Mari ikut berkontribusi bagi kelestarian alam di Bontoramba. Disini sudah mulai berkurang pohon yang bisa menjadi tempat berteduh dan daerah resapan air.
Kabupaten Jeneponto kerap diidentikkan sebagai daerah yang tandus. Hal ini tak lepas kaitannya dengan kondisi iklim daerahnya yang
kering dan curah hujannya yang tergolong rendah dibandingkan dengan kabupaten lainya di Sulawesi Selatan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar wilayah Jeneponto kerap dilanda
kekeringan tiap memasuki musim kemarau.
Kekeringan di Jeneponto memberikan pekerjaan rumah tahunan bagi penduduknya. Kondisi sumur dan sungai yang kering memaksa warga Jeneponto bersiasat mencari air untuk berbagai kebutuhan, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan pertanian agar tak gagal panen. Tak sedikit warga yang memilih menggali dasar sungai yang mengering untuk mencari air yang masih tersisa, meski terkadang
air yang didapat bukanlah air yang bersih.Foto: Ladang di Kampung Tina'ro, BontorambaNamun, air bagi masyarakat Jeneponto tak ubahnya seperti buah simalakama. Pasokan air yang menipis tak hanya membuat warga menderita di musim kemarau, namun juga seringkali membuat warga kebingungan ketika keberadaannya melimpah di musim penghujan.
Ya, Jeneponto juga rawan dilanda banjir.Tak ingin lagi melihat orang-orang di sekitarnya menderita setiap tahun karena persoalan air,
Junaedi, pemuda asal Desa Kareloe, Kecamatan Bontoramba, merasa harus bertindak sesuatu untuk daerahnya. Ia bermimpi alam, terutama air, bisa bersahabat dengan manusia. Ia pun berusaha mewujudkan mimpinya dengan mendirikan sebuah organisasi pecinta alam Bontoramba akhir 2017 lalu. Melalui organisasi ini, pria yang juga aktif mengajar di SMAN 10 Jeneponto itu berharap bisa
membangkitkan kepedulian masyarakat Jeneponto terhadap lingkungan.Foto: Jagung, komoditas masyarakat BontorambaBagi Junaedi, permasalahan lingkungan di Jeneponto, khususnya di Bontoramba, salah satunya disebabkan karena
sudah tak banyak lagi pohon yang tumbuh di sana. Ia merasakan bagaimana panas dan gersangnya kondisi Bontoramba ketika kemarau. Alumni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ini pun mengungkapkan keinginannya bergabung dengan
Gerakan Rawat Bumi dari
LindungiHutan dalam mengkampanyekan pelestarian lingkungan. Ia berharap akan banyak pohon yang tumbuh di Bontoramba yang membuat daerahnya tak lagi gersang dan tandus. Ia juga membayangkan air yang jatuh melimpah saat musim hujan akan segera diserap oleh pohon-pohon yang tumbuh untuk disimpannya sebagai sumber mata air.
Untuk mewujudkan impiannya, Junaedi mengajak seluruh Sahabat di mana pun berada melakukan
donasi dan aksi penanaman pohon di Kecamatan Bontoramba, Jeneponto, Sulawesi Selatan, pada 21 April 2019 nanti. Sesuai rencananya, pohon yang ditanam adalah pohon trembesi yang memang dikenal memiliki kemampuan menyerap air dalam jumlah banyak. (Dinny)
Foto: Lokasi penanamanBesaran Donasi yang diperlukan untuk melakukan penanaman dan perawatan pohon adalah Rp 5.000/pohon.Dengan Rincian : - Biaya Bibit
- Biaya Tanam
- Biaya perawatan selama 1 Tahun (Update perkembangan pohon dapat dilihat di website ini)
- Update dilakukan selama 3 Bulan sekali
- Pengembangan Website Lindungi Hutan
Bagaimana Cara Berdonasi ?? - Klik Tombol Donasi
- Input Jumlah Pohon yang akan di donasikan
- Pilih Transaksi Pembayaran
- Konfirmasi
- Nama Anda Akan muncul di Halaman Donatur
- Selesai
Anda Juga dapat melakukan Gabung Aksi penanaman dengan melakukan pendaftaran di Tombol “Gabung Aksi”, biaya ditanggung peserta.Salam Lestari !!