Emisi Karbon
Karbon Monoksida: Penyebab, Bahaya, Manfaat dan Efek Buruk untuk Lingkungan (Update 2023)


World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan utama dalam pencemaran lingkungan adalah polusi udara.
Dilansir dari Betahita, sebagai silent killer, polusi udara dapat mengurangi kehidupan manusia di bumi rata-rata sebesar dua tahun. Beberapa kota di Indonesia dinilai memiliki kualitas udara yang buruk dan dapat memperpendek usia manusia hingga 6,4 tahun.
Ternyata, penyebab kematian karena polusi udara 3 kali lebih besar dibanding kematian yang disebabkan oleh penyakit AIDS, TBC, dan malaria.
Salah satu penyebab polusi udara adalah gas pembuangan dari kendaraan bermotor. Tidak dapat dimungkiri, mayoritas masyarakat di Indonesia mobilitasnya menggunakan kendaraan bermotor. Alhasil, meningkatkan salah satu polutan di udara yaitu CO atau karbon monoksida.
Lantas, mengapa gas monoksida berbahaya? Seperti apa gangguan kesehatan apabila terpapar karbon Monoksida ini? Yuk kita simak penjelasan berikut ini!
Daftar Isi
- Apa Itu Karbon Monoksida (CO)?
- Penyebab dan Penghasil Gas Karbon Monoksida
- Berapa Jejak Karbon yang Kamu Hasilkan Hari Ini?
- Bahaya Carbon Monoxide untuk Kesehatan
- Keuntungan dan Manfaat Karbon Monoksida
- Dampak Negatif Karbon Monoksida untuk Lingkungan
- Cara Mengurangi Dampak Carbon Monoxide (CO)
- FAQ
- Ayo Ambil Peranmu Kurangi Emisi Karbon!
Apa Itu Karbon Monoksida (CO)?
Karbon monoksida atau gas monoksida adalah salah satu gas yang berasal dari pembuangan kendaraan bermotor. Gas monoksida tidak memiliki bau dan warna, tetapi sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia dalam jumlah yang besar.
Karena gas CO tidak berbau, biasanya gas CO terhirup bersamaan dengan gas lainnya. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -192°C. Di kota besar dengan lalu lintas yang padat menghasilkan gas CO yang tinggi dibanding di pedesaan.


Penyebab dan Penghasil Gas Karbon Monoksida
Gas monoksida disebabkan proses pembakaran kendaraan bermotor. Menurut BPS, pada tahun 2018-2020 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia adalah 126.508.776 dan pada tahun 2020 menjadi 136.137.451.
Selain dari pembakaran kendaraan bermotor, gas CO berasal dari pembakaran fosil minyak, batu bara, dan gas dalam jumlah besar.
Selain itu, gas CO disebabkan oleh pemanas ruangan dengan bahan bakar minyak tanah, asap rokok, asap dari industri, pembakaran hutan, dan lainnya.
Berapa Jejak Karbon yang Kamu Hasilkan Hari Ini?
Hitung besar emisi karbon sekarang juga dengan menggunakan kalkulator jejak karbon Imbangi. Menggunakan Imbangi, kamu bisa menghitung besar emisi karbon dari penggunaan kendaraan, listrik, dan peralatan elektronik lainnya.


Baca juga: 8 Jenis Polutan Berbahaya bagi Kesehatan Manusia, Debu juga Termasuk Loh!
Bahaya Carbon Monoxide untuk Kesehatan
Gas monoksida yang berasal dari pembakaran sangat berbahaya dan berakibat fatal untuk kesehatan. Gas CO mengikat hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan karboksihemoglobin (COHb) pada darah.
Dalam mengikat hemoglobin, ikatan karbon monoksida (CO) lebih kuat dibanding ikatan oksigen (O2). Ikatan CO lebih lama mengikat Hb dibanding O2 yang lebih mudah melepaskan dari Hb. Akibatnya ikatan hemoglobin dengan oksigen akan semakin sedikit. Jadi, paparan gas CO secara terus-menerus ternyata dapat memengaruhi kadar COHb pada darah.
Menghirup gas CO dalam kurun waktu yang lama akan menimbulkan beberapa penyakit bahkan kematian. Apa saja penyakit yang timbul apabila kita terpapar gas CO?
1. Penyakit Jantung
Gas monoksida yang terhirup secara terus-menerus menyebabkan serangan jantung, jantung koroner, dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Menurut Wang Y dkk 2020, efek peningkatan kadar CO di dalam tubuh dapat meningkatkan Year of Life Lost (YLL). YLL adalah ukuran kematian dini pada masyarakat yang memperhitungkan antara frekuensi kematian dan usia terjadinya kematian.
2. Penyakit Paru-paru
Paparan gas CO secara singkat dapat mengakibatkan penyakit bronkitis, terutama pada laki-laki usia lanjut. Orang dengan riwayat merokok menyebabkan gangguan pada fungsi paru sekitar 62% (Premana dan Griandhi 2017).
Sehingga paparan dari gas CO, meningkatkan terjadinya bronkitis dan Delayed Encephalopathy After Acute Carbon Monoxide Poisoning (DEACMP).
3. Efek pada Ibu Hamil
Ibu hamil yang terpapar karbon monoksida rentan mengalami BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Menurut penelitian paparan asap rokok memiliki risiko 2,353 kali lebih besar mengakibatkan ibu hamil mengalami BBLR (Hasriyani dkk 2018).
Sebagai perokok pasif tentunya sangat membahayakan ibu hamil, apalagi jika ibu hamil terpapar gas CO lebih dari 7 jam setiap harinya (Nur 2018). Gangguan lain pada ibu hamil yaitu kematian janin, komplikasi jangka pendek, gangguan perkembangan, dan lesi otak kronis.
Paparan asap rokok lebih dari 3 jam setiap harinya dapat menyebabkan efek stunting pada balita (Humairoh dkk 2021).
Menurut Nevers (2000), efek gas CO yang ada di dalam tubuh manusia dapat dilihat sebagai berikut:
% CO dalam Darah (dalam Bentuk COHb) | Efek Bagi Tubuh |
0,3-0,7 | Gangguan psikologi seperti pada perokok |
2,5-3,0 | Gangguan dan kerusakan fungsi jantung: aliran darah, perubahan konsentrasi sel darah merah, dan tekanan darah |
4,0-6,0 | Berkurangnya kesiagaan, penglihatan, penurunan energi untuk kerja maksimum |
6,0-8,0 | Terjadinya gejala seperti pada perokok, perokok memproduksi lebih banyak sel darah merah dari pada bukan perokok untuk mengimbanginya |
10,0-20,0 | Sakit kepala berlebihan, tidak bertenaga, lesu, potensi kerusakan pada janin, pembesaran sel darah pada kulit, dan penglihatan tidak normal |
20,0-30,0 | Ketidaknormalan keterampilan individu, mual, sakit kepala |
30,0-40,0 | Kelemahan otot, muntah, mual, pandangan mata gelap, mudah emosi, timbul sifat pemberontak, dan sakit kepala hebat |
40,0-60,0 | Pingsan, tertawa yang berlebihan, koma |
60,0-70,0 | Koma, berhentinya aktivitas jantung dan pernapasan, beberapa terjadi kematian |
Lebih dari 70,0 | Kematian |
Baca juga: Karbon Dioksida: Sifat, Kegunaan, Manfaat, Bahaya dan Cara Menguranginya (Update 2023)
Keuntungan dan Manfaat Karbon Monoksida
Walau dalam beberapa kondisi karbon monoksida dikategorikan sebagai polutan yang berbahaya, tetapi ia dapat menguntungkan apabila digunakan dalam takaran yang tepat. Gas ini dapat dimanfaatkan sebagai reduktor dalam pengolahan jenis logam, sebagai bahan bakar gas seperti gas kokas dan gas air, dan bahan baku pembuatan metanol.
Menurut penelitian Katsnelson (2019), gas CO mampu meredakan peradangan, mempertahankan jaringan yang stres, mencegah kematian sel, mengobati penyakit sepsis, mengobati penyakit sel sabit, mengobati komplikasi transplantasi organ, mengobati penyakit fibrosis paru, dan lainnya.
Dampak Negatif Karbon Monoksida untuk Lingkungan
Karbon monoksida merupakan salah satu polutan yang banyak tersebar di udara. CO sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor maupun alat industri. Menurut Wardhana (2001), gas CO yang disebabkan oleh transportasi di Indonesia sebesar 70,50%.
Semakin banyak kendaraan bermotor atau alat industri yang mengeluarkan gas CO maka semakin buruk lingkungan sekitar kita.
Efek yang ditimbulkan dengan tingginya gas CO di lingkungan adalah penurunan kualitas udara yang berdampak bagi kesehatan manusia. Gas CO yang dihirup secara perlahan dengan durasi waktu yang lama bisa menyebabkan kematian.
Baca juga: 6 Contoh Limbah B3 Industri yang Berbahaya untuk Lingkungan
Cara Mengurangi Dampak Carbon Monoxide (CO)
Penggunaan kendaraan di Indonesia terbilang sangat tinggi, apalagi di kota-kota besar. Salah satu cara untuk mengurangi CO, menurut penelitian Maryanto dkk (2009) dengan cara penambahan arang aktif, glasswool, air, atau bahan yang bersifat absorben dan adsorben mampu mengurangi kadar emisi gas CO yang terbuang dari knalpot kendaraan bermotor.
Selain itu, kita dapat menggunakan transportasi umum ketika bepergian misalnya bekerja. Jika menggunakan kendaraan pribadi, pastikan selalu merawat dengan rutin agar knalpot terjaga dengan baik.
Memasang Detektor gas CO bisa dilakukan di rumah. Adanya detektor mampu mengetahui berapa tingkat konsentrasi CO di sekitar kita.
Dan yang terakhir, pastikan dapur memiliki ventilasi udara yang baik dan kalau kita memasak/membakar menggunakan arang, lakukan di luar ruangan agar gas karbon dioksida tidak terperangkap di rumah kita.
Itulah penjelasan singkat mengenai karbon monoksida! Setelah membaca tulisan di atas, sebaiknya kita lebih aware dengan kondisi sekitar kita, agar terhindar dan dapat mengurangi dampak dari paparan gas monoksida.
FAQ
Apakah gas karbon monoksida berbahaya?
Gas monoksida sangat berbahaya itu lah mengapa disebut silent killer. Gas ini tidak berbau dan berwarna. Menghirup gas CO secara berlebihan mampu menyebabkan kematian.
Apa saja manfaat carbon monoxide (CO)?
sebagai reduktor dalam pengolahan jenis logam, sebagai bahan bakar gas seperti gas kokas dan gas air, dan bahan baku pembuatan metanol.
Bagaimana pengaruh karbon monoksida pada perubahan iklim?
Gas CO yang terperangkap di dalam atmosfer meningkatkan gas rumah kaca sehingga meningkat pula suhu rata-rata di bumi yang menjadi tanda adanya perubahan iklim.
Penulis: Ana Salsabila
Ayo Ambil Peranmu Kurangi Emisi Karbon!
Kini kamu bisa ambil peran dalam menjaga lingkungan dengan mengurangi emisi karbon. Caranya dengan menghitung jejak karbon yang kamu hasilkan dalam aktivitas sehari-hari lalu tebus melalui penanaman pohon. Menggunakan Imbangi, kamu bisa menghitung jumlah jejak karbon dan menebusnya dengan menanam pohon di lokasi penanaman kami!