Hutanpedia
Pohon Sonokeling: Klasifikasi, Ciri-Ciri, Manfaat, dan Cara Budidaya (2022)
Masuk ke dalam golongan pohon berkayu, Sonokeling sangat terkenal sebagai pohon yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis pohon ini banyak digunakan sebagai bahan baku dari produk kayu olahan.
Daftar Isi
Apa itu Pohon Sonokeling?
Pohon Sonokeling atau dalbergia latifolia adalah jenis tumbuhan berkayu keras dalam famili fabaceae. Tanaman yang termasuk ke dalam genus dalbergia biasanya tersebar luas di daerah tropis dan subtropis meliputi Asia, Afrika, Madagaskar, Amerika Selatan, dan Afrika. Sonokeling sendiri tumbuh secara alami di India, dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada masa kolonial.
Daerah yang memiliki tanah kering dan berbatu adalah lingkungan ideal untuk tumbuh kembang Sonokeling. Tak mengherankan bila genus dalbergia ini dapat hidup di tanah jelek sekalipun. Di Indonesia, ia banyak dijumpai dan tumbuh liar di hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Masyarakat Jawa mengenal pohon ini dengan nama sonobrit atau sonosungu. Di dunia perdagangan ia terkenal dengan julukan indian rosewood, palisandre de I’Inde atau java palisander, dan bombay blackwood.
Ciri-ciri
Pohon Sonokeling memiliki tinggi yang bisa mencapai 40 meter dengan diameter batang sebesar 2 meter. Umumnya memiliki batang tidak lurus, dan kebanyakan tumbuh berlekuk. Permukaan batangnya bertekstur cukup halus, mengkilap, dan dilapisi serat berwarna ungu kecoklatan. Arah seratnya berpadu sehingga pada bidang radial akan menghasilkan bentuk indah yang menyerupai pita.
Daunnya termasuk ke dalam golongan daun majemuk yang memiliki 5 sampai 7 anak daun. Bentuk anak daun menumpul lebar dengan warna hijau pada permukaannya, serta abu-abu di bagian bawah daun.
Bunganya tumbuh pada ketiak daun dengan ukuran yang relatif kecil di mana panjangnya hanya mencapai 0,5-1 cm. Sedangkan buah pohon sonokeling berwarna cokelat dengan bentuk lanset memanjang, serta meruncing di bagian pangkal dan ujungnya.
Baca juga: Pohon Serut, Tanaman Hias yang Kaya Manfaat (2022)
Klasifikasi
Taksonomi tanaman sonokeling dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Kingdom | Plantae |
Divisi | Magnoliophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Ordo | Fabales |
Famili | Fabaceae |
Genus | Dalbergia |
Spesies | Dalbergia Latifolia |
Persebaran, Habitat, dan Status Kelangkaan
Pohon sonokeling tersebar di India terutama di wilayah-wilayah kering yang meliputi Karnataka, Kerala, Ghats Barat, Tamil, dan Nadu. Di Indonesia, jenis tanaman ini banyak ditemui dan tumbuh liar di hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, ia juga ditemukan di Nusa Tenggara bagian Barat.
Secara alami famili dari fabaceae tersebut tumbuh dengan optimal di daerah kering, dan dapat bertahan hidup di tanah jelek yang berbatu. Di samping itu, sonokeling bisa tumbuh pada ketinggian kurang dari 600 mdpl. Meski iklim kering adalah kondisi idealnya untuk tumbuh kembang, tetapi sonokeling juga dapat hidup di daerah yang memiliki curah hujan 750-5.000 mm per tahun tahun.
Dengan nilai jual yang tinggi, pohon sonokeling menjadi sasaran eksploitasi dan penebangan liar. Sontak saja hal tersebut membuat keberadaannya terus berkurang. Melansir dari IUCN Redlist, status kelangkaannya saat ini adalah Vulnerable (Vu), yaitu status yang menunjukkan risiko rentan dari kepunahan.
Pohon Sonokeling Untuk Apa?
Tumbuhan yang dikenal juga dengan sonosungu ini terkenal dengan manfaat utamanya sebagai penghasil kayu unggulan. Kayu sonokeling yang memang memiliki kualitas tinggi sangat disukai sebagai bahan baku untuk berbagai produk olahan kayu.
Karakteristik kayu sonokeling yang memiliki sifat tekstur keras, kuat, dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan rayap, menjadikannya banyak diburu untuk bahan dasar mebel atau furniture rumah tangga.
Karena sifat tersebut juga, terkadang kayu sonokeling digunakan sebagai bahan konstruksi dalam pembuatan gerbong kereta api. Kayunya juga banyak diolah menjadi kerajinan kayu handmade seperti cover untuk flashdisk, hanger kayu, jam kayu, dan gagang kacamata.
Di samping itu, kayunya memiliki corak warna indah dan banyak digunakan untuk membuat benda ukiran atau pahatan seperti alat-alat musik. Alat musik yang biasanya memakai kayu sonokeling sebagai bahan dasar adalah gitar dan piano.
Tak hanya itu, limbah serbuk gergaji kayu sonokeling yang dihasilkan dari industri-industri di atas ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asti Dwiningsih menunjukkan bahwa campuran serbuk kayu sonokeling dan tempurung kelapa dengan masing-masing komposisi 50% menghasilkan komposisi briket yang optimal dengan nilai kalor 7054.270 kal/gram (Dwiningsih, 2006).
Sementara itu, bagian lain dari pohon sonokeling juga memiliki nilai guna yang sama bermanfaatnya. Misalnya daun sonokeling yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk kompos dan pakan ternak.
Berapa Tahun Pohon Sonokeling Siap Dipanen?
Untuk mendapatkan hasil kayu dengan tekstur kuat dan kualitas tinggi, pohon sonokeling yang siap dipanen adalah pohon dengan usia di atas 10 tahun. Apabila memanen di bawah masa tersebut, harga jualnya tidak terlalu tinggi karena kayu yang dihasilkan kurang keras.
Di samping kualitas kayunya yang unggul, masa panen yang lama tersebut juga menjadi alasan lain dibalik kenapa kayu sonokeling sangat mahal. Untuk volume ukuran 1 meter kubik saja, harga yang dibandrol bisa mencapai Rp35.000.000.
Baca juga: Pohon Ara atau Tin: Kalsifikasi, Pesebaran, Ciri-Ciri, dan Manfaatnya (2022)
Bagaimana Cara Budidaya Sonokeling?
Budidaya tanaman sonokeling tergolong mudah. Bibit pohon didapat dari akar pohon yang sudah berusia puluhan tahun. Pada akar berusia tua itu tunas-tunas baru akan tumbuh.
Tunas tersebut kemudian diambil untuk selanjutnya dipisahkan dari akar induk. Selanjutnya, tunas ditanam kembali dalam polybag, dan didiamkan selama dua minggu. Setelah itu, tunas yang sudah tumbuh sebesar 30 cm-1 m bisa ditanam di lahan perkebunan.
Di awal masa pertumbuhannya yakni selama 2 tahun, pemberian pupuk dilakukan dua minggu sekali. Setelah melewati umur 2 tahun, pemupukan hanya dilakukan dua kali dalam setahun saat pergantian musim. Idealnya, sonokeling ditanam dengan jarak antar pohon 2×3 meter atau 2×2 meter (Kinanti Indah Safitri, 2019).
Permintaan kayu sonokeling yang begitu tinggi untuk dijadikan bahan baku produk olahan kayu, dan masa panen yang lama, membuat tanaman ini rentan akan kepunahan. Kebutuhan akan kayu tersebut sudah seharusnya diimbangi oleh upaya pelestarian untuk mencegahnya dari kepunahan.
Salah satu upaya konservasi tanaman keras ini adalah dengan pengelolaan menggunakan metode agroforestri. Agroforestri merupakan sistem buatan dalam pengelolaan sumberdaya di mana sistem ini memadukan budidaya tanaman hutan, pertanian, dan peternakan secara bersamaan.
Sonokeling menjadi tanaman yang populer dalam metode agroforestri di mana pohon ini ditanam dengan sistem tumpangsari yang diselingi tanaman pertanian.
FAQ
Berapa harga kayu sonokeling?
Untuk volume ukuran 1 meter kubik saja, harga yang dibandrol bisa mencapai Rp35.000.000.
Apakah pohon sonokeling dilindungi?
Melansir dari IUCN Redlist, status kelangkaannya saat ini adalah Vulnerable (Vu), yaitu status yang menunjukkan risiko rentan dari kepunahan.
Penulis: Mas Wanajih
Mari Berkolaborasi Bersama untuk Membuat Dampak Kebaikan bagi Hutan dan Masyarakat Indonesia
LindungiHutan adalah startup yang bertujuan untuk mempermudah program hijau yang transparan dan bermanfaat secara berkelanjutan. Kami telah dipercaya 300+ mitra hijau dari UMKM, perusahaan, startup dan multinational corporations sebagai rekan bisnis mereka.