Hutanpedia
Pohon Petai: Morfologi, Jenis-jenis, dan Manfaat
Petai menjadi makanan yang mungkin dihindari selain jengkol dan pare. Aroma yang kurang sedap menjadi alasan buah tersebut tidak dikonsumsi.
Aroma kurang sedap berasal dari kandungan asam amino dan unsur sulfur yang cukup tinggi dalam petai. Namun, di balik baunya yang khas ternyata ada manfaat kesehatan yang bisa kamu dapatkan!
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai manfaat petai untuk kesehatan. Mari kita kenalan lebih jauh dulu dengan tanaman satu ini!
Daftar Isi
Morfologi Tanaman Petai
Petai merupakan tanaman yang banyak tumbuh di negara Asia, termasuk Indonesia. Pohonnya bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 25 meter.
Tanaman petai termasuk pohon yang cukup lama berbuah. Masa panennya dalam setahun terjadi dua kali. Panen pertama terjadi pada April-Mei, sedangkan panen kedua terjadi pada November-Desember.
Buah petai dapat tumbuh di ujung ranting, di mana dalam satu tangkai akan terdiri dari belasan buah petai. Di setiap buah petai akan terdapat pula biji-biji yang tersusun di dalamnya
Warna buah dari tanaman petai, yakni hijau muda dengan selaput cokelat terang. Apabila, buah tanaman tersebut dibiarkan maka buahnya akan mengering hingga matang, lalu bijinya akan keluar dengan sendirinya.
Adapun tanaman petai memiliki daun majemuk dengan sistem pertulangan menyirip rangkap. Sama dengan daunnya, tanaman petai juga memiliki bunga yang termasuk pada golongan majemuk.
Bunga tanaman petai dapat tumbuh dengan cara bergerombol. Pada tangkai bunga tersebut terdapat sekitar 2-6 gerombolan bunga.
Berikut klasifikasi ilmiah dari tanaman petai dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kingdom | Plantae |
Sub Kingdom | Tracheobionta |
Divisi | Magnoliophyta |
Super Divisi | Spermatophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Sub Kelas | Rosidae |
Ordo | Fabales |
Famili | Fabaceae |
Genus | Parkia |
Spesies | Parkia speciosa Hassk |
Baca juga: Keistimewaan Pohon Cedar atau Pohon Aras jadi Buah Bibir Dunia
Jenis-Jenis Petai
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip dari Katadata.co.id (01/02/2022), bahwa produksi petai di Indonesia tercatat mencapai 350,6 ribu ton pada 2020. Jumlah ini meningkat 13,07% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 310,1 ribu ton.
Dilihat dari wilayahnya, Jawa Timur menjadi provinsi sentra petai terbesar di Indonesia dengan produksi sebesar 92,4 ribu ton atau menyumbang 26,36% produksi petai nasional.
Berdasarkan data yang sama, penyebaran petai di Sumatera Barat juga membuat daerahnya tercatat sebagai penghasil produksi petai nasional dengan total mencapai 19,4 ton.
Beragam jenis petai unik pun ditemukan di beberapa daerah di Sumatera Barat. Mulai dari petai pamuatan, petai karinggian, petai palupuah, dan petai tarantang.
Program Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, menjadi program yang telah melahirkan berbagai benih tanaman di Sumatera Barat. Mulai dari benih pisang, durian, mangga, manggis, alpukat, sukun, pepaya, jengkol, dan tak luput benih dari tanaman petai.
Selain jenis petai yang ada di Sumatera Barat, petai yang tumbuh di Indonesia juga ada dari pohon petai cina. Nama latin petai cina sendiri adalah Leucaena leucocephala.
Petai cina sedikit berbeda dengan petai pada umumnya. Meskipun, keduanya termasuk suku Fabaceae atau keluarga polong-polongan. Namun, ukuran petai cina jauh lebih kecil dari petai biasanya.
Di Indonesia, petai cina memiliki ragam penyebutan. Mulai dari pete selong di Sumatera, lamtoro; peutey; selamtara; pelending, kamalandingan di Jawa, hingga kalandingan di Madura.
Manfaat Petai Bagi Manusia
Memang, tak semua orang menyukai petai, karena mungkin banyak yang khawatir akan mengalami bau mulut setelah memakannya. Walaupun kecil serta mempunyai aroma yang cukup tajam, ada berbagai khasiat petai untuk kesehatan.
Manfaat yang didapatkan saat mengkonsumsi petai berasal dari kandungan nutrisi di dalamnya. Petai mengandung banyak vitamin, mulai dari vitamin A, B1, B2, zat besi, dan antioksidan.
Selain itu, di Indonesia petai merupakan makanan yang cukup populer sebagai lalapan hingga diolah menjadi berbagai jenis makanan. Berikut beberapa manfaat petai dan efek sampingnya yang perlu diketahui.
1. Mencegah hipertensi
Petai diketahui rendah garam, yang aman bagi penderita hipertensi maupun orang yang masih sehat. Sifat antihipertensi ini juga didukung oleh banyaknya kandungan kalium di dalam biji petai.
Kandungan kalium dalam petai juga bermanfaat untuk membantu menstabilkan detak jantung, melancarkan pengiriman oksigen ke jantung, dan mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Dengan demikian, selain mencegah hipertensi mengonsumsi petai juga akhirnya dapat mengurangi risiko terkena stroke. Untuk mendapatkan manfaat tanaman tersebut, perlu diingat bahwa pengolahannya juga harus tepat.
3. Melancarkan pencernaan
Petai diketahui memiliki kandungan serat, yang baik untuk pencernaan dan bisa mencegah diare. Selain itu, seratnya juga dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan usus serta mencegah terjadinya penyakit usus besar.
Kandungan dari petai juga diyakini berfungsi membantu menetralkan asam lambung dan rasa perih perut. Bahkan, manfaat petai mentah dapat membantu pengobatan gangguan pencernaan seperti maag.
Petai juga dapat digunakan sebagai asupan untuk membantu merawat pencernaan, sebab teksturnya yang lembut. Alhasil, bagi siapa saja yang sering mengalami masalah pencernaan dapat mengonsumsi petai sebagai alternatifnya.
3. Meningkatkan kemampuan otak
Petai diketahui mengandung kalium yang cukup tinggi, sehingga bermanfaat meningkatkan kemampuan otak. Spesifiknya, tanaman tersebut mampu meningkatkan daya ingat.
Apalagi, kalium adalah salah satu jenis mineral terpenting dalam tubuh. Kandungan ini juga membantu mengatur keseimbangan cairan, kontraksi otot, dan sinyal saraf.
4. Meredakan stres
Petai diketahui mengandung triptofan yang bermanfaat meredakan stres. Zat tersebut biasanya digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan gangguan kecemasan, perubahan emosi yang drastis, dan insomnia.
Triptofan termasuk asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh agar bisa menjalankan fungsinya. Karena tidak dapat diproduksi sendiri, kita bisa mendapatkannya seperti dengan mengonsumsi petai.
Konsumsi makanan yang mengandung triptofan seperti petai dapat membantu memberikan efek menenangkan yang alami, serta membantu meningkatkan kualitas tidur.
5. Mengatasi anemia
Petai diketahui mengandung zat besi yang bermanfaat mengatasi anemia. Zat tersebut dipercaya mampu merangsang produksi sel darah merah pada penderitanya.
Meskipun, petai bermanfaat untuk pengobatan anemia. Namun, penderitanya tetap harus memakan obat dari dokter karena jumlah zat besi di dalam pete tidak terlalu signifikan.
Baca juga: Pohon Kelengkeng, Punya Beragam Jenis Buah yang Menarik Perhatian
Apa Bahaya Makan Petai?
Berdasarkan pembahasan di atas, memang disebutkan berbagai manfaat petai untuk kesehatan. Namun, bukan berarti kita dapat memakannya secara berlebihan.
Petai mentah mengandung zat yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi dari makanan lainnya. Berlebihan mengonsumsi petai juga berbahaya bagi ginjal, sebab kandungan asam aminonya yang cukup tinggi.
Penderita asam urat juga tidak disarankan untuk mengonsumsi banyak petai. Serupa dengan jenis kacang-kacangan lainnya, petai mengandung purin yang tinggi. Purin bisa menyebabkan kadar asam urat dalam darah semakin tinggi.
Oleh karena itu, makanlah petai dalam jumlah secukupnya. Sajikan juga dengan makanan sehat lainnya agar gizi yang didapatkan lebih seimbang.
FAQ
Berapa lama pohon petai berbuah?
Tanaman petai termasuk pohon yang cukup lama berbuah. Masa panennya dalam setahun terjadi dua kali. Panen pertama terjadi pada April-Mei sedangkan panen kedua terjadi pada November-Desember.
Berapa tinggi pohon petai?
Petai merupakan tanaman yang banyak tumbuh di negara Asia, termasuk Indonesia. Pohonnya bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 25 meter.
Penulis: Yemita Gea
Ambil Langkah Nyata dengan Menanam Pohon Bersama LindungiHutan Hanya 10 Ribu Rupiah
LindungiHutan telah dipercaya 40 RIBU Sahabat Alam untuk menanam pohon dengan mudah, transparan, dan berkelanjutan. Kami menjalin kerja sama dengan puluhan petani bibit dan masyarakat sekitar hutan untuk memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.