Connect with us

Bisnis Lestari

Cleanomic: Dari Belanja Online Menjadi Startup #HidupLestari

Published

on

Cleanomic

Konsep #HidupLestari ala kak Denia Isetianti, kayak gimana sih awalnya?

Cleanomic adalah sebuah platform social media yang membahas topik seputar #HidupLestari sambil mengejar #CuanLestari. Maksudnya, #CuanLestari adalah pendapatan yang diperoleh dengan cara-cara yang ramah lingkungan dan ramah sosial.

Nah, penasaran kan? Pengen tau siapa yang ada di balik Cleanomic? Mari simak sedikit background kak Denia Isetianti sebagai founder dari Cleanomic dulu, yuk!

Sebelum menekuni Cleanomic, kak Denia sudah lebih dulu berprofesi sebagai pengacara. Profesinya itu berlanjut hingga saat ini selama kurang lebih 15 tahun. Saat itu, kak Denia belum memiliki background tentang lingkungan, sedangkan suaminya yang bernama kak Aldy merupakan seorang lulusan teknik lingkungan ITB yang akhirnya membantu kak Denia dalam membangun Cleanomic sebagai editor.

founder cleanomic
Foto Kak Denia dan Mas Aldy founder Cleanomic

Sebagai ibu rumah tangga, tentu kak Denia mempunyai rutinitas belanja kebutuhan sehari-hari, baik secara offline maupun online. Nah, dari kebiasaan belanja online tersebut, kak Denia merasa resah dengan banyaknya sampah yang dihasilkan. Mulai dari sampah kardus, kemasan plastik, bubble wrap, dan masih banyak lagi sampah lain yang jumlahnya lebih besar daripada barang yang dibeli. Karena pekerjaannya sebagai pengacara berhubungan dengan usaha-usaha rintisan (start-up), kak Denia semakin resah dengan sampah yang terkumpul dari proses transaksi online di Indonesia yang mencapai angka triliunan. Keresahan tersebut pun membuat kak Denia memutuskan untuk belajar konsep zero waste atau #HidupLestari.

Baca juga: Pengen Nyoba Hidup Lestari, tapi Mulai dari Mana, Ya?

Kisah Perjalanan Cleanomic

Kak Denia mengaku tidak sengaja membentuk Cleanomic. Awalnya ia hanya ingin membuat platform yang menceritakan kesehariannya dalam menjalankan hidup lestari. Hingga akhirnya pada tanggal 11 Maret 2018, terbitlah podcast pertama Cleanomic Show dalam platform Spotify yang sekarang berubah nama menjadi Cleanomic Radio. Dalam episode pertamanya, podcast tersebut menceritakan pemikiran kak Denia mengenai #HidupLestari.

Secara bersamaan, Cleanomic mulai menjual produk-produk pendukung gaya hidup ramah lingkungan secara ritel, seperti tumblr, alat makan pakai ulang, dan barang lain yang menunjang aktivitas menjalankan #HidupLestari. Saat awal bisnis Cleanomic berjalan, kak Denia mengurus semua kegiatan transaksinya sendirian. Pada suatu hari, produk yang dijual Cleanomic dipakai dan diposting oleh Rara Sekar (seorang penyanyi sekaligus aktivis asal Indonesia yang juga merupakan kakaknya Isyana Sarasvati). Kejadian ini membuat followers Cleanomic naik drastis hingga mencapai 1.000 followers, sekaligus semakin banyak pembeli yang membeli produk yang dijual Cleanomic.

Pada 2020, Cleanomic berhenti berjualan secara ritel dan mulai memasok barang secara B2B. Namun, pada pertengahan 2020, Cleanomic merasakan dampak pandemi hingga berhenti berjualan produk dan mulai fokus pada pembuatan konten yang dikenal sebagai new media. Cleanomic menulis dan menerbitkan buku pertama bersama penerbit Gramedia yang berjudul Hemat (Sampah) Pangkal Kaya (bisa dibeli loh di Gramedia dan e-commerce lainnya!)

Buku karya Cleanomic
Salah satu karya buku Cleanomic

Sejak saat itu, Cleanomic mulai menjalankan digital campaign dan podcast, menulis buku kedua (kerja sama dengan Bappenas dan LCDI, menulis buku The Future is Circular!), hingga saat ini semakin berkembang dan dipercaya oleh banyak lembaga untuk menjalankan riset dan project-project yang berhubungan dengan #HidupLestari dan ekonomi hijau. Dalam menjalankan bisnisnya, kak Denia mengaku tetap memperhatikan profit dengan catatan bisnis tersebut juga memberikan dampak baik terhadap lingkungan dan bumi yang kita tinggali (beserta generasi selanjutnya).

Kak Denia juga aktif menjalankan prinsip ramah lingkungan di rumah dan di komunitasnya sendiri. Rumah yang disebutnya Minisponsible House (rumah mini dan memiliki fitur-fitur yang bertanggung jawab untuk kelestarian alam) tersebut memiliki kebun pangan mini, panel surya, tempat sampah terpilah, media kompos, jendela kaca besar agar sinar matahari bisa masuk lebih banyak, tembok tanpa cat, serta greywater recycling system (sistem daur air yang memungkinkan air hujan dan air bekas cucian digunakan lagi untuk menyiram buangan kloset).

Mengenai komunitas, kak Denia juga menjabat sebagai ketua tim Komunikasi di Koalisi Ekonomi Membumi, yaitu sebuah koalisi yang terdiri atas lembaga pemerintahan dan swasta termasuk usaha kecil menengah yang fokus untuk menerapkan prinsip keberlangsungan ekonomi yang diperoleh dari cara yang ramah lingkungan dan inklusif. Cleanomic membuat geng #CuanLestari dan memberi kesempatan agar para bisnis berkelanjutan bisa membagikan kisah mereka dalam sesi #CuanLestariStories.

Fokus dan harapan Cleanomic saat ini

Cleanomic sekarang fokus dalam memproduksi konten di berbagai media, mulai dari Instagram Post, TikTok short video, Youtube, hingga podcast di berbagai platform. Sebetulnya Kak Denia mengaku lebih suka mengerjakan podcast karena dari sana ia bisa bertemu langsung dan mengobrol dengan berbagai narasumber dari berbagai latar belakang, dengan banyak pemikiran, pengalaman, dan kisah menarik yang bisa dipelajari. 

Kak Denia berharap Cleanomic bisa membuka supermarket atau offline store yang menjual berbagai produk kurasi #CuanLestari. Saat ini, Cleanomic juga tengah mematangkan konsep eco-villa yang rencananya akan dibangun di sekitar Bandung. Nantinya jika sudah rampung, eco-villa ini diharapkan bisa menjadi media belajar sekaligus menambah wawasan masyarakat mengenai konsep sustainable housing.

Buat kalian yang ingin membagikan kisah dalam menjalankan #HidupLestari, kalian bisa mengontak Cleanomic melalui Instagram di @Cleanomic (https://instagram.com/cleanomic?igshid=MzRlODBiNWFlZA==).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan