Lingkungan
Apa itu Krisis Iklim? Penyebab, Contoh dan Dampaknya bagi Kehidupan Kita


Krisis iklim apakah memang semenakutkan itu? Lalu, sejauh mana dan apa saja yang kamu pahami tentangnya? Apa bedanya antara krisis iklim, perubahan iklim, dan pemanasan global?
Semua pertanyaan dan kebingunganmu tentang krisis iklim, akan dibahas dalam artikel berikut. So, simak baik-baik ya!
Daftar Isi
Apa yang Dimaksud dengan Krisis Iklim?
Dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang tidak baik dengan iklim. Yup, perubahan iklim menimbulkan kondisi krisis yang tengah kita rasakan saat ini. Perubahan iklim terjadi akibat suhu bumi yang meningkat dan menyebabkan dampak-dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.
Lantas, apakah tidak berlebihan jika menyebutnya sebagai ‘krisis’? Oh jelas tidak, karena kondisinya sudah benar-benar memberikan pengaruh bagi keberlangsungan makhluk hidup. Perubahan iklim ini bisa menimbulkan efek domino, seperti kekeringan, ketahanan pangan, bencana alam, dan lain sebagainya.


Buat yang masih belum paham dan bingung membedakan antara perubahan iklim, krisis iklim, dan pemanasan global, ini dia hubungan antara satu sama lainnya!
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca yang menimbulkan berbagai akibat dan efek. Adapun, perubahan suhu dan cuaca tersebut dipicu oleh fenomena pemanasan global. Sebuah fenomena di mana terjadi emisi gas rumah kaca yang berlebihan di atmosfer.
Jadi, semua bermula dari pemanasan global yang kemudian menyebabkan perubahan iklim dan memicu kondisi krisis yang kemudian disebut sebagai krisis iklim.


Baca juga: Krisis Iklim dan Mengapa Kita Mernomalisasinya?
Apa Penyebab Perubahan Iklim?


Sebenarnya ada banyak penyebab perubahan iklim, tetapi paling tidak 3 aktivitas ini yang memberikan efek cukup signifikan. Aktivitas yang bahkan tanpa kita sadari ikut menyumbang emisi karbon. Berikut ini beberapa penyebab perubahan iklim:
1. Penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik
Tahukah kamu, listrik yang kita gunakan selama ini masih banyak dihasilkan dari pembangkit dengan bahan bakar batubara.
Mengutip dari laman katadata, pasokan listrik RI sekitar 65% saat ini masih mengandalkan batu bara. Padahal, pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan global.
Maka dari itu, upaya transisi menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan perlu kita dorong bersama.
2. Penggunaan Transportasi
Sebagian besar transportasi yang kita gunakan saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini kemudian membuat transportasi menjadi penyumbang utama gas rumah kaca terutama emisi karbon dioksida.
Fyi, penggunaan bahan bakar minyak pada sektor transportasi khususnya bensin akan mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidrokarbon, TSP (debu), Nox (oksida-oksida nitrogen), dan karbon dioksida atau CO2.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan siaran pers Institute for Essential Services Reform (IESR), menyebutkan bahwa emisi dari sektor transportasi hampir mencapai 30% dari total emisi CO2. Emisi tertinggi terutama berasal dari transportasi darat, yang berkontribusi pada 88% dari total emisi di sektor ini.
3. Gaya Hidup yang Belum Ramah Lingkungan
Sadarkah kita, bahwa penggunaan listrik dalam rumah, pilihan kita dalam berkendara, bagaimana kita mengonsumsi makanan, semuanya berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Sebab, sebagian besar emisi gas rumah kaca terkait dan berasal dari aktivitas rumah tangga.
Jadi, gaya hidup kita berdampak besar pada planet kita. Oleh sebab itu, mari perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit kita terapkan gaya hidup yang sadar akan dampaknya terhadap planet.
Apa Saja Contoh Perubahan Iklim?
Berdasarkan laporan IPCC tentang pemanasan global, menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah berdampak besar pada suhu global dan terus meningkat, Laporan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas manusia diperkirakan menyebabkan kenaikan sekitar 1,0 0 C di atas tingkat pra-industri. Angka tersebut kemungkinan akan naik mencapai 1,50 pada masa yang akan datang.
Berangkat dari fakta tersebut, barang kali masih ada yang denial dengan fenomena perubahan iklim. Mungkin juga ada yang bilang ‘kan cuma naik 1,0 0 C, enggak kerasa panas kok!’.
Well, perubahan iklim memang enggak tiba-tiba menimbulkan bencana besar serentak bak kiamat. Namun, tanda-tanda dan contohnya bisa kita lihat saat ini. Berikut di antaranya:
1. Naiknya permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir
Ini beneran terjadi dan kamu bisa lihat di Kabupaten Demak dan juga di Muaragembong Bekasi. Beberapa laporan maupun berita juga sudah memprediksi mengenai kenaikan air laut yang sedikit demi sedikit bisa membuat sebuah kota tergenang pada masa mendatang.
2. Kekeringan
Suhu yang lebih panas meningkatkan laju penguapan air di udara, menyebabkan kekeringan yang lebih parah dan meluas.
Kalau kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman berita Antara, kekeringan adalah dampak nyata dari perubahan iklim yang terjadi secara global tidak hanya di negara maju melainkan juga negara berkembang. Kekeringan yang terjadi juga bisa menimbulkan krisis air dalam sebuah wilayah.
3. Badai yang lebih kuat
Dalam laporan IPCC, disebutkan bahwa curah hujan ekstrem akan meningkat sekitar 7% untuk setiap derajat Celcius pemanasan global. Hal ini kemudian juga berdampak terhadap bahaya banjir.
4. Kebakaran hutan
Iklim yang lebih kering dan lebih panas menciptakan kondisi yang memicu musim kebakaran hutan lebih ganas.
Menurut Anggraini (2011), salah satu dampak nyata dari perubahan iklim terhadap sektor kehutanan adalah bencana kebakaran hutan yang diakibatkan oleh terjadinya cuaca panas dan curah hujan yang kurang.
Kurun waktu 1997-1998, Indonesia pernah mengalami kebakaran hutan yang sangat parah akibat berubahnya karakter gejala alam El-Nino yang menjadi lebih sering.
Baca juga: Webinar Relawan Ke-1: Penanaman Mangrove untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Mencegah Krisis Iklim?


Kalau sudah begini, lantas apa yang bisa kita lakukan? Sebenarnya ada banyak hal kecil yang bisa kita lakukan. Bicara krisis iklim tak melulu tentang sesuatu yang besar dan bersifat aktivisme. Pentingnya kesadaran dan hal-hal kecil yang kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari justru menjadi penting, seperti:
- Hindari penggunaan bahan sekali pakai, contohnya kantong plastik,
- Lakukan daur ulang limbah dan sampah, misalnya sampah organik bisa kamu kompos,
- Gunakan transportasi umum! Selain turut mengurangi kemacetan, penggunaan transportasi umum mengurangi emisi dari kendaraan pribadi.
- Coba slow fashion alih-alih fast fashion.
- Hitung jejak karbon untuk kemudian kamu tebus dengan menanam pohon.
Itulah serba-serbi krisis iklim dan perubahan iklim yang perlu kamu ketahui. Untuk menghitung jejak karbon dan melakukan carbon offsetting, kamu bisa coba menggunakan kalkulator jejak karbon Imbangi milik LindungiHutan.
Dengan menggunakan kalkulator karbon tersebut kamu bisa mengetahui besaran jejak karbon untuk kemudian ditebus dengan menanam pohon di pilihan lokasi penanaman yang kami sediakan. Kalau kamu penasaran, langsung aja coba di sini!
FAQ
Apa yang dimaksud dengan krisis iklim?
Semua bermula dari pemanasan global yang kemudian menyebabkan perubahan iklim dan memicu kondisi krisis yang kemudian disebut sebagai krisis iklim.
Apa saja contoh perubahan iklim?
Naiknya permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir, kekeringan, badai yang lebih kuat, kebakaran hutan.
Bumi makin Panas Nih? Kira-Kira Berapa Ya Jumlah Emisi Karbon yang Kamu Hasilkan?
Tahukah kamu, suhu bumi yang meningkat salah satunya dipicu oleh emisi gas karbon? Makanya, biar bumi enggak makin panas, yuk hitung jejak karbonmu dan mulai menebusnya dengan menanam pohon! Mari mulai aksi untuk memperbaiki keseimbangan lingkungan dan menciptakan bumi yang hijau nan lestari!