Connect with us

Bisnis Lestari

Mengenal Konsep Triple Bottom Line (3P) dan Implementasinya

Published

on

Konsep Triple Bottom Line (3p)

Pada tahun 1970-an, CSR (Corporate Social Responsibility) mulai dikenal oleh masyarakat luas sebagai bentuk tanggung jawab suatu perusahaan terhadap keadaan sosial dan lingkungannya. 

Dalam mengukur keberhasilan program CSR secara berkelanjutan, erat kaitannya dengan konsep Triple Bottom Line

Bagi pelaku bisnis konsep ini mungkin sudah tidak asing lagi. Sementara bagi kita yang masih awam, mungkin bertanya tanya apa itu Triple Bottom Line? Bagaimana awal mula konsep ini dikenal? Apa saja poin di dalam Triple Bottom Line? So, simak dulu penjelasan berikut ini!

Awal Mula Konsep Triple Bottom Line?

Ungkapan Triple Bottom Line (TBL) pertama kali dikenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994. Beliau adalah seorang pengusaha dan penulis buku.

Di dalam bukunya, “Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business”, Elkington melihat banyak perusahaan dalam menjalankan bisnisnya hanya berfokus pada keuntungan semata. Para perusahaan mengabaikan dampak lain yang muncul seperti pencemaran lingkungan, tentunya itu bukan menjadi masalah yang tidak dapat dikesampingkan.

John Elkington mengemas konsep Triple Bottom Line (3P : People, Planet, dan Profit) dalam menjalankan kegiatan CSR dan bisnis secara bersamaan. Tiga poin tersebut menjadi landasan sebuah bisnis yang berkelanjutan.

triple bottom line
Infografis konsep 3P oleh LindungiHutan

3 Poin Triple Bottom Line

Triple Bottom Line adalah konsep bisnis yang mengusung keberlanjutan dan terdiri dari 3 poin penting atau biasa disebut 3P yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan program CSR

Baca juga: Penanaman Mangrove, Ide Program CSR Lingkungan yang Berdampak

Tiga poin tersebut antara lain people (masyarakat), planet (lingkungan), dan profit (keuntungan). Berikut penjelasannya!

1. People (Masyarakat)

People atau masyarakat merupakan stakeholder bagi perusahaan. Kategori ini meliputi karyawan, komunitas, dan masyarakat sekitar perusahaan yang perlu diperhatikan. 

Masyarakat menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan CSR. Perusahaan bertanggung jawab memberikan dampak dan manfaat positif bagi kehidupan di masyarakat.

Kepedulian perusahaan dapat diwujudkan dengan cara mendukung dan membantu kebutuhan masyarakat. Tentunya dengan hal itu dapat meningkatkan citra baik perusahaan di kalangan masyarakat sekitar maupun khalayak umum.

2. Planet (Lingkungan)

Bicara mengenai lingkungan memang tidak ada habisnya. Pencemaran air, polusi udara, perubahan iklim, dan emisi CO2 menjadi dampak negatif yang muncul karena adanya kegiatan perusahaan. 

Maka dari itu, dalam menjalankan aktivitas produksinya, perusahaan sangat perlu memperhatikan aspek lingkungan, agar masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan tidak merasa dirugikan. 

Caranya, perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya alam secukupnya, menggunakan teknologi ramah lingkungan, mengolah kembali limbah dari kegiatan produksi. Jika semua dikelola dengan optimal, maka kenyamanan, kesehatan masyarakat, dan sumber daya alam akan terjaga dengan baik.

3. Profit (Keuntungan)

Orientasi setiap perusahaan tentu untuk meraih keuntungan dalam kegiatan usahanya. Bukan hanya keuntungan saja, tetapi juga dapat menciptakan bisnis yang berkelanjutan. 

Perusahaan harus mengelola biaya dengan baik dan se-efisien mungkin. Dengan cara menekan waktu kegiatan produksi, meminimalisir biaya pengeluaran yang tidak perlu, dan membangun kerja sama yang baik dengan stakeholder perusahaan.

3 Contoh Implementasi Triple Bottom Line Perusahaan di Indonesia

Berikut perusahaan yang telah menerapkan konsep Triple Bottom Line dalam program CSR yang telah dijalankan, antara lain:

1. PT Pertamina

PT Pertamina adalah salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang energi, petrokimia, dan sumber daya alam lainnya. Perusahaan ini memiliki visi “towards a better life”, dengan tujuan program ini tidak hanya membangun relasi bisnis saja, tetapi meningkatkan pembangunan manusia secara nasional. 

Program CSR lainnya yang dilakukan PT Pertamina adalah membangun agrowisata bernama Camp Bell 2 Edupark di Desa Tawangsari (Rahmatika dkk 2020).

PT Pertamina memperhatikan kondisi lingkungan yang ada, sehingga perusahaan ini mengusung konsep pengelolaan air terpadu (clean water), kebun buah naga (green energy), peternakan sapi terpadu (green act), biogas (clean energy), dan zero waste

Dalam pengelolaannya, perusahaan ini membuat sebuah organisasi untuk mengelola agrowisata dan memberikan pembinaan bagi masyarakat Desa Tawangsari. Tenaga kerja yang digunakan adalah masyarakat sekitar kawasan wisata.

Adanya agrowisata dapat membantu kesejahteraan untuk masyarakat dan perusahaan dalam memperluas relasi bisnis untuk pertumbuhan perusahaan. 

Program CSR tersebut memberikan citra dan reputasi yang baik karena berhasil menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.

Baca juga: Pertamina Gas (Pertagas) Jalankan Program Sedekah Pohon untuk Bumi

2. PT Unilever

Siapa yang tak kenal dengan perusahaan ini? PT Unilever bergerak dalam penyediaan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat di Indonesia. 

YUI (Yayasan Unilever Indonesia), memiliki misi untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat, memberdayakan potensi masyarakat, menyatukan mitra-mitra, dan bergerak sebagai penghubung untuk pembentukan mitra (Michael dkk 2019). 

Dalam meningkatkan taraf hidup petani kecil, sudah mencakup keuntungan bagi perusahaan ini, karena petani kecil dapat memproduksi kedelai hitam dengan baik sebagai bahan baku untuk membuat kecap.

YUI memperhatikan pengelolaan sampah di Indonesia yang belum terkelola dengan baik. PT Unilever, mengambil isu mengenai kebersihan dalam pengelolaan sampah. Program ini dilakukan di satu daerah kemudian dapat menjadi contoh di daerah lain. 

Perusahaan ini tidak bertanggung jawab terhadap sumber daya alam yang telah digunakan, melainkan perusahaan ini menaruh perhatian terhadap isu lingkungan yang belum tentu dianggap menjadi masalah bagi masyarakat lain.

Perhatiannya kepada masyarakat, YUI menciptakan Program Sekolah Sehat dengan menanamkan perilaku hidup sehat bagi siswa sekolah dasar dan menengah. Program ini membentuk kader-kader muda yang peduli dengan kesehatan. Pada tingkat sekolah dasar  dikenal sebagai dokter kecil, sementara di tingkat menengah disebut dengan duta muda.

3. PT Antam Tbk

PT Antam termasuk ke dalam perusahaan BUMN yang bergerak di bidang tambang. Perusahaan ini memiliki visi mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan, keselamatan kerja, dan kelestarian lingkungan. 

Dalam menjalankan program CSR nya perusahaan ini memiliki eksistensi, citra, dan kredibilitas yang baik sehingga perusahaan ini dapat beroperasi hingga saat ini (Rembulan dkk 2021). 

PT Antam berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar yang terdampak dengan cara melatih kemandirian masyarakat. Selain itu perusahaan ini berfokus pada kualitas kesehatan, pendidikan (pemberian beasiswa), dan sosial budaya (bantuan sosial, program kemitraan) yang dilakukan di dalam program pengembangan masyarakat.

Dalam pelestarian lingkungan, PT Antam melakukan program seperti proyek reklamasi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang (RPT).

Baca juga: ISO 26000, Pedoman Pelaksanaan CSR untuk Perusahaan

Itulah penjelasan mengenai Konsep Triple Bottom Line dan implementasinya di perusahaan Indonesia. Semoga makin banyak ya perusahaan yang menerapkan konsep tersebut. Demi mewujudkan bumi yang hijau dan ‘sehat’ kembali

Apa yang dimaksud dengan 3P?

Konsep Triple Bottom Line yang terdiri dari profit, people, dan planet yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program CSR yang dijalankan

Apakah CSR merupakan kewajiban bagi perusahaan?

CSR wajib dilaksanakan oleh perusahaan tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 Mengenai tanggung jawab sosial dan perseroan terbatas

Mengapa Triple Bottom Line Penting?

Penting sebab perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mesti memerhatikan aspek penting selain keuntungan (profit), tetapi juga masyarakat (people), dan juga planet (bumi). Ketiga aspek tersebut mesti berjalan selaras.

Konsep Triple Bottom Line dari Siapa?

Konsep Triple Bottom Line (TBL) pertama kali dikenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994.

LindungiHutan Hadir Siap Membantu Perusahaan Anda Menjalankan Program CSR Lingkungan

Kenapa LindungiHutan? Sebab kami telah menanam lebih dari 600.000 pohon di +40 lokasi penanaman yang menjalin kerja sama dengan kami. LindungiHutan melibatkan Mitra Petani masyarakat setempat dalam penyediaan bibit penanaman serta pengelolaan pohon setelah penanaman. Harapannya, selain bermanfaat bagi lingkungan, juga berdampak pada roda perekonomian masyarakat. LindungiHutan berkomitmen agar semua inisiatif yang kami jalankan bisa berkelanjutan

Ana Salsabila adalah Junior SEO Content Writer di LindungiHutan yang berpengalaman dalam penulisan artikel tentang lingkungan dan kehutanan.

Sedekah Pohon LindungiHutan