Emisi Karbon
Apa itu Jejak Karbon? Penyebab, Dampak dan Cara Menguranginya (Update 2024)
Artikel ini di-review oleh Muthi’ah Aini Rahmini, Tim Rnd dan Product LindungiHutan
Tahukah Anda bahwa aktivitas sehari-hari yang kita jalani berpotensi meninggalkan jejak karbon? Apakah Anda juga tahu jika jejak karbon tersebut adalah sebab utama terjadinya perubahan iklim?
Sebelum jauh membahas apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon, tentunya kita perlu memahami apa itu jejak karbon. Ibarat kata, untuk menang, kamu harus bisa mengenali musuhmu terlebih dahulu nih!
Daftar Isi
Apa itu Jejak Karbon?
Pengertian carbon footprint menurut Wiedman dan Minx (2008) adalah ukuran dari jumlah total emisi karbondioksida secara langsung maupun tidak langsung yang disebabkan oleh suatu kegiatan.
Sedangkan menurut Ardinsyah (2009) jejak karbon adalah suatu ukuran dari aktivitas manusia yang menimbulkan dampak kepada lingkungan, yang diukur dari seberapa banyak gas rumah kaca yang dihasilkan, biasanya dihitung dengan unit CO2.
Sederhananya, jejak karbon atau carbon footprint adalah akumulasi jumlah gas-gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Baik itu secara individu, keluarga, atau kelompok manusia yang lebih besar. Mengingat, beberapa aktivitas manusia seperti pembakaran gas, minyak, dan batubara melepaskan karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.
Menurut Arisandi, setiap tahunnya konsentrasi karbon dioksida di udara terus mengalami peningkatan, di mana secara otomatis hal tersebut menyebabkan suhu bumi juga meningkat (Arisandi, 2011, dalam Wiratama dkk, 2016). Pendek kata, semakin tingginya aktivitas yang kita lakukan, maka makin tinggi jejak karbon yang kita tinggalkan.
Lantas, apa saja aktivitas keseharian kita yang menyumbang karbon dan bagaimana cara menguranginya? Berikut penjelasan lengkapnya!
Baca juga: Pengungkapan Emisi Karbon dan Manfaatnya bagi Perusahaan
Penyebab dan Cara Mengurangi Jejak Karbon (Carbon Footprint)
Jejak karbon berasal dari berbagai sektor-sektor kehidupan yang mana setiap sektor menghasilkan carbon footprint yang berbeda-beda. Di antara sektor-sektor tersebut, sektor rumah tangga menjadi salah satu penghasil emisi signifikan.
Berdasarkan data tahun 2021 oleh Institute for Essential Service Reform (IESR), sektor rumah tangga di Indonesia menyumbang 3,8% karbon CO2 langsung, serta 20,7% karbon CO2 tidak langsung.
Akumulasi jumlah emisi yang dihasilkan adalah 0,58 ton CO2/kapita, di mana jumlah tersebut jauh dari rata-rata angka dari aksi iklim menuju net zero (Rusyda Al Latifa, 2022).
Sementara itu, melansir dari theconversation.com, di Kanda, aktivitas rumah tangga masyarakatnya menghasilkan 42% emisi gas rumah kaca.
Aktivitas-aktivitas rumah tangga yang termasuk jejak karbon adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi Makanan
Mengonsumsi makanan dengan proses produksi yang panjang seperti produk susu dan daging ternyata menyumbang emisi yang sangat tinggi. Kontribusi emisi dari kegiatan produksi pangan tersebut bahkan mencapai 83%. Itu jauh lebih rendah dibanding dengan kegiatan transportasi pangan yang menyumbang sekitar 11% emisi (Greg McDermid, 2020).
Karenanya, cara mengurangi jejak karbon untuk masalah ini adalah dengan mengurangi konsumsi daging dan produk susu. Memilih konsumsi makanan lokal dan mengurangi konsumsi pangan impor juga dapat memangkas emisi karbon.
2. Transportasi yang Kita Gunakan
Jenis kendaraan yang digunakan untuk menunjang aktivitas kita ternyata berkontribusi dalam menyumbang jejak karbon. Selain jenis kendaraan, bahan bakar yang digunakan, serta jarak yang ditempuh juga menjadi faktor penentu.
Menurut Laporan Inventarisasi Profil Emisi Gas Rumah Kaca DKI Jakarta tahun 2019, selama periode 2010-2018 sektor transportasi di ibu kota menghasilkan emisi gas rumah kaca dengan kisaran 7,5 juta ton sampai 13,3 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e) per tahun.
Fakta tersebut seharusnya cukup untuk membuat publik sadar akan besarnya pengaruh pilihan moda transportasi terhadap besarnya jejak karbon.
Adapun, cara yang paling mudah untuk mengurangi emisi di sektor transportasi dengan memakai angkutan umum jika jarak yang dituju cukup jauh, dan memakai sepeda jika tempat tujuan dekat.
Apabila perjalanan mengharuskan membawa kendaraan pribadi gunakanlah kendaraan yang konsumsi bahan bakarnya tidak boros.
3. Bagaimana Kita Menggunakan Energi Listrik
Kemajuan teknologi memang membuat kehidupan sehari-hari kita semakin mudah. Terutama dengan ditemukannya alat-alat teknologi yang seolah tidak ada habisnya. Sayangnya, kemudahan yang kita dapatkan harus dibayar mahal dengan emisi karbon yang dihasilkan.
Mengutip dari laman databoks, Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa pada tahun 2020 total emisi karbon dioksida CO2 mencapai 33,9 gigaton (Gt). Dari jumlah tersebut, sekitar 13,5 Gt berasal dari sektor listrik dan pemanas, menjadikannya sebagai kontributor terbesar dibandingkan dengan sumber emisi l
Untuk itu, menggunakan listrik secara bijak dengan mematikannya saat tidak digunakan sangat membantu mengurangi jejak karbon. Terlebih jika hal tersebut dilakukan secara kontinu.
Dampak Negatif Jejak Karbon (Carbon Footprint)
Seperti yang telah dipaparkan di atas, jejak karbon yang dihasilkan oleh kegiatan manusia menyebabkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer terus meningkat. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut berdampak pada perubahan iklim atau pemanasan global.
Saat ini perubahan iklim memang menjadi permasalahan paling serius. Meskipun rentetan dampaknya semakin nyata dan begitu mengerikan, tahun ke tahun bumi terus mengalami peningkatan suhu.
Keadaan semakin diperparah dengan kerusakan hutan yang juga mengalami percepatan. Jika kondisi demikian terus terjadi, kelaparan, cuaca ekstrem, bencana, muncul wabah-wabah baru, penurunan sumber daya alam, dan puncaknya adalah terjadinya kepunahan massal benar-benar akan terjadi.
Bahkan, berdasarkan analisis FAO dalam Karahayon., et all. (32:2022) bahwa 34 dari 51 negara yang mengalami krisis pangan akibat peruabahan iklim ekstrem. Adapun, pengaruh yang dimaksud berupa kekeringan, banjir, siklon, jeda hujan, curah hujan tidak menentu, dan awal musim hujan terlambat.
Baca juga: Carbon Footprint Scopes 1, 2, dan 3, Contoh serta Cara Menghitungnya
Upaya Mitigasi, Penetapan Pajak Karbon Mulai Digalakkan
Besarnya dampak buruk jejak karbon mestinya diiringi oleh upaya mitigasi yang dilakukan komunitas global. Dalam rangka menekan emisi karbon beberapa negara mulai menetapkan pajak karbon.
Finlandia merupakan negara pertama yang mengadopsi pajak karbon sejak tahun 1990. Kemudian, 16 negara lainnya menyusul, seperti Irlandia, Jepang, Inggris, Chili, Portugal, Singapura, dan lainnya.
Di Indonesia sendiri, regulasi pajak karbon diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021. Undang-Undang ini menetapkan pengenaan pajak karbon sebagai salah satu alat kebijakan untuk menekan emisi karbon. Pajak karbon Indonesia akan mulai diberlakukan pada tahun 2024 dengan tarif awal sebesar Rp75.000 per ton CO2.
Panduan Mengurangi Jejak Karbon: Hitung dengan Kalkulator Jejak Karbon Imbangi!
Mungkin terbesit dipikiran, berapa banyak ya jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas harian kita?
Dengan Imbangi Anda bisa menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari berbagai jenis aktivitas yang dilakukan. Imbangi menyediakan beberapa kategori perhitungan karbon mulai dari bahan bakar industri, kendaraan, konsumsi listrik wilayah, peralatan listrik, hingga pendingin ruangan.
Cara menghitungnya mudah, cukup masukkan data yang dibutuhkan dan hasilnya bisa langsung Anda ketahui.
Coba Kalkulator Jejak Karbon Imbangi!
Kalkulator jejak karbon Imbangi juga memungkinkan Anda menebus (offsetting) besar jejak karbon yang dihasilkan. Setelah mengetahui jumlah emisi yang dihasilkan selanjutnya Anda bisa melakukan carbon offsetting dengan menanam pohon mangrove bersama LindungiHutan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas kita tidak akan lepas dari menghasilkan jejak karbon.
Meski demikian, kita masih punya kesempatan untuk berkontribusi menguranginya. Langkah kecil untuk menyelamatkan bumi yang bisa dimulai dari diri, dan rumah kita.
Baca juga: 5 Kelebihan Kalkulator Jejak Karbon Imbangi
FAQ
Apa yang dimaksud dengan jejak karbon?
Jejak karbon (carbon footprint) adalah akumulasi jumlah gas-gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Semakin tingginya aktivitas yang kita lakukan, maka makin tinggi jejak karbon yang kita tinggalkan, dan akan semakin panas juga suhu bumi di atmosfer.
Bagaimana dampak jejak karbon?
Jejak karbon yang dihasilkan oleh kegiatan manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2. Hal ini berdampak pada perubahan iklim atau pemanasan global.
Apa saja aktivitas yang menghasilkan jejak karbon?
Jejak karbon berasal dari berbagai sektor-sektor kehidupan yang mana setiap sektor menghasilkan carbon footprint yang berbeda-beda. Salah satu penyebab jejak karbon tertinggi adalah kegiatan di sektor rumah tangga. Meliputi makanan yang kita konsumsi, kendaraan yang kita gunakan, energi-energi listrik yang kita pakai, serta sampah yang kita buang.
Penulis: Maswanajih dan Ana Salsabila