"Kula manggon ten mriki sampun dangu kalih warga mriki. Sak sampune deso mriki keno abrasi, katah sih pindah, sak niki namung keluarga kula mawon sing tasih tinggal ten mriki. (
Dulu saya tinggal disini bersama penduduk lainnya. Setelah abrasi, kini saya dan keluarga kecil saya sendiri ditengah laut).
Tonggo-tonggo kula sampun pindah, namung kula mboten saged pindah amarga mboten enten arto. (
Tetangga-tetangga saya telah pindah, sedangkan saya tak mampu pindah karena tak punya banyak uang).
Foto: sekitar rumah Mak JahSak niki kulo sampun sepuh, kulo gadah lare tiga (3), sing mbarep (pertama) sampun nikah lan gadah lare, lare sing nomor kalih (2) sekolah SMP, lan lare sing ragil (terakhir) tasih sekolah SD. Samben dino kula anter jemput lare kula sekolah ngangge perahu, perahunipun gantosan kalih bojo lan lare kula sing mbarep. (
Kini saya sudah tua, saya memiliki 3 anak: yang paling tua sudah menikah dan memiliki anak, anak ke-2 bersekolah di SMP dan anak ke-3 masih bersekolah di SD. Setiap hari saya mengantarkannya menggunakan perahu untuk ke sekolah, bergantian dengan suami atau anak yang paling tua).
Samben dino kula nyambut damel dados nelayan, sami uga bojoku. Sak sanese kula mbibit bongko kangge ditandur kiyambak, kerana kula yakin tanah sing sampun ilang niki saged mbalik malih. (
Sehari-hari saya bekerja sebagai nelayan, begitu pula dengan suami saya. Selain itu, saya melakukan pembibitkan pohon mangrove, untuk ditanam sendiri karena saya masih percaya jika tanah yang dulu hilang masih bisa kembali).
Sak sanese di tandur kiyambak, kula sade kalih tiyang, namun katah sing mboten tumbas kalih kula. (
Selain untuk ditanam sendiri, saya juga menjual bibit kepada orang-orang, namun jarang ada orang yang membeli apalagi menanam).
Menawi enten tiyang sing tumbas bibite kula niku saged bantu ekonomi keluargane kulo. (
Padahal, jika ada orang yang membeli bibit saya, itu akan membantu kehidupan saya dan keluarga kecil saya sehari-hari.)” - (
Mak Jah).
Foto: CEO lindungihutan bersama Mak Jah tahun 2018 Sejak terkena
dampak abrasi, Mak Jah bertahan sebagai petani bibit mangrove dan melakukan penanaman mandiri. Usaha yang telah dilakukan sejak awal tahun 2000an.
Sudah saatnya
kita membantu Mak Jah dengan membeli bibit yang beliau punya, bibit yang dibeli akan dialokasikan untuk daerah-daerah penanaman di sekitar Demak pada 28Oktober 2019. Harga bibit pohon sebesar Rp. 5.000 / pohon.
Yuk berdonasi dan
menjadi salah satu dari orang-orang baik itu. Karena, ketika bersama-sama semua terasa lebih ringan, lebih mudah, lebih bermakna.
KLIK DONASI SEKARANG!
Kampanye alam"Bantu Mak Jah Cegah Abrasi di Pesisir Demak" telah dilaksanakan diBedono pada tanggal20 Oktober 2019 dibantu olehMak Jah dan juga peserta gabung aksi yang berjumlah19 orang.

Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanye ini dapat diakses di link berikut Bantu Mak Jah