Connect with us

Lingkungan

Mengenal Silvofishery atau Wanamina, Solusi Tambak Perikanan yang Aman bagi Kawasan Mangrove (2023)

Published

on

Mengenal sistem silvofishery.

Selain sebagai benteng alami penangkal abrasi, hutan mangrove menyimpan banyak manfaat untuk lingkungan maupun manusia. Sayangnya, pemanfaatan hutan mangrove kerap mengarah kepada eksploitasi yang justru berakhir menjadi bumerang. Konversi menjadi lahan tambak adalah satu dari sekian banyak contoh bentuk pengrusakan ekosistem mangrove.

Namun tahukah kamu? Ternyata ada solusi untuk membuat tambak yang produktif dan tak perlu merusak hutan mangrove loh! Namanya silvofishery! Bagaimana cara kerjanya? Apa saja Manfaatnya? Yuk simak artikel berikut!

Apa Itu Silvofishery?

Gambar tambak silvofishery.
Sistem pertambakan ini memungkinkan petani menjalankan usahanya tanpa harus merusak ekosistem mangrove.

Sederhanannya, program alternatif satu ini memungkinkan petani untuk melakukan budidaya tambak tanpa harus merusak ekosistem mangrove. Konsep tersebut menjadi upaya untuk mendukung budidaya perikanan yang berkelanjutan, alih-alih mesti melakukan alih guna lahan.

Kalau menurut Noor, Khazali, dan Suryadiputra dalam Jurnal Ilmiah Tatengkorang (2019), Silvofishery adalah sistem pertambakan teknologi tradisional yang menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove yang diikuti konsep pengenalan sistem pengelolaan dengan meminimalkan input dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Sementara menurut Hidayat dan Fauzi (2014), silvofishery telah berkembang di berbagai negara seperti Indonesia, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Kenya.

Sistem yang biasa disebut wanamina ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersamaan antara pelestarian ekosistem mangrove dan usaha perikanan pada suatu lahan yang sama.

Penerapan sistem silvofishery menjadi salah satu bentuk pengelolaan ekosistem mangrove yang memadukan kepentingan ekologi dan ekonomi. Harapannya, sistem ini akan berdampak pada pemulihan kondisi ekosistem mangrove yang banyak mengalami degradasi akibat meningkatnya aktivitas pertambakan.

Baca juga: 10 Jenis Ikan di Hutan Mangrove, Mulai Dari Bandeng, Buntal, sampai Gelodok!

Macam-Macam Pola Silvofishery yang Diterapkan di Indonesia

Mengingat silvofishery merupakan perpaduan antara mangrove dengan tambak, lantas bagaimana petani membangun tambaknya? Mengutip dari Tesis Is Arianto Pratama (2022), umumnya, ada empat model yang bisa diimplementasikan yaitu:

  • Model tanggul,
  • Model parit,
  • Model kolam,
  • Model komplangan/modifikasi

Dari ke empat model tersebut dimodifikasi menjadi tujuh macam pola silvofishery yang sudah diterapkan di Indonesia yaitu:

  • Tipe empang parit,
  • Tradisional,
  • Tipe komplangan,
  • Tipe empang parit terbuka,
  • Tipe kao-kao,
  • Tipe tasik rejo,
  • Tipe jalur,
  • Tipe kurungan tancap.

Mangrove dan Masalah yang Melingkupinya

Gambar tambak dan kawasan hutan mangrove.
Potret kawasan tambak dan hutan mangrove di Kabupaten Tangerang.

Sampai di sini mungkin timbul pertanyaan, mengapa sistem alternatif ini diperlukan? Mengapa harus repot-repot memperhatikan kelestarian mangrove?

Well, hutan mangrove adalah ekosistem yang menyimpan banyak manfaat. Kawasan tersebut menjadi habitat bagi berbagai organisme baik darat maupun laut (mamalia dan amphibi) seperti kepiting, udang, ikan, monyet, dan lain sebagainya. Hutan mangrove juga memiliki fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial yang penting dalam pembangunan khususnya di wilayah pesisir.

Sayangnya, hutan mangrove kerap mengalami alih fungsi lahan baik itu menjadi tambak, permukiman, industri, rekreasi, dan lain sebagainya. Alih fungsi tersebut jelas membuat luas hutan mangrove berkurang.

Gambar hutan bakau.
Gambar hutan bakau dengan segudang manfaat yang dimilikinya.

Jika mengutip data Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, tingkat kerusakan hutan mangrove tahun, sebanyak 5,9 juta hektare atau sekitar 68,8 persen, di mana yang terjadi di kawasan hutan mencapai 1,7 juta hektare atau sekitar 44,73 persen. Sementara kerusakan yang terjadi di luar kawasan hutan mencapai 4,2 juta hektare atau 87,5 persen.

Namun, dari hasil pemutakhiran Peta Mangrove Nasional (PMN) 2021, luas mangrove secara nasional sudah berubah menjadi 3.364.080 hektare. Dengan kata lain, saat ini luasan mangrove nasional sudah berubah dengan luas tambahan seluas 53.835 hektare. Tentu, kabar baik bagi kita semua!

Apalagi, dengan adanya sistem tambak silvofishery bisa menjadi solusi budidaya perikanan yang berkelanjutan. Alhasil, masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan dari tambak tanpa harus merusak hutan mangrove.

Karena bagaimanapun juga, upaya menjaga kelestarian mangrove merupakan kewajiban bagi kita semua. Bukan hanya petani tambak, nelayan, atau masyarakat pesisir. Faktanya, sampah dan limbah yang kita buang ke sungai berdampak buruk bagi pertumbuhan mangrove. Sampah-sampah tersebut akan menyangkut di hutan mangrove dan mencemari air serta keseluruhan ekosistemnya.

Manfaat Silvofishery, Menghasilkan Cuan dengan Ramah Lingkungan

Gambar udang dari tambak silvofishery.
Gambar udang hasil panenan tambak silvofishery.

Yup, kepedulian terhadap lingkungan dan isu-isu terkaitnya membuat berbagai sektor usaha memikirkan dampak proses produksinya. Dalam hal ini, budidaya perikanan pun dituntut untuk mempertimbangkan baik buruk dari kegiatan atau aktivitas usaha yang dilakukannya.

Inilah mengapa silvofishery dapat menjadi solusi menghasilkan cuan tanpa harus merusak lingkungan.

Menurut Fitzgerald dalam Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah (2017) menyatakan bahwa, wanamina bertujuan untuk konservasi dan memanfaatkan sumber daya hutan mangrove serta perairannya. Diharapkan peran hutan mangrove dapat terjaga serta kerusakannya dapat dicegah. Dengan demikian tercipta ekosistem yang seimbang di mana satu sisi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan di sisi lain menjaga hutan dari kerusakan mengingat besarnya fungsi yang dimiliki.

Fungsi mangrove dalam tambak silvofishery sendiri berfungsi sebagai biofilter bagi buangan tambak. Hal ini bertujuan agar buangan tambak tidak melampaui kemampuan asimilasi lingkungan.

 Tanaman mangrove juga berfungsi sebagai peneduh dan penyedia makanan bagi ikan dan udang. Peranannya penting sebagai tempat asupan ikan serta memberikan perlindungan dari predator.

Intinya, program silvofishery ini merupakan suatu upaya peningkatan produktivitas tambak dengan menanamkan mangrove pada tambak. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya antisipasi terhadap bahaya abrasi yang mengancam lahan tambak. Jadi, kepentingan alam dan masyarakat bisa berjalan beriringan tanpa harus ada yang dikorbankan.

Baca juga: 10+ Manfaat Hutan Mangrove untuk Lingkungan dan Masyarakat

Itulah penjelasan mengenai silvofishery. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman bahwa kepentingan manusia bisa dilakukan dengan ramah lingkungan. Sebab, jika hutan mangrove rusak, manusia pula yang akan merasakan dampaknya. 

FAQ

Apa yang dimaksud dengan wanamina/silvofishery?

Silvofishery adalah sistem pertambakan teknologi tradisional yang menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove yang diikuti konsep pengenalan sistem pengelolaan dengan meminimalkan input dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Apa manfaat silvofishery?

Silvofishery bertujuan untuk konservasi dan memanfaatkan sumber daya hutan mangrove serta perairannya. Jadi, kepentingan alam dan masyarakat bisa berjalan beriringan tanpa harus ada yang dikorbankan. Tambaknya membawa keuntungan, mangrovenya tetap lestari!

Hutan Mangrove Indonesia Perlu Bantuanmu agar Tetap Lestari!

LindungiHutan adalah startup yang mempermudah individu, kelompok, bisnis, dan perusahaan terlibat langsung untuk menanam pohon dan memberikan dampak kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat di bawah naungan Yayasan Lindungi Hutan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan