Connect with us

Hutanpedia

Gambut Adalah: Pengertian, Jenis dan Ciri-ciri Lahan Gambut

Logo LindungiHutan - Green - Square - 1280 x 1280 pixels - PNG

Published

on

Gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari timbunan bahan organik selama ratusan tahun.

Gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari timbunan material organik berupa sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan jasad hewan yang membusuk di dalam tanah.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan gambut yang luas. Luas lahan gambut di Indonesia diperkirakan mencapai 22,5 juta hektar. Persebaran lahan gambut di Indonesia berkisar di pulau Sumatera, Kalimantan, Papua serta sebagian kecil di Sulawesi.

Luas lahan gambut terbesar di Indonesia terletak di Papua dengan luas 6,3 juta ha. Disusul kemudian Kalimantan Tengah 2,7 juta ha, Riau 2,2 juta ha, Kalimantan Barat 1,8 juta ha dan Sumatera Selatan 1,7 juta ha.

Selain itu, cakupan lahan gambut terbanyak disusul oleh Papua Barat 1,3 juta ha, Kalimantan Timur 0,9 juta ha serta Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan yang masing-masing memiliki 0,6 juta ha.

Pada pembahasan ini, kita akan mengulas pengertian gambut, jenis-jenis dan ciri-ciri lahan gambut yang perlu kita pahami.

Baca juga: 9 Jenis Hutan di Indonesai yang Wajib Kamu Pahami

Pengertian Gambut Adalah Tumpukan dan Endapan Sisa-sisa Makhluk Hidup

Pengertian gambut menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Permen LH No.7/2006 menjelaskan tanah gambut yaitu tanah hasil penumpukan bahan organik melalui produksi biomassa hutan hujan tropis.

Sedangkan situs Indonesia Wetlands mendefinisikan pengertian gambut adalah lahan basah dengan lapisan tanah berair yang terdiri dari bahan tanaman mati dan membusuk.

Jenis lahan yang termasuk kedalam lahan gambut diantaranya adalah moor, bog, mires, hutan rawa gambut dan permafrost tundra.

Gambut adalah proses pengendapan selama puluhan hingga ratusan tahun.
Kubah gambut menjadi sumber air untuk daerah sekitarnya (Dokumentasi: FB Anggoro – ANTARA Foto)

Luas lahan gambut secara keseluruhan mencapai setengah dari luas lahan basah di dunia, dan menutupi 3% dari total luas permukaan bumi. Semua lahan gambut dapat dijumpai di berbagai belahan dunia.

Terbentuknya gambut di wilayah tropika bermula dari adanya genangan di daerah rawa, danau maupun cekungan yang didukung oleh curah hujan yang tinggi sehingga proses pencucian basa-basa dan pemasaman tanah berlangsung intensif diikuti dengan penurunan aktivitas jasad renik perombak bahan organik.

Gambut yang terbentuk di daerah rawa belakang sungai terisi oleh limpasan air sungai yang membawa bahan erosi dari hulunya, sehingga timbunan gambut bercampur dengan bahan mineral tersebut yang disebut gambut topogen yang biasanya relatif subur.

Baca juga: Hutan Hujan Tropis: Pengertian, Ciri dan Manfaat

Jenis-jenis Gambut

Pengelompokan jenis gambut dapat dibedakan dari beberapa macam. Pengelompokan jenis gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi bahan organik dan berat volume, ketebalan, kadar abu gambut, lingkungan pembentukan atau fisiografi gambut, proses pembentukannya, dan bahan penyusunnya.

Gambut Berdasarkan Tingkat Dekomposisi Bahan Organik dan Berat Volume

Berdasarkan tingkat dekomposisinya, jenis gambut menghasilkan 3 macam gambut yaitu:

1. Gambut Fibrik

Gambut fibrik adalah gambut yang tingkat kematangannya paling rendah, sehingga masih banyak mengandung serabut yakni > 66%, berat isi < 0,1 g.cm-3 , kandungan air lebih dari 850%, berwarna coklat kuning cerah-coklat kemerahan.

2. Gambut Hemik

Gambut hemik merupakan gambut transisi, kandungan serabutnya 33-66%, berat isi 0,1-0,19 g.cm-3, kandungan air 450-850%, warna coklat kelabu kelam – coklat kemerahan kelam.

3. Gambut Saprik

Gambut saprik adalah gambut yang paling matang, dicirikan oleh kandungan serabut paling rendah yakni <33%, berat isi ≥0,2 g.cm-3 , kandungan air <450%, warna kelabu sangat kelam kelam hitam.

Baca juga: 13 Jenis Pohon yang Hidup di Lahan Gambut

Jenis Lahan Gambut Berdasarkan Ketebalannya

Lahan gambut menjadi potensi dalam budidaya tanaman pangan, sehingga dibedakan berdasarkan ketebalannya yaitu :

  1. Sangat dangkal atau sangat tipis, jika ketebalan gambut < 50 cm (kurang dari 50 cm).
  2. Dangkal atau tipis, jika ketebalan gambut 50-100 cm.
  3. Sedang, jika ketebalan gambut 101-200 cm.
  4. Dalam atau tebal, jika ketebalan gambut 201-400 cm.
  5. Sangat dalam atau sangat tebal, jika ketebalan gambut 401-800 cm.
  6. Dalam sekali atau tebal sekali, jika ketebalan gambut 801-1.200 cm.

Semakin tebal tanah gambut, semakin rendah potensinya untuk budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

Macam-macam Gambut Berdasarkan Kadar Abu Gambut

Kadar abu dihubungkan pada tingkat kesuburan gambut, abu sering dimanfaatkan petani untuk menambah kesuburan lahan gambut, sekaligus meningkatkan produktivitas lahan.

Jenis gambut berdasarkan kadar abu terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Eutrofik

Eutrofik adalah gambut dengan tingkat kesuburan tinggi atau kadar abunya >8%.

2. Mesotrofik

Mesotrofik adalah gambut dengan tingkat kesuburan sedang atau mempunyai kadar abu >2% hingga 8%.

3. Oligotropik

Oligotrofik adalah gambut dengan tingkat kesuburan paling rendah atau kadar abunya ≤2%.

Baca juga: 7 Jenis Akar dan Fungsi Akar pada Tumbuhan

Jenis Gambut Berdasarkan Lingkungan Pembentukan atau Fisiografi Gambut

Jenis gambut berdasarkan lingkungan pembentukan atau fisiografi gambut diklasifikasikan menjadi 4 kategori sebagai berikut:

1. Gambut Cekungan (Basin Peat)

Gambut yang terbentuk di daerah cekungan, lembah sungai atau rawa belakang (back swamp).

2. Gambut Sungai (River Peat)

Gambut yang terbentuk di sepanjang sungai yang masuk ke daerah lembah kurang dari 1 km. Jenis gambut ini juga sering disebut gambut pedalaman, misalnya gambut yang terdapat di sepanjang Sungai Barito, Sungai Kapuas, dan Sungai Mentangai, Kalimantan Tengah.

3. Gambut Dataran Tinggi (Highland Peat)

Gambut yang terbentuk di punggung-punggung bukit atau pegunungan, seperti yang terdapat di Pegunungan Tigi, Papua dan Pegunungan Dieng, Jawa Tengah.

4. Gambut Pantai (Coastal Peat)

Gambut yang terbentuk di sepanjang pantai dan pesisir.

Pembagian Gambut Berdasarkan Proses Pembentukannya

Dengan memperhatikan proses pembentukannya, gambut dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:

1. Gambut Ombrogen

Jenis gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan, adalah lapisan tanah gambut yang sering dijumpai. Meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen, namun gambut ombrogen lebih tua umurnya.

Pada umumnya, gambut ombrogen mempunyai lapisan yang lebih tebal hingga kedalamannya 20 meter, dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya.

Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan air hujan, sehingga kurang subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0-4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti air teh yang pekat.

Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari tanah endapan mangrove yang kemudian mengering, kandungan garam dan sulfida (bahan kimia) yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai.

Dengan demikian lapisan gambut mulai terbentuk di atasnya.

2. Gambut Topogen

Gambut topogen adalah jenis gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh keadaan topografi (cekungan) dan air tanah, lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau pegunungan.

Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga 4 meter saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan.

Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai di tanah air.

3. Gambut Pegunungan

Gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh gunung atau bukit, biasanya gambut ini lebih subur daripada gambut topogen.

Jenis-jenis Gambut Berdasarkan Bahan Penyusunnya

Berdasarkan bahan penyusun atau bahan asalnya, gambut menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Gambut Lumutan (Sedimentary/Moss Peat)

Jenis gambut yang tersusun dari campuran tanaman air dari family Liliaceae, termasuk plankton dan sejenisnya.

2. Gambut seratan (Fibrous/Sedge peat)

Gambut yang tersusun dari tanaman sphagnum dan sejenisnya.

3. Gambut kayuan (Woody Peat)

Gambut yang tersusun dari jenis pohon-pohonan dan tanaman semak-semak atau paku pakuan yang ada di bawahnya.

Baca juga: 10 Jenis Gulma yang Bermanfaat untuk Pengobatan Tradisional

Ciri-ciri Lahan Gambut

Gambut mempunyai karakteristik yang unik dan memiliki fungsi yang beragam seperti pengatur tata air, pengendali banjir, sebagai habitat (tempat hidup) aneka ragam jenis makhluk hidup dan sebagai gudang penyimpan karbon dan berperan sebagai pengendali kestabilan iklim global.

Ciri lahan gambut dapat dilihat dari adanya lapisan gambut dengan ketebalan lebih dari 40 cm dan mengandung bahan organik lebih dari 30% jika fraksi mineralnya mengandung lempung sebesar 60%, atau mengandung bahan organik lebih dari 20% jika fraksi mineralnya tidak mengandung lempung.

Karakteristik Tegakan pada Lahan Gambut

Tegakan pada hutan gambut selalu hijau dan mempunyai banyak lapisan tajuk. Ciri lahan gambut dapat dilihat dari jenis-jenis pohon yang banyak terdapat pada tipe hutan ini diantaranya adalah Alstonia sp., Dyera spp., Durio carinatus, Palaquium spp., Tristania spp, Eugenia spp., Cratoxylum sp., Diospyros sp., dan Myristica sp.

Di Kalimantan dan di beberapa daerah di Sumatera, pada hutan gambut banyak dijumpai ramin (Gonystylus spp.) sejenis kayu mewah yang sangat baik untuk furniture, oleh sebab itu tipe hutan gambut sering disebut juga dengan hutan ramin.

Sifat-sifat Gambut

Sifat lahan gambut sangat berbeda dengan tanah mineral berkaitan dengan sifat kimia, fisika, dan biologi. Ciri lahan gambut dapat berubah akibat adanya tindakan manusia seperti pembukaan lahan, pembakaran lahan, pembuatan saluran drainase, dan penambangan.

Karakteristik kimia gambut yang menonjol dan berkaitan dengan pertanian meliputi kemasaman tanah, cadangan karbon, ketersediaan hara, KTK, kadar abu, asam organik, dan pirit, dan jenis stratum yang berada di bawah lapisan gambut.

Penampakan fisik gambut meliputi daya simpan air, laju subsidensi, porositas tanah, dan berat isi. Jenis dan populasi mikroorganisme merupakan karakteristik yang berkaitan dengan sifat biologi gambut.

Baca juga: 9 Dampak Kerusakan Hutan bagi Manusia

FAQ

Apa itu Gambut?

Gambut adalah sebuah lahan basah yang tercipta dari timbunan material organik berupa sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan jasad hewan-hewan yang membusuk dan membentuk lapisan tanah.

Dimana Persebaran Lahan Gambut di Indonesia?

Lahan gambut di Indonesia tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan, Papua dan sebagian wilayah pulau Sulawesi. Informasi lengkap terkait sebaran gambut sudah kita bahas di artikel ini.

Penulis: Ridha Rizkiana

Editor: M. Nana Siktiyana

Dapatkan Ebook Gratis dari LindungiHutan

LindungiHutan menyusun ebook panduan untuk menanam pohon GRATIS untuk kamu. Ebook ini sangat ringkas tapi penuh dengan pengetahuan dan berdasarkan penelitian terhadap literatur-literatur terpecaya. Klik tombol di bawah ini untuk mengunduh (download).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sedekah Pohon LindungiHutan