Hutanpedia
Ekosistem Adalah: Pengertian Menurut Ahli, Komponen dan Jenisnya
Ekosistem adalah sebuah sistem ekologi yang dibentuk dari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam sebuah ekosistem terdapat tatanan kesatuan utuh dan menyeluruh yang terjadi antara unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan.
Ekosistem berisi kesatuan yang dinamis (mudah bergerak atau menyesuaikan) yang terdiri dari komunitas berbagai spesies yang berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu biotik atau abiotik yang memiliki komponen dan fungsi tertentu yang saling berkaitan dan bergantung satu dengan lainnya.
Ilmu yang mempelajari terkait ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari Bahasa Yunani. Oikos yang artinya rumah atau tempat tinggal dan logos yaitu ilmu. Sehingga dapat disimpulkan ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.
Daftar Isi
Pengertian Ekosistem Menurut Para Ahli
Para ahli lingkungan, biologi dan kehutanan telah menjelaskan pengertian ekosistem sejak lama. Beberapa pengertian ekosistem menurut para ahli yaitu:
A. G Tansley (1935)
Sir Arthur George Tansley adalah seorang ahli botani inggris yang merupakan pionir dari ilmu ekologi. Beliau mengungkapkan ekosistem adalah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi.
Struktur dalam ekosistem tersebut berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Pada ekosistem terbentuk struktur yang kompleks, sehingga terdapat keanekaragaman spesies yang cukup tinggi.
Fungsi utamanya berhubungan dengan siklus materi serta arus energi melalui komponen ekosistem.
Woodbury (1954)
Ekosistem menurut Woodbury adalah tatanan kesatuan secara kompleks di sebuah wilayah yang memiliki habitat, tumbuhan dan binatang. Kondisi tersebut kemudian dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh sehingga semuanya dapat menjadi bagian mata rantai siklus materi serta aliran energi.
Soemarwoto (1983)
Soemarwoto menjelaskan pengertian ekosistem adalah konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Resosoedarmo (1986)
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat didalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang masing-masing saling mempengaruhi. Ekosistem juga mempunyai ukuran yang beraenaka lagam besarnya bergatung kepada tingkat organisasinya.
Odum (1993)
Menurut Odum ekosistem adalah seperangkat unit fungsional dasar dalam suatu ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biotik dan abiotik yang keduanya kemudian saling mempengaruhi.
Di dalamnya juga terdapat komponen yang secara lengkap memiliki ruang ekologi yang lengkap serta proses ekologi yang juga lengkap. Sehingga siklus materi dan arus energi terjadi berdasarkan kondisi ekosistem yang ada.
Komponen Dalam Suatu Ekosistem
Semua bentuk ekosistem berupa terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan) yang terdiri atas komponen-komponen yang dapat dikelompokan berdasarkan segi trofik atau nutrisi dan segi struktur dasar ekosistem.
Komponen-komponen dalam suatu ekosistem terdiri dari dua jenis yaitu komponen biotik dan abiotik.
A. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup atau organisme yang ada di permukaan bumi. Komponen lingkungan biotik terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuh tumbuhan.
Bentuk-bentuk komponen biotik dapat digolongkan berdasarkan ukurannya, yaitu makroorganisme dan mikroorganisme. Selain itu berdasarkan perannya, komponen biotik dapat dibedakan menjadi produsen, konsumen, dan dekomposer.
Komponen Biotik Berdasarkan Perannya
Jenis-jenis makhluk hidup dalam komponen biotik berdasarkan perannya terbagi menjadi yaitu:
1. Produsen (Penghasil)
Produsen adalah makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk menciptakan karbohidrat sederhana seperti glukosa dari gas karbon dioksida melalui proses fotosintesis.
Peran produsen dalam menyerap emisi karbon dioksida juga membantu dalam menjaga suhu optimal dan curah hujan tahunan. Produk sampingan berupa oksigen yang dilepaskan dikonsumsi oleh semua organisme untuk melepaskan energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat.
Mereka membentuk bagian bawah dari semua piramida energi dan merupakan tingkat trofik pertama di setiap ekosistem.
Contoh produsen dalam suatu ekosistem adalah alga, lumut, dan tumbuhan-tumbuhan hijau seperti beringin, mahoni dan berbagai tanaman lain.
2. Konsumen (Pemakai)
Konsumen adalah organisme heterotrof yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga bergantung pada organisme lain.
Berdasarkan jenis makanannya konsumen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu karnivora (pemakan daging), herbivora (pemakan tumbuhan) dan omnivora atau pemakan segala (daging dan tumbuhan)
3. Dekomposer (Pengurai)
Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan sampah atau sisa makhluk hidup (heterotrof atau autotrof) yang telah mati. Pengurai juga berperan untuk menghubungkan konsumen dengan produsen.
Zat-zat yang telah diambil konsumen dari produsen akan dikembalikan lagi ke produsen dengan bantuan pengurai melalui proses pembusukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan zat anorganik sederhana, yang diperlukan untuk membuat makanan.
Contoh dari dekomposer adalah ganggang, cacing, jamur dan bakteri dan mikroorganisme serupa yang dapat ditemui di darat, air, bahkan udara.
B. Komponen Abiotik
Komponen abiotik atau tidak hidup adalah komponen yang terdiri dari benda-benda yang bukan makhluk hidup dan ada di sekitar lingkungan. Komponen ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup.
Jenis komponen abiotik diantaranya adalah faktor kimiawi yaitu senyawa anorganik (H2O, N2 , O2 , CO2 , mineral, dsb) dan senyawa organik (KH, protein, dsb) kemudian faktor fisik yang terdiri dari suhu, sinar matahari, angin, air, udara, kelembaban, cahaya, suhu, pH, salinitas, topografi dan lain sebagainya.
Contoh-contoh komponen abiotik diantaranya yaitu:
1. Suhu
Suatu proses biologis yang dipengaruhi oleh perubahan pada suhu, contohnya mamalia & burung sebagai makhluk hidup yang dapat mengatur sendiri suhu tubuhnya.
2. Air
Ketersediaan air dapat mempengaruhi distribusinya suatu organisme. Contohnya organisme dapat beradaptasi dan bertahan hidup dengan memanfaatkan ketersediaan air yang berada di padang pasir.
3. Garam
Konsentrat pada garam akan mempengaruhi keseimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Contohnya pada beberapa organisme terestrial yang dapat beradaptasi pada lingkungan dan kandungan garamnya yang cukup tinggi.
4. Sinar Matahari
Intensitas dan kualitas pada sebuah cahaya matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis, karena air mampu menyerap cahaya sehingga proses fotosintesis dapat terjadi di sekitar permukaan matahari.
5. Tingkat pH
Kondisi pH lingkungan dapat mempengaruhi kerja enzim, pH optimum merupakan kondisi pH yang mendukung bekerjanya enzim secara optimal dan setiap enzim memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
6. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air. Selain kandungan dalam air, terkadang salinitas juga digunakan sebagai istilah kandungan garam dalam tanah.
Jenis Ekosistem
Jenis ekosistem secara umum dibagi menjadi 2 macam yaitu ekosistem alami dan buatan.
A. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang sudah terbentuk dengan proses alami di alam. Ekosistem alami terbagi menjadi dua, yaitu akuatik (air) dan terestrial (darat).
1. Akuatik (Air)
Ekosistem akuatik adalah ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup yang berada di dalam ekosistem akuatik ini antara lain yaitu:
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri ciri antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji, hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
b. Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
c. Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut.
Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak.
Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.
Lamun juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
d. Ekosistem Muara
Estuary (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan
e. Ekosistem Pantai
Tumbuhan yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan mangrove dan pohon bakau yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tanaman yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
f. Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, dan buaya.
g. Ekosistem Terumbu Karang
Terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.
Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
h. Ekosistem Laut Dalam
Kedalamannya lebih dari 6.000 meter di bawah permukaan laut. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
2. Terrestrial (Darat)
Ekosistem terestrial ditentukan dalam zona yang ditentukan oleh temperatur dan curah hujan yang berbeda pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem ini dapat berubah akibat aktivitas manusia, kebakaran, atau petir.
Berikut beberapa bentuk ekosistem darat diantaranya yaitu:
a. Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pada tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lainnya.
b. Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun.
Jenis pohon sedikit sekitar 10 sampai 20 jenis saja dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutan gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
c. Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu yang rendah di musim dingin.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pohon pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
d. Hutan Sabana
Hutan sabana terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temperatur dan kelembaban masih tergantung musim.
Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika, hewan yang hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
e. Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.
Tumbuhan yang ada terdiri atas tanaman gulma dan rumput yang keduanya bergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular.
f. Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari
Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
g. Karst (Batu Gamping)
Berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.
Ekosistem karst mempunyai keunikan tersendiri dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.
h. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme.
Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.
Di hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, burung hantu, dan banyak lagi.
2. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang diciptakan oleh manusia, fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segala isinya baik itu tanaman atau hewan peliharaan didominasi oleh pengaruh dari manusia, keanekaragamannya pun cenderung rendah.
Berikut contoh ekosistem buatan diantaranya yaitu:
- Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus,
- Bendungan,
- Agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
- Sawah irigasi,
- Perkebunan sawit, dan
- Ekosistem pemukiman (kota atau desa).
Penulis: Ridha Rizkiana
Erick Erwinanta
17/12/2022 at 06:40
Terimakasih, informasi sangat bermanfaat.
Muhamad Iqbal
18/12/2022 at 15:38
Terima kasih kembali, semoga dapat membantu