Viere Nindira Anggraeini atau dipanggil Rere lahir di Jakarta 23 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 26 Oktober 1998. Ia adalah gadis keturunan Sunda-Jawa yang saat ini berdomisili di Bekasi. Ia memiliki satu orang kakak yang baru saja menikah bulan Juni lalu dan seekor kucing betina yang sangat lucu. Sejak kecil Rere selalu diajarkan untuk jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama. Saat ini Rere telah menyelesaikan kuliahnya di jurusan Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada dengan predikat cum laude. Sebelumnya ia bersekolah di SMAN 4 Bekasi dan sejak saat itu juga Rere mulai tertarik dengan hal-hal konservasi. Kuliah di Fakultas Geografi membuat Rere semakin mendalami keragaman alam, mulai dari proses pembentukannya, perubahan bentuk lahan, hingga ancaman yang dapat terjadi. Salah satu ancaman bagi alam adalah kerusakan yang disebabkan oleh keserakahan manusia dan dampaknya dapat kita temui dalam beberapa waktu ke belakang, seperti banjir, tanah longsor, dan hilangnya fungsi hutan. Salah satu kutipan yang selalu Rere ingat ada di dalam cerita rakyat Sulawesi Utara yang berjudul Kisah Burung Kekekow. Di dalamnya terdapat pesan “Tolong menolong tak sebatas antar manusia saja, tetapi untuk semua makhluk tuhan”. Pesan ini yang kemudian dijadikan bekal diri bagi Rere untuk terus menjaga alam. Langkah-langkah kecil yang dilakukan Rere bukan sekadar tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai tetapi juga mengajak orang-orang disekitarnya untuk memilah sampah dan mendaur ulang dengan mengumpulkannya ke bank sampah. Rere memiliki cita-cita untuk dapat menyadarkan masyarakat luas akan pentingnya kehidupan yang seimbang antar alam dan manusia. Tidak akan ada lagi kerusakan karena keserakahan manusia karena sejatinya kita sebagai manusia sudah memiliki kecukupan. Keberlanjutan atau sustainability juga menjadi topik yang tidak akan pernah padam guna mewujudkan alam yang lebih asri dan manusia yang lebih mengerti.