Connect with us

Lingkungan

Mitigasi Bencana Adalah: Jenis, Strategi, Tahapan, Contoh dan Penerapannya

Logo LindungiHutan - Green - Square - 1280 x 1280 pixels - PNG

Published

on

Mitigasi Bencana: Pengertian, Jenis, dan Penjelasannya

Bencana adalah serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu keselamatan manusia, peristiwa tersebut bisa disebabkan berbagai faktor seperti faktor alam, non alam dan bahkan manusia. Kehidupan kita tidak mungkin lepas dari bencana.

Namun, kita dapat berupaya untuk mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui lebih lanjut mengenai tentang mitigasi bencana.

Infografis tentang mitigasi bencana.
Infografis ringkas tentang mitigasi bencana (Muhamad Iqbal/LindungiHutan).

Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak dan risiko akibat terjadinya bencana.

Selain itu, mitigasi dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 

Baca juga: Banjir adalah: 9Jenisnya, Sebab, Dampak, dan Cara Mengatasi.

Jenis Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana dibagi menjadi dua jenis yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Masing-masing jenis mitigasi bencana mempunyai karakteristik dan bentuknya yang akan kita ulas pada pembahasan di bawah ini.

1. Mitigasi Struktural

Usaha dalam mengurangi bencana dengan membangun berbagai sarana dan prasarana fisik menggunakan teknologi. Salah satu contohnya dengan membangun waduk guna mencegah bencana banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang tahan gempa, menciptakan early warning  system untuk mendeteksi gelombang tsunami. 

Mitigasi bencana struktural adalah sebuah upaya untuk mengurangi kerentanan bencana dengan rekayasa teknis bangunan tahan bencana.

Bangunan tahan bencana adalah bangunan yang telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan, sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak cukup membahayakan apabila terjadi bencana.

Sedangkan, rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan berbagai macam karakteristik aksi dari bencana.

2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi bencana non-struktural adalah jenis mitigasi yang dilakukan selain dengan pembangunan prasarana fisik. Bentuk mitigasi ini bisa dilakukan melalui pembentukan peraturan oleh pemerintah dan lain sebagainya. 

Upaya mitigasi bencana non-struktural biasanya dilakukan di daerah-daerah yang rawan bencana dan sekitarnya. Tujuan dari mitigasi ini agar masyarakat tetap mampu berkegiatan dan beraktivitas tanpa adanya rasa takut yang berlebihan, sehingga mereka merasa aman dan nyaman. 

Pihak pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) menerapkan mitigasi struktural dengan mengeluarkan kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan tahan gempa. Kebijakan tersebut terdapat dalam SNI 1726:2019 mengenai tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. 

Terlebih lagi, struktur bangunan harus memenuhi persyaratan minimum menyangkut beban, tingkat bahaya, kriteria terkait, dan sarana kerja yang diperkirakan untuk bangunan gedung, struktur lain, dan komponen non struktural yang memenuhi persyaratan peraturan bangunan. 

Strategi Mitigasi Bencana

Untuk memaksimalkan upaya mitigasi bencana, maka diperlukan strategi yang tepat agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinasi dengan maksimal dan baik. Berikut ini adalah strategi mitigasi bencana yang perlu ditempuh diantaranya yaitu:

1. Pemetaan 

Pemetaan menjadi langkah awal yang sangat penting, khususnya bagi daerah dengan wilayah yang rawan bencana. Pemetaan digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dan antisipasi terjadinya bencana. Pemetaan mengenai tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak menimbulkan gejala bencana. 

Meskipun demikian, hingga saat ini strategi pemetaan belum berjalan dengan optimal. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah;

  • Belum seluruh wilayah yang ada di Indonesia telah dipetakan,
  • Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi kepada masyarakat dengan baik,
  • Peta bencana belum terintegrasi dengan baik.

2. Pemantauan 

Melakukan pemantauan hasil pemetaan terkait tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah merupakan tahapan setelah pemetaan. Pemetaan ini akan sangat membantu dari segi prediksi terjadinya bencana.

Setelah langkah pemetaan dilakukan untuk memudahkan upaya penyelamatan saat terjadinya bencana, upaya pemantuan juga dilakukan dalam upaya pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). 

3. Penyebaran Informasi

Penyebaran informasi dilakukan dengan berbagai jenis media salah satu caranya dengan memberikan poster dan leaflet kepada pihak pemerintah kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia yang rawan bencana. 

Informasi tersebut berisikan tentang tata cara mengenali, mencegah, dan penanganan bencana. Tujuan adanya penyebaran informasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana  geologi di kawasan tertentu.

Koordinasi dengan pemerintah daerah berperan penting dalam proses penyebaran informasi penting guna melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas. 

4. Sosialisasi dan Penyuluhan 

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki masyarakat dengan jumlah yang sangat besar. Beberapa lapisan dalam masyarakat kemungkinan tidak dapat mengakses informasi mengenai bencana. Maka dari itu, menjadi tugas dari aparat pemerintah untuk mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat. 

Program penyuluhan terkait strategi mitigasi bencana yang diberikan dapat berfokus kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.

Tujuan pelatihan lebih ditekankan ke bagian alur informasi dari petugas yang ada di lapangan, pejabat teknis, dan masyarakat sampai di tingkat pengungsian serta penyelamatan korban bencana. Harapannya melalui pelatihan dan penyuluhan, kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana akan terbentuk lebih baik. 

5. Peringatan Dini

Peringatan dini dilakukan untuk memberikan berita hasil dari pengamatan kontinu di tempat daerah rawan bencana, agar masyarakat lebih siaga.

Upaya peringatan dini disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah setempat. Tujuannya, memberikan kesadaran kepada masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana berupa sarana teknis, pengalihan jalur jalan, pengungsian dan prasarana penanganan lainnya.

Baca juga: Ciri-ciri Pohon Karet, Klasifikasi Taksonomi, Habitat, Cara Budidaya dan Manfaatnya

Tahapan Penanganan Bencana

Setelah mengetahui strategi mitigasi bencana, kita juga mesti memahami tahapan lebih lanjut dalam penanganan bencana. Berikut ini beberapa langkah dan tahapan penanganan bencana diantaranya yaitu:

  1. Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana. Misalnya, membuat peta wilayah rawan bencana, membuat bangunan tahan gempa, penanaman bakau, reboisasi, serta memberikan penyuluhan dan kesadaran kepada masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana tersebut. 
  2. Kesiapsiagaan adalah perencanaan terhadap cara merespon kejadian bencana. Perencanaan ini dibuat berdasarkan data bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang kemungkinan akan terjadi. Tujuan dari tahapan ini agar meminimalisir jatuhnya korban jiwa, kerusakan sarana prasarana pelayanan umum. Selain itu, meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan Sumber Daya Manusia, serta pelatihan warga di daerah-daerah rawan bencana. 
  3. Respon adalah upaya mengurangi bahaya yang diakibatkan bencana. Tahapan ini terjadi sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilakukan dengan berfokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi adanya kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut.
  4. Pemulihan merupakan tahapan untuk mengembalikan kondisi masyarakat seperti sebelumnya. Pada tahapan ini difokuskan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban, serta membangun kembali prasarana yang rusak.  

Contoh Mitigasi Bencana

Indonesia merupakan negara yang berada di Lingkaran Api Pasifik. Kondisi tersebut menjadi faktor mengapa sering terjadi bencana di Indonesia. Bencana diartikan sebagai sebuah peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat seperti kehilangan nyawa dan harta benda. Kemudian, mitigasi bencana menjadi langkah antisipasi,

Mengingat kembali gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Aceh merupakan salah satu peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan. Bencana tersebut memakan ratusan ribu korban jiwa.

Oleh sebab itu, penting bagi kita semua untuk memiliki pengetahuan yang lengkap saat terjadi bencana. Berikut ini upaya mitigasi bencana gempa dan tsunami yaitu:

  • Membuat tempat berlindung sesuai dengan SNI yang  bersifat tahan gempa,
  • Mengetahui bagaimana cara melakukan evakuasi secara mandiri,
  • Memahami status peringatan dini dalam setiap kategorinya (awas, siaga, dan waspada),
  • Tetap tertib dan tidak melebih-lebihkan keadaan ,
  • Mengembangkan sistem pemantau agar selalu siap menghadapi bencana,

Baca juga: Pencemaran Lingkungan: Penyebab, Jenis, Dampak, dan Cara Menanganinya (Update 2022)

Penerapan Mitigasi di Berbagai Sektor 

Mitigasi bencana tidak hanya berkutat tentang bencana alam. Berikut ini merupakan pemahaman mitigasi bencana dalam beberapa sektor lainnya diantaranya yaitu:

1. Sektor Kehutanan 

Sektor kehutanan erat dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca. Salah satunya akibat dari tindakan alih fungsi lahan hutan dan disertai kerusakan hutan dengan skala yang besar.

Upaya mitigasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan penghijauan kembali, membangun hutan rakyat, hutan tanaman industri, dan hutan kemasyarakatan. 

2. Sektor Pertanian

Tindakan mitigasi pada sektor pertanian mempunyai fokus pada penerapan teknologi budidaya tanaman, memanfaatkan pupuk organik, kompos, dan menggunakan teknologi biogas serta pakan guna membantu mengurangi emisi gas rumah kaca

3. Sektor Perairan 

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air, kita perlu memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Cara kerja teknologi tersebut dengan melakukan penaburan material semai berupa powder/flare. Selain itu, cara yang juga bisa dilakukan dengan merehabilitasi waduk dan embung, Kemudian, pengembangan teknologi pengolahan air tepat guna, dan lain sebagainya.

FAQ

Apa itu Mitigasi Bencana?

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak dan resiko yang diakibatkan oleh terjadinya bencana.

Apa Tujuan Mitigasi Bencana?

Tujuan utama mitigasi bencana adalah agar masyarakat tetap mampu melakukan kegiatan dan beraktivitas tanpa adanya rasa takut yang berlebihan, sehingga mereka merasa aman dan nyaman. 

Penulis: Tasqiya Ratnasari

Editor: Rionaldo Andira Lesmono

Sedekah Pohon LindungiHutan