 batang.
Penanaman mangrove akan dilakukan bersama Pak Suyadi pada 23 Desember 2017 dengan target penanaman 2000 pohon mangrove. Anggaran untuk melakukan penanaman mangrove sebesar Rp 3.000/ Pohon untuk biaya operasional penanaman dan biaya pembelian bibit mangrove.
Bagaimana Cara Berdonasi :
1. Klik tombol Donasi
2. Pilih jumlah pohon yang akan di donasikan , harga per pohon Rp 3.000,00
3. Pilih metode Pembayaran
4. Selesai
Terima Kasih
Kampanye alam"Cegah Abrasi Pantai Rembang" telah dilaksanakan diPantai Pasar Bangipada tanggal23 Desember 2017 dibantu olehSuyadi dan juga peserta gabung aksi.

Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanyeini dapat diakses di link berikut Penanaman Rembang