Connect with us

Emisi Karbon

Apa itu Krisis Iklim? Penyebab, Contoh dan Dampaknya bagi Kehidupan Kita

Published

on

Krisis iklim

Artikel di-review oleh Alma Cantika Aristia, Product Lead LindungiHutan

Krisis iklim apakah memang semenakutkan itu? Lalu, sejauh mana dan apa saja yang kamu pahami tentangnya? Apa bedanya antara climate crisis, perubahan iklim, dan pemanasan global?

Semua pertanyaan dan kebingunganmu tentang krisis iklim, akan dibahas dalam artikel berikut. So, simak baik-baik ya!

Apa yang Dimaksud dengan Krisis Iklim?

Dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang tidak baik dengan iklim. Yup, perubahan iklim menimbulkan kondisi krisis yang tengah kita rasakan saat ini.

Perubahan iklim terjadi akibat suhu bumi yang meningkat dan menyebabkan dampak-dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.

Lantas, apakah tidak berlebihan jika menyebutnya sebagai ‘krisis’? Oh jelas tidak, karena kondisinya sudah benar-benar memberikan pengaruh bagi keberlangsungan makhluk hidup. Perubahan iklim ini bisa menimbulkan efek domino, seperti kekeringan, ancaman ketahanan pangan, bencana alam, dan lain sebagainya.

“Climate crisis itu beneran ada loh, jadi mungkin dulu dua tahun tiga tahun yang lalu masing banyak orang yang skeptical tentang climate change, tapi mulai sekarang kanya sudah mulai terasa,” Ungkap Haryo Ajie Dewanto, Technical Director Rimba Raya Conservation dalam webinar Green Skilling LindungiHutan.

Buat yang masih belum paham dan bingung membedakan antara perubahan iklim, krisis iklim, dan pemanasan global, ini dia hubungan antara satu sama lainnya!

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca yang menimbulkan berbagai akibat dan efek. Adapun, perubahan suhu dan cuaca tersebut dipicu oleh fenomena pemanasan global. Sebuah fenomena di mana terjadi emisi gas rumah kaca yang berlebihan di atmosfer.  

Jadi, semua bermula dari pemanasan global yang kemudian menyebabkan perubahan iklim dan memicu kondisi krisis sehingga disebut sebagai krisis iklim.

Baca juga: Krisis Iklim dan Mengapa Kita Mernomalisasinya?

Apa Penyebab Perubahan Iklim?

Sebenarnya ada banyak penyebab perubahan iklim, tetapi paling tidak 3 aktivitas ini yang memberikan efek cukup signifikan. Aktivitas yang bahkan tanpa kita sadari ikut menyumbang emisi karbon. Berikut ini beberapa penyebab perubahan iklim:

1. Penggunaan Batu Bara untuk Pembangkit Listrik

Tahukah kamu, listrik yang kita gunakan selama ini masih banyak dihasilkan dari pembangkit dengan bahan bakar batubara.

Mengutip dari laman katadata, pasokan listrik RI sekitar 65% saat ini masih mengandalkan batu bara. Padahal, pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan global.

Maka dari itu, upaya transisi menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan perlu kita dorong bersama.

2. Penggunaan Transportasi

Sebagian besar transportasi yang kita gunakan saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini kemudian membuat transportasi menjadi penyumbang utama gas rumah kaca terutama emisi karbon dioksida. 

Fyi, penggunaan bahan bakar minyak pada sektor transportasi khususnya bensin akan mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidrokarbon, TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen), dan karbon dioksida atau CO2.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan siaran pers Institute for Essential Services Reform (IESR), menyebutkan bahwa emisi dari sektor transportasi hampir mencapai 30% dari total emisi CO2. Emisi tertinggi terutama berasal dari transportasi darat, yang berkontribusi pada 88% dari total emisi di sektor ini.

Hitung Jejak Karbon Kendaraan Anda dengan Carbon Calculator Imbangi!

Kalkulator jejak karbon Imbangi menyediakan berbagai jenis perhitungan emisi termasuk kendaraan!

Kalkulator-jejak-karbon-Imbangi-

3. Deforestasi

Deforstasi hutan primer dunia sepanjang tahun 2020 sebesar 4,21 juta hektare yang lebih banyak dari tahun sebelumnya sebesar 3,75 juta hektare persegi. Pada tahun 2020, Brazil menjadi peringkat pertama dengan laju deforestasi sebesar 1.704 ribu hektare, diikuti oleh Kongo 491 hektare, Bolovia 277, dan Indonesia mencapai 270 ribu hektare.

Seiring dengan penurunan luasan tutupan lahan maka terjadi peningkatan laju perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh penyusutan serapan karbon dioksida, keanekaragaman hayati berkurang, peningkatan bencana banjir dan tanah longsor, serta penurunan kualitas udara yang menganggu kesehatan manusia.

Apa Saja Fenomena yang Menunjukkan Adanya Krisis Iklim?

Laporan IPCC tentang pemanasan global, menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah berdampak besar pada suhu global dan terus meningkat, Laporan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas manusia diperkirakan menyebabkan kenaikan sekitar 1,0 0 C di atas tingkat pra-industri. Angka tersebut kemungkinan akan naik mencapai 1,50 pada masa yang akan datang.

Fakta juga menunjukkan bahwa tahun 2016 menjadi tahun terpanas secara global. Pada tahun tersebut nilai anomali suhu tercatat sebesar 0,99 derajat Celcius dari periode pengamatan tahun 1980 hingga 2020. Hal tersebut merupakan bukti perubahan iklim benar terjadi.

Berangkat dari fakta tersebut, barangkali masih ada yang denial dengan fenomena perubahan iklim. Mungkin juga ada yang bilang ‘kan cuma naik 1,0 0 C, enggak kerasa panas kok!’.

Well, perubahan iklim memang enggak tiba-tiba menimbulkan bencana besar serentak bak kiamat. Namun, tanda-tanda dan fenomenanya bisa kita lihat saat ini. Berikut di antaranya:

1. Naiknya permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir

Ini beneran terjadi dan kamu bisa lihat di Kabupaten Demak. Sejak tahun 2006, masyarakat dusun Rejosari Senik, Desa Bedono, Demak mesti pindah mencari tempat tinggal baru sebab kampungnya tenggelam terendam oleh air laut.

Dari hampir 250 keluarga, kini menyisakan Mak Jah bersama keluarga yang memilih untuk tinggal dan merawat hutan mangrove yang ada. Simak kisah selengkapnya dalam artikel Sehari Bersama Mak Jah, Menanam Mangrove dan Rasanya Tinggal Sendiri di Tengah Lautan”

Beberapa laporan maupun berita juga sudah memprediksi mengenai kenaikan air laut yang sedikit demi sedikit bisa membuat sebuah kota tergenang pada masa mendatang.

2. Kekeringan

Suhu yang lebih panas meningkatkan laju penguapan air di udara, menyebabkan kekeringan yang lebih parah dan meluas. 

Kalau kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman berita Antara, kekeringan adalah dampak nyata dari perubahan iklim yang terjadi secara global tidak hanya di negara maju melainkan juga negara berkembang. Kekeringan yang terjadi juga bisa menimbulkan krisis air dalam sebuah wilayah.

3. Cauaca Ekstrem dan Badai yang lebih kuat

Suhu terpanas di Banladesh sebesar 51 derajat Celcius. Sementara di Asia Tenggara, dilaporkan mengalami kenaikan suhu seperti di kota Tak Thailand sebesar 45,4 derajat Celcius, di kota Chauk Myanmar sebesar 45,3 derajat Celcius, di Luang Prabang Laos sebesar 42,7 derajat Celcius, dan di Banten Indonesia sebesar 37,2 derajat Celcius.

Dalam laporan IPCC, disebutkan bahwa curah hujan ekstrem akan meningkat sekitar 7% untuk setiap derajat Celcius pemanasan global. Hal ini kemudian juga berdampak terhadap bahaya banjir.

4. Kebakaran hutan

Iklim yang lebih kering dan lebih panas menciptakan kondisi yang memicu musim kebakaran hutan lebih ganas. 

Menurut Anggraini (2011), salah satu dampak nyata dari perubahan iklim terhadap sektor kehutanan adalah bencana kebakaran hutan yang diakibatkan oleh terjadinya cuaca panas dan curah hujan yang kurang. 

Kurun waktu 1997-1998, Indonesia pernah mengalami kebakaran hutan yang sangat parah akibat berubahnya karakter gejala alam El-Nino yang menjadi lebih sering.

Baca juga: Mengenal Apa Itu FOLU Net SINK 2030

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Mencegah Krisis Iklim?

Kalau sudah begini, lantas apa yang bisa kita lakukan? Sebenarnya ada banyak hal kecil yang bisa kita lakukan. Bicara krisis iklim tak melulu tentang sesuatu yang besar dan bersifat aktivisme. Pentingnya kesadaran dan hal-hal kecil yang kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari justru menjadi penting, seperti:

  • Hindari penggunaan bahan sekali pakai, contohnya kantong plastik,
  • Lakukan daur ulang limbah dan sampah, misalnya sampah organik bisa kamu kompos,
  • Gunakan transportasi umum! Selain turut mengurangi kemacetan, penggunaan transportasi umum mengurangi emisi dari kendaraan pribadi.
  • Coba slow fashion alih-alih fast fashion.
  • Hitung jejak karbon untuk kemudian kamu tebus dengan menanam pohon.

Masih Ada Banyak Cara Mudah Lain, Misal Menanam Pohon?

LindungiHutan menanam 800 RIBU pohon di 50 lokasi penanaman yang tersebar di Indonesia bersama 500+ brand dan perusahaan yang terlibat

FAQ

Apa yang dimaksud dengan krisis iklim?

Semua bermula dari pemanasan global yang kemudian menyebabkan perubahan iklim dan memicu kondisi krisis yang kemudian disebut sebagai krisis iklim.

Apa saja contoh perubahan iklim?

Naiknya permukaan air laut yang mengancam masyarakat pesisir, kekeringan, badai yang lebih kuat, kebakaran hutan.

Apa penyebab dari perubahan iklim yang semakin buruk?

Penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik, polusi kendaraan, hingga deforestasi yang masih jamak terjadi.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan