Connect with us

Bisnis Lestari

Agribisnis: Pengertian, Prospek Bisnis dan Contoh-contohnya

Published

on

Agribisnis adalah

Pernah mendengar istilah agribisnis? Usaha yang bergerak di bidang pertanian erat kaitannya dengan penyediaan pangan tersebut tidak akan pernah mati.  Lantaran, ketersediaan pangan menjadi kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Lalu contoh-contoh bisnis pangan apa saja ya? Yuk simak penjelasan lengkapnya!

Agribisnis mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan produksi, distribusi, dan pasokan input pertanian seperti bibit, pupuk alat dan mesin; kegiatan produksi usaha tani; penyimpanan; pengolahan dan distribusi produk pertanian yang dihasilkan; perdagangan termasuk grosir, pedagang besar, atau eceran; kegiatan usaha untuk mengonsumsi produk pertanian seperti restoran, pasar, dan supermarket. 

Tujuan dari agribisnis adalah untuk mendukung pertanian, mulai dari sektor hulu hingga hilir. 

Status negara agraris membuat Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agribisnis. Sebagai negara agraris, Indonesia tentu tidak bisa mengabaikan pengaruh dari agribisnis pada sektor pertanian. Bahkan, jika masih dianggap sepele dan tidak dikembangan secara maksimal, ketergantungan Indonesia untuk ekspor bahan pangan akan terus berjalan. Jadi, agribisnis menjadi kunci penting agar Indonesia dapat mewujudkan swasembada pangan dan memajukan sektor pertanian.

Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis.

Pengertian Agribisnis?

Menurut KBBI pengertian agribisnis adalah istilah berasal dari kata “Agri” singkatan dari Agrikultur berarti pertanian, dan “bisnis” artinya usaha. Jadi apa itu agribisnis adalah usaha yang bergerak di bidang pertanian, terutama dalam hal penyediaan pangan.

Menurut Krisnamurthi (2020) , agribisnis merupakan salah satu bisnis, sektor usaha bahkan dinyatakan sebagai “mega sektor” yang paling banyak menjadi perhatian. Saat perhatian diberikan atas ketersediaan pangan, pengembangan biofuel, perkembangan industri kosmetik, atau wisata agro, konsep agribisnis hamper selalu disertakan dalam pembahasan tersebut.

Menurut Davis dan Goldenberg,(1957) agribisnis adalah penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur,dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usaha tani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian, serta produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.Definisi tersebut kemudian dirujuk dan digunakan oleh peneliti dan penulis lain, misalnya Drillion.

Agribisnis mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan produksi, distribusi, dan pasokan input pertanian seperti bibit, pupuk alat dan mesin; kegiatan produksi usaha tani; penyimpanan; pengolahan dan distribusi produk pertanian yang dihasilkan; perdagangan termasuk grosir, pedagang besar, atau eceran; kegiatan usaha untuk mengkonsumsi produk pertanian seperti restoran, pasar dan supermarket. 

Tujuan dari agribisnis adalah untuk mendukung pertanian, mulai dari sektor hulu hingga hilir. 

Hal ini berarti bahwa, pandangan pokok di bidang ini mengacu pada rantai sektor pangan atau food supply chain, sehingga, agribisnis juga dapat diartikan sebagai cara pandang ekonomi dalam upaya penyediaan pangan. Selain itu, mengacu pada cara pandang ekonomi, agribisnis diartikan sebagai usaha mempelajari strategi guna memperoleh keuntungan berdasarkan pengelolaan pada aspek budidaya dan persiapan bahan baku. 

Oleh karena itu, bidang ini sering dikaitkan dengan konteks manajemen pada dunia akademik atau biasa dikenal sebagai jurusan agribisnis. Jurusan agribisnis yaitu sebuah ilmu tentang strategi menjalankan rantai produksi dengan seefektif mungkin.

Baca juga: 10+ Manfaat Reboisasi dan Penghijauan untuk Manusia dan Alam

Prospek Agribisnis

Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis. Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai berikut: 

Pertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi keputusan politik. Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan ekonomi sebagaimana dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah pembangunan sistem agribisnis.

Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang tidak lain adalah sumberdaya di bidang agribisnis.

Selain itu, pada saat ini hampir seluruh daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha, ekspor) sebagian besar (sekitar 80%) disumbang oleh agribisnis. 

Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati  daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk agribisnis yang dapat dihasilkan dari bumi Indonesia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki sumber daya manusia (SDM) agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani, local wisdom, indigenous technologies) yang kuat dan infrastruktur agribisnis yang relatif lengkap untuk membangun sistem agribisnis.

Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada sumberdaya domestik (domestic resources based, high local content) tidak memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar. 

Faktor Pendorong Agribisnis

Faktor-faktor strategis yang mendorong tumbuhnya agribisnis adalah:

1. Lingkungan yang kondusif dan strategis

Kondisi lingkungan yang kondusif dan strategis sangat diperlukan untuk mendorong perkembangan agribisnis. Kondisi lingkungan ditentukan oleh keadaan pasar faktor produksi, pasar produk di dalam dan luar negeri, kelembagaan pasar, kebijakan pemerintah, dan negara tujuan pemasaran baik dalam dan luar negeri.

2. Aspek permintaan

Permintaan barang dari dalam dan luar negeri akan menentukan tingkat produksi. Semakin tinggi permintaan akan barang maka semakin besar peluang produsen untuk melakukan ekspansi usaha di bidang agribisnis. Tinggi rendahnya permintaan akan barang ditentukan oleh harga pasar, jumlah konsumen, tingkat pendapatan, selera, harga barang lain, dan faktor lainnya.

Jika ada permintaan akan barang yang diproduksi maka produsen harus mengkondisikan agar barang tersebut bertindak sebagai barang yang dibutuhkan oleh konsumen, harga barang tersebut memadai, kualitas barang sesuai dengan selera konsumen, dan barang tersebut tersedia setiap saat manakala barang tersebut dibutuhkan.

Baca juga: 10+ Manfaat Menanam Pohon untuk Lingkungan dan Manusia

Perbedaan Agribisnis dan Agroteknologi

Agribisnis seringkali disamakan dengan agroteknologi. Meskipun saling berkaitan, namun kedua hal ini sangat berbeda. Perbedaan agribisnis dan agroteknologi terletak pada cakupan bidangnya. Sesuai pengertian agribisnis adalah usaha pertanian. Jadi agribisnis fokus dalam aktivitas bisnisnya, bagaimana hasil pertanian mampu didistribusikan dan dipasarkan dengan jangkauan yang luas, harga kompetitif sesuai kualitas, dan dikonsumsi masyarakat secara baik.

Sedangkan agroteknologi berfokus pada cara tumbuh tanaman pertanian hingga berbuah dan menghasilkan panen. Agroteknologi sangat memperhatikan proses-proses pertumbuhan tanaman, pemilihan lahan yang cocok, serta mengetahui ilmu tanah, agronomi, hama dan penyakit tanaman untuk mengantisipasi tanaman gagal panen.

Manfaat Agribisnis

Peluang usaha agribisnis memiliki banyak manfaat, baik bagi pebisnis maupun lingkungan. Selengkapnya tentang manfaat membuka agribisnis adalah sebagai berikut.

1. Berbisnis sambil melestarikan alam

Pertama, berbisnis sambil melestarikan alam, dimana dalam menjalankan usaha pertanian akan melibatkan banyak proses alam, mulai dari pengolahan tanah subur, penggunaan sistem irigasi, pemanfaatan sinar matahari dan hujan. Hal-hal tersebut merupakan salah satu cara melestarikan alam.

2. Membantu memberdayakan masyarakat menengah ke bawah

Manfaat agribisnis yang kedua adalah membantu memberdayakan masyarakat menengah ke bawah. Bisnis pertanian banyak dilakukan di lingkungan pedesaan, karena kesesuaian ekosistemnya. Dengan mendirikan agribisnis di desa, Anda telah memberdayakan masyarakat di desa yang notabene kelas menengah ke bawah melalui penyediaan lapangan kerja.

3. Potensi keuntungan jangka panjang

Manfaat agribisnis berikutnya adalah usaha ini berpotensi menghasilkan keuntungan jangka panjang. Karena proses bercocok tanam dan bertani memerlukan waktu yang lama, maka usaha ini bisa dijadikan sebagai investasi jangka panjang. Prosesnya yang lama akan menghasilkan keuntungan berlipat.

4. Opsi bisnis sangat banyak

Manfaat agribisnis yang terakhir adalah dapat dijadikan sebagai opsi bisnisnya sangat banyak, terutama di masa depan. Semakin maju teknologinya, akan semakin banyak peluang usaha agribisnis yang berkembang.

Perkembangannya Agribisnis di Indonesia

Secara umum, di Indonesia, perkembangan dari agribisnis terbagi menjadi beberapa fase:

Fase konsolidasi

Fase konsolidasi terjadi pada tahun 1967 hingga 1978, dan dengan pertumbuhan di sektor pertanian 3,39 persen lebih besar ditengarai dari kinerja sub-sektor tumbuhan pangan serta perkebunan sebesar 3,58 persen dan 4,53 persen. Terdapat 3 kebijakan penting pemerintah yang terjadi di fase ini, yakni penggunaan teknologi atau intensifikasi, perluasan area dengan mengkonversi hutan yang tidak produktif atau ekstensifikasi, serta penganekaragaman dalam usaha agribisnis guna menambah pendapatan petani atau diversifikasi.

Fase tumbuh tinggi

Dalam periode ini, tahun 1978 hingga 1986, agribisnis pada sektor pertanian memiliki angka pertumbuhan lebih dari 5,7 persen. Di lain sisi, produksi pangan, perikanan, perkebunan, dan peternakan memiliki angka produksi mencapai 6,8 persen dan puncak terjadi swasembada pangan. 

Fase dekonstruksi

Di fase dekonstruktif tahun 1986 hingga 1997, sektor pertanian Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan, yakni di bawah angka 3,4 persen per tahun. Alasannya adalah adanya pengacuhan dari perumusan kebijakan karena anggapan telah mencapai swasembada pangan. Sehingga, persepsi dari pengembangan agribisnis menjadi tergulir dengan sendirinya. 

Fase krisis

Lanjut pada masa krisis moneter di tahun 1997 hingga 2001, nilai tukar Rupiah pada Dolar Amerika mengalami lonjakan dan membuat komoditas ekspor di sektor pertanian menjadi lebih tinggi, khususnya perikanan dan perkebunan. Kendati demikian, sektor pertanian masih kewalahan dan harus menyerap limpahan dari tenaga kerja di sektor informal serta perkotaan sebagai dampak dari krisis yang terjadi. 

Fase desentralisasi

Terjadi di tahun 2001 hingga sekarang, perkembangan agribisnis di Indonesia berada pada fase desentralisasi. Artinya, transisi politik yang terjadi membuat banyak perda dibuat dan menimbulkan tidak sedikit penyimpangan administrasi serta korupsi menurut survey dari LPEM-FEUI. Alhasil, terdapat banyak biaya tambahan untuk bisa menjalankan birokrasi pemerintah. 

Baca juga: 10+ Sosok Peduli Hutan dan Lingkungan yang Jarang Muncul

Contoh-Contoh Usaha Agribisnis

Setelah memahami apa itu agribisnis, sistem agribisnis, dan manfaatnya, selanjutnya kita akan membahas contoh penerapan agribisnis. Bagi Anda yang tertarik menerapkan usaha ini, contoh usaha agribisnis adalah sebagai berikut.

Usaha hidroponik

Contoh usaha agribisnis yang pertama adalah hidroponik, yaitu usaha budidaya tanaman tanpa tanah sebagai medianya. Sebagai gantinya, tanaman akan digantung dengan akar menyentuh/tenggelam menyentuh air, agar tetap bergizi dan sehat, tanaman hidroponik akan diberi nutrisi tiap hari.Usaha agribisnis ini sangat cocok dibuka di kota-kota besar yang media tanahnya sedikit.

Menjual bibit unggul

Kedua, contoh usaha agribisnis adalah menjual bibit unggul. Sahabat tidak harus menjadi petani untuk membuka agribisnis. Hanya dengan menjual bibit unggul yang diperlukan petani, Anda bisa meraup keuntungan besar.

Budidaya tanaman hias

Ketiga, contoh usaha agribisnis adalah budidaya tanaman hias. Saat ini, banyak orang ingin bercocok tanam dari rumah dengan memelihara tanaman hijau. Anda bisa melihat peluang menjanjikan ini dengan menjual tanaman hias.

Usaha terrarium

Keempat, contoh usaha agribisnis adalah bisnis terrarium. Terrarium merupakan seni bercocok tanam tumbuhan hias dalam media terbatas berupa kaca atau plastik transparan. Tujuan orang membeli terarium adalah koleksi, sehingga makin cantik terarium buatan, Sahabat akan makin banyak orang menyukainya.

Budidaya lele

Contoh kelima agribisnis adalah budidaya lele. Bisnis ternak lele merupakan penerapan agribisnis yang mudah dilakukan di mana saja. Selain itu, menjalani bisnis ini cukup mudah, karena lele tidak membutuhkan lahan luas dan perawatan rumit untuk membudidayakannya.

Usaha perah susu

Contoh usaha agribisnis berikutnya adalah usaha perah susu. Jika Anda tinggal di daerah dataran tinggi, maka beternak sapi perah merupakan peluang yang menjanjikan, terutama jika Anda bisa menyediakan teknologi pengolahan tingkat tinggi untuk meningkatkan kualitas dan harga susu.

Pengolahan limbah organik

Terakhir, contoh usaha agribisnis adalah pengolahan limbah organik. Petani memerlukan pupuk organik. Anda bisa membuka peluang menjanjikan dengan menjual pupuk organik melalui pengolahan limbah organik. Banyak sekali potensi limbah sekitar yang bisa diolah menjadi pupuk organik, seperti daun mati, ampas kopi, ampas tahu, buangan hewan, dan sebagainya.

Baca juga: Simak Hasil Publikasi Ilmiah LindungiHutan di Widyantara

LindungiHutan Menanam Lebih dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman Bersama 500+ Brand dan Perusahaan

Penulis: Sintiami Ramadhani

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jalin kerja sama CSR CorporaTree