Hai sahabat,
Perkenalkan namaku Muhammad Nana Siktiyana. Aku seorang karyawan swasta yang tinggal di Kota Semarang. Meskipun begitu, aku bukan lah penduduk asli kota ini. Aku menetap di kota lumpia semenjak menyelesaikan program sarjana satu tahun lalu.
Aku juga bukan seorang aktivis yang getol menyuarakan "cinta lingkungan". Hanya warga negara biasa seperti kamu yang skeptis dan abai tentang alam. Namun, pada bulan April 2019 aku mengalami sebuah momen yang mengubah pandangan berpikirku.
Kala itu, aku diajak temanku supaya membantu mereka mempersiapkan acara
Tanjungmas #RawatBumi: Bantu Masa Depan Nelayan Tambak Rejo Menjadi Lebih Baik. Mereka lebih muda dariku, tapi entah mengapa, seolah mereka selalu mempunyai energi untuk kegiatan jaga lingkungan yang tidak memberikan imbalan selain rasa capek dan lelah.

Peserta dan panitia #RawatBumi di Tambakrejo berjibaku dengan lumpur pada penanaman peringatan Hari Bumi 2019.
Foto: Nanda/Relawan LindungiHutan SemarangSebelum acara dilangsungkan, aku tidak tahu apa pun terkait kondisi lapangan. Aku tidak mengerti kondisi budaya, masyarakat, bahkan lokasi tepatnya. Walaupun dimintai bantuan, sebagian besar yang aku lakukan hanya memberi dukungan moral dan saran.
Sehari sebelum hari kegiatan tiba, aku dan temanku menuju ke sana. Sekedar memberitahukan kepada tokoh masyarakat bahwa agenda akan berjalan esok hari di Tambak Rejo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Terletak di pesisir utara Kota Semarang, dekat dengan pelabuhan Tanjung Mas, kami memasuki kawasan perkampungan nelayan. Aku kira akan menemukan banyak hal menarik, tapi ternyata kondisi cukup memperihatinkan yang kami lihat.
Jika kamu menengok kanan-kiri jalan perkampungan, kamu akan menyaksikan rumah penduduk kelas menengah yang berdiri tegak. Seakan mereka hidup dalam kesejahteraan sama seperti kita yang tinggal di pusat kota. Rumah-rumah berdinding beton dan bata. Anak-anak riang bermain bersama. Serta toko-toko dan kios makanan yang menjajakan berbagai sandang-pangan bagi kebutuhan masyarakat lainnya.

Sebuah stasiun pengisian bahan bakar yang tenggelam dalam air laut.
Foto: Nanda/Relawan LindungiHutan SemarangNamun, coba lah menengok lebih dekat. Mendengar lebih banyak. Dan merasakan lebih dalam.
Saat kami berkeliling sekitar, kami menemukan rumah yang tenggelam dan ditinggalkan. Tempat ibadah yang berbatasan dengan lautan. Juga pohon-pohon yang tumbang dan karam diterjang ombak dan pasang. Sampah yang terbawa arus ke daratan. Hingga makam yang hilang karena tanah tak mampu lagi menahan gelombang.

Sebuah makam yang tergenang karena abrasi yang bertahun-tahun menelan pesisir utara Kota Semarang.
Foto: Wisuda/Mongabay Indonesia
Data Bappeda Kota Semarang yang dikutip oleh
Mongabay Indonesia menunjukkan dampak abrasi telah menelan tambak sejauh 652,7 meter dari tahun 2005-2009. Estimasi ini dikeluarkan 11 tahun belakang, lalu bagaimana kondisi pada 2020?
Tentu saja lebih dari itu.
Karena itulah pada momen kali ini, bertepatan 1 tahun kegiatan #RawatBumi 2019 diselenggarakan, aku ingin mengajak kamu kembaliuntuk meneruskan perjuangan yang belum usai.
Aku bukan warga kota ini. Namun, langkah kecil ini akan berdampak besar di kemudian hari.
Salam lestari, dari bumi tempat aku berpijak saat menuliskan cerita ini, untuk kamu yang sedang membaca sepenggal kisah tentang kenyataan yang aku rasa.
Mewakili teman-teman kita,
Muhammad Nana Siktiyana
Dukung untuk mencapai target penanaman 1.000 pohon mangrove ditanam dengan donasi sebesar Rp. 13.000/pohon (termasuk biaya pemantauan selama 1 tahun).Bagaimana cara berdonasi?1. Klik tombol "Donasi Sekarang"2. Masukan data yang diperlukan dan nominal yang kamu inginkan3. Pilih metode pembayaran transfer bank (BCA/BRI/BNI/Mandiri) dan Go-Pay4. Konfirmasi donasi melalu website atau email5. SelesaiSetiap donatur akan mendapatkan e-certificate yang dapat diunduh pada halaman profil.
Kampanye alam ini mendapat pengalihan dana dari kampanye alamAceh Tamiang #RawatBumi: Bantu Restorasi Mangrove di Pesisir Desa Kami,#SatuHutan Karangpandan Kembali Hijau,1000 Mangrove di Teluk Palu dan Ikhtiar meminalisir Imbas Bencana #SatuHutan,Pohon untuk Pulau Pramuka,Pohon untuk Taman Hutan Kota Penjaringan,Sangatta #RawatBumi: Mangrove Untuk Masa Depan Pantai Kenyamukan,Pemalang #RawatBumi: Pengkayaan Jenis Tanaman Mangrove di Pemalang,#HutanMerdeka: Berjuang Bersama Lengke di Polewali Mandar,Tugu #RawatBumi: Tanam Pohon Agar Randugarut Tidak Banjir Lagi, danPohon Untuk Hutan Kota Bolaang Mongondow Selatandiakibatkan campaigner yang bersangkutan tidak kooperatif ketika dihubungi oleh pihak LindungiHutan. Hal tersebut menyebabkan penanaman batal terlaksana, sehingga untuk melancarkan jalannya kampanye alam yang lain pihak LindungiHutan harus melakukan pengalihan dana. Terimakasih
Kampanye alam #RawatSemarang: "Redakan Abrasi Tambakrejo" telah dilaksanakan diTambakrejo, Semarang pada tanggal10 Juni 2020dibantu olehCamar dan juga peserta gabung aksi yang berjumlah9 orangdari Camar dan LindungiHutan.

Dokumentasi lengkap penanaman pada kampanye ini dapat diakses di link berikut Penanaman #RawatSemarang