Connect with us

Widyantara

Pantai Tangkolak: Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi

LindungiHutan

Published

on

Pantai Tangkolak

Penulis: Afanin Azahra

Kabupaten Karawang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Barat dengan potensi kawasan mangrove yang besar. Pantai Tangkolak yang terletak di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan menjadi salah satu lokasi yang kawasan mangrove-nya dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.

Berkaca pada peran Pantai Tangkolak sebagai kawasan ekowisata mangrove, LindungiHutan hadir untuk turut serta dalam berbagai inisiatif penghijuaan. Bersama masyarakat dan berbagai pihak terlibat, kini sudah ada 5000+ pohon tertanam di Pantai Tangkolak Cilamaya Wetan.

Dalam rangka meninjau sejauh mana dampak dari upaya penanaman mangrove yang dilakukan, LindungiHutan melakukan analisis perubahan kerapatan vegetasi dari ekosisitem mangrove yang ada di Pantai Tangkolak Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang.

Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi pada Lokasi Penanaman LindungiHutan di Pantai Tangkolak

  • Ekosistem mangrove di wilayah pesisir berperan kritis sebagai pemecah ombak alami, dengan akarnya yang kompleks dan batangnya yang rapat membentuk bantalan yang efektif, mengurangi dampak energi gelombang dan melindungi pantai dari erosi dan kerusakan akibat badai atau gelombang tinggi. Keberadaan mangrove tidak hanya memberikan perlindungan fisik terhadap ombak, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir secara keseluruhan.
  • Pantai Tangkolak Cilamaya Wetan mengembangkan potensi wisata mangrove dengan mendirikan Pusat Bahari Tangkolak (PBT), yang memanfaatkan lebih dari 700 hektar mangrove, mencakup 10% dari total luas mangrove di Karawang. Keberadaan PBT menandai transformasi wilayah ini menjadi destinasi wisata yang menarik dengan kekayaan ekosistem mangrove yang luas.
  • Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perbedaan yang mencolok terlihat di bagian tenggara dan sepanjang garis pantai utara lokasi penelitian. Pada tahun 2018, hampir seluruh area penelitian ditandai dengan kerapatan vegetasi tinggi, tetapi pada tahun 2019, terjadi perubahan signifikan dengan sebagian wilayah mengalami penurunan kerapatan atau konversi lahan dari mangrove yang lebat menjadi lahan terbuka atau terbangun.
  • Fluktuasi kerapatan vegetasi mangrove Cilamaya diakibatkan oleh peningkatan aktivitas wisata yang berpotensi meningkatkan jumlah sampah plastik, yang kemudian diikuti dengan peningkatan luasan pada tahun 2020 menjadi 4,67 hektar. Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kawasan mangrove, yang tercermin dalam upaya penanaman bibit mangrove.

Dapatkan Update Research Terbaru

Isi formulir lengkap agar dapat LindungiHutan kirimkan ke email Anda!

Research and Development atau RnD LindungiHutan melakukan kerja-kerja penelitian kaitannya dengan hutan dan temuan scientific lainnya yang akan dipublikasikan melalui kanal informasi LindungiHutan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Survey LindungiHutan