Connect with us

Hutanpedia

Acacia mangium: Ciri-Ciri, Pembibitan, dan Manfaatnya (Update 2022)

Logo LindungiHutan - Green - Square - 1280 x 1280 pixels - PNG

Published

on

Penjelasan lengkap Acacia mangium atau pohon akasia mangium.

Tanaman Akasia berasal dari Australia dan Afrika. Di dunia, kurang lebih terdapat 1.300 spesies Akasia. Salah satu jenis spesies Akasia adalah Acacia mangium.

Persebaran Acacia mangium secara alami hidup di India Selatan, Benggala, Burma, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Di Indonesia, pohon akasia mangium tersebar di wilayah Jawa, Madura, Sumbawa, dan Sulawesi.

Akasia tergolong ke dalam famili Fabaceae atau Leguminosae. Tumbuhan dari famili tersebut biasanya sering digunakan untuk penghijauan, reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis melalui skema suksesi.

Sebab, pohon dari genus Acacia memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat hidup pada tapak dengan kandungan hara yang miskin. Keunggulan lain yang dimiliki jenis tumbuhan ini adalah kualitas kayunya yang baik dan memiliki kemampuan toleransi yang baik terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan.

Baca juga: Apa itu Suksesi? Pengertian, Jenis, Contoh, Penerapan dan Manfaatnya untuk Rehabilitasi Lahan

Klasifikasi Pohon Akasia Mangium

Acacia mangium memiliki taksonomi ilmiah sebagai berikut:

KingdomPlantae
SubkingdomTracheobionta
SuperdivisiSpermatophyta
DivisiSpermatophyta
SubdivisiAngiospermae
KelasMagnoliopsida
OrdoFabales
FamiliFabaceae
GenusAcacia
SpesiesAcacia mangium Willd.
Tabel klasifikasi taksonomi pohon akasia mangium (Acacia mangium).

Ciri-ciri Morfologi Acacia mangium

Secara morfologi, Acacia mangium memiliki tajuk yang membulat. Batangnya berbentuk silinder, terkadang simpodial atau monopodial.

Kulit batangnya relatif halus, pecah-pecah membentuk sisik, dan memiliki alur dangkal. Untuk warna kulitnya coklat ke-abuan dengan kulit batang saat masih muda berwarna coklat agak kuning.

Acacia mangium yang baru berkecambah memiliki jenis daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun, mirip seperti Albizia, Leucaena, dan jenis lain dari famili Fabaceae. Sedangkan pada tanaman tua, daunnya berbentuk filodia yang relatif tipis.

Filodia merupakan tangkai daun dan sumbu utama setiap daun majemuk yang tumbuh melebar dan berubah menjadi filodia. Saat muda daun pohon akasia mangium berwarna hijau muda.

Ketika mulai tua, daun Acacia mangium berwarna hijau. Daun yang berupa filodia tersebut melengkung pada satu sisi dan relatif lurus pada sisi yang lain (berbentuk seperti celurit). 

Pada bagian bunga, Acacia mangium memiliki bunga muda berwarna hijau dan bunga tua berwarna putih. Untuk panjang bunganya adalah 7-9 cm. Bunganya tergolong ke dalam bunga majemuk dengan tipe bulir.

Buah pohon Acacia mangium memiliki tipe buah polong berbentuk berlekuk. Warna buahnya hijau dan akan berubah warna menjadi coklat gelap saat masak.

Lalu bijinya berwarna hitam mengkilap dengan bentuk yang sangat bervariasi. Mulai dari longitudinal, elips, oval, bahkan sampai lonjong dengan ukuran 3–5 mm × 2–3 mm. Biji tersebut melekat di dalam polong dengan tangkai yang berwarna oranye-merah.

Baca juga: Ciri-ciri Pohon Cemara Laut, Taksonomi, Habitat dan Manfaatnya Secara Ekologis dan Ekonomi

Pembibitan Acacia mangium

Penanganan bibit akasia mangium (Acacia mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) yang meliputi penyiapan media, pembuatan bibit, penyapihan, pemeliharaan, seleksi, pengemasan, dan pengiriman.

1. Penyiapan Media dan Wadah

Persyaratan media yang digunakan untuk pembibitan pohon Acacia mangium yaitu media harus memiliki aerasi yang baik dan memiliki pH 5,5 – 6,5.

Sedangkan untuk media taburnya harus steril. Media tanam yang digunakan telah diayak dengan lubang ayakan berukuran 2,5 mm x 2,5 mm, serta  media tabur memiliki ketebalan 10 cm.

Untuk syarat media sapih antara lain media harus mengandung unsur hara, dapat dilakukan pencampuran media berupa campuran bahan pokok, bahan organik dan bahan campuran lain, media harus bersih dari batu, sisa batang kayu, ranting, atau bahan lain, serta telah diayak dengan ukuran lubang ayakan 10 mm x 10 mm.

Untuk persiapan wadahnya, cukup dengan menyusun tabung di dalam rak tabung, menyusun bak tabur pada rak, dan menyusun kantong plastik pada bedeng sapih. 

2. Penaburan Benih 

Pada tahap penaburan benih, perlakuan awal yang dilakukan adalah merendam benih dalam air mendidih selama 24 jam. Untuk volume air yang digunakan sebanyak 20 kali dari volume benih.

Setelah dilakukan perendaman, nantinya benih yang baik dan yang buruk akan terpisah. Benih yang mengapung tandanya adalah benih yang jelek dan harus dibuang. Benih lalu ditabur secara rata di media tabur.

Pada ukuran media 1 m², jumlah benih yang ditabur sebanyak 15-20 gram. Atau dapat juga dengan cara menabur satu butir benih pada tiap wadah bibit yang sebelumnya telah dilubangi di bagian tengah wadah sedalam 0,5 cm. Lalu media ditutup dengan menaburi tanah halus atau pasir kemudian disiram sampai air menetes dari lubang wadah bibit.

3. Penyapihan Bibit Akasia Mangium

Penyapihan dilakukan dengan syarat kecambah telah memiliki setidaknya 1 pasang daun, atau kira-kira berumur 2 minggu. Penyapihan dapat dilakukan di pagi hari (pukul 06.00-09.00) atau pada sore hari (setelah pukul 15.00).

Saat dilakukan penyapihan, kita perlu memperhatikan pula agar kondisi akar tidak melipat, kondisi kecambah tetap tegak, serta tidak ada rongga udara dalam media tanam. 

4. Pemeliharaan Bibit

Untuk tahapan pemeliharaan bibit terdiri dari penempatan bibit, penyiraman, penyiangan, pemupukan, seleksi awal, serta pengendalian hama dan penyakit. Untuk rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Bibit Acacia mangium ditempatkan di bawah naungan sekitar ± 2-3 minggu setelah penyapihan, kemudian dipindahkan pada bedeng terbuka (aklimatisasi bibit). Untuk penyiraman dapat dilakukan 2x sehari (pagi dan sore).

Penyiraman dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Sedangkan untuk penyiangan dilakukan secara hati hati dan secara rutin. Caranya dengan mencabuti gulma di sekitar bibit agar tidak tidak rusak.

5. Pemupukan

Selain beberapa perlakuan di atas, terdapat pula pemupukan dengan dosis tertentu yang biasa dilakukan secara rutin mulai umur bibit 2-3 minggu setelah disapih sampai bibit pohon akasia mangium siap tanam. Tujuan dilakukan pemupukan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan bibit.

Tata cara penggunaan pupuk adalah sebagai berikut:

  • Pemberian pupuk dilakukan 3 minggu setelah dilakukan penyapihan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk daun memiliki kadar Nitrogen tinggi.
  • Larutan pupuk lalu dimasukkan ke dalam sprayer. Satu liter larutan digunakan untuk menyemprot sebanyak ± 445 bibit.
  • Seminggu setelah bibit keluar dari naungan, dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun berkadar P tinggi sampai minggu ke-8 atau seminggu sebelum bibit dikeluarkan dari persemaian.

6. Pengendalian Hama dan Pemeliharaan

Tata cara pengendalian hama dan penyakit pada bibit Acacia mangium dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

  1. Menerapkan teknik silvikultur yang tepat, misalnya pengaturan jarak tanam.
  2. Pengaturan lingkungan fisik, dapat dilakukan dengan mengatur suhu, mengatur penyiraman, dan sebagainya.
  3. Pengendalian biologi: menggunakan predator alami.
  4. Pengendalian kimia: menggunakan pestisida baik yang alami maupun yang buatan.
  5. Seleksi tanaman.

Selanjutnya terdapat tahap seleksi awal bibit. Caranya dengan memilih dan memilah bibit berdasarkan kondisi fisiknya.

Apabila terdapat bibit yang sakit, maka harus segera dipisahkan untuk dilakukan penanggulangan hama dan penyakit. Bibit yang rusak parah atau mati segera dibuang.

Untuk mengganti bibit-bibit yang telah mati, dilakukan penyulaman. Kemudian dilakukan pula penjarangan bibit dengan tujuan bibit bisa mendapatkan ruang tumbuh yang sesuai dengan pertumbuhannya.

Baca juga: Apa itu CSR? Pengertian, Jenis, Bentuk Program dan Manfaatnya untuk Perusahaan dan Masyarakat

Manfaat Akasia Mangium

Acacia mangium ini tentunya memiliki banyak manfaat terutama bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa bagian yang sering dimanfaatkan yaitu batang dan daun dengan cara: 

A. Manfaat Ekonomi

Bagian kayu pohon Acacia mangium dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, bahan kerajinan, konstruksi rumah, bahan baku peti/kotak, krat, arang, dan kayu bakar. Untuk konstruksi rumah, dapat juga digunakan sebagai kerangka pintu dan bagian jendela.

Selain itu, kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Saat Acacia mangium yang telah berumur tujuh dan delapan tahun, telah menghasilkan kayu yang dapat dibuat sebagai bahan baku papan partikel yang baik.

Sedangkan pada bagian daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Cabang dan daun-daun yang telah kering dan berjatuhan dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Untuk pemanfaatan hasil non kayu meliputi bahan perekat dan produksi madu. Serbuk gergaji nya juga dapat digunakan sebagai substrat berkualitas bagus untuk produksi jamur yang dapat dimakan.

B. Manfaat Sosial-Budaya dan Ekologi

Manfaat lain dari pohon Acacia mangium yaitu dapat dijadikan sebagai penaung, ornamen, penyaring, pembatas dan penahan angin, serta dapat ditanam pada sistem wanatani dan dijadikan sebagai pengendali erosi. Jenis ini banyak dipilih petani karena memiliki tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah ladang atau padang rumput.

Selain itu, Acacia mangium juga dapat berkompetisi dengan gulma yang agresif, seperti alang-alang (Imperata cylindrica). Jenis ini dapat mengatur nitrogen udara dan menghasilkan banyak serasah sehingga dapat meningkatkan aktivitas biologis tanah dan rehabilitasi sifat-sifat fisika dan kimia tanah.

Pohon Acacia mangium juga dapat digunakan sebagai penahan api karena pohon dengan diameter 7 cm atau lebih biasanya lebih tahan terhadap api .

FAQ

Apa Ciri-ciri Pohon Acacia mangium?

Ciri-ciri Acacia mangium yaitu batangnya berbentuk silinder, kulit batangnya relatif halus dan pecah-pecah membentuk sisik. Temukan penjelasan lengkapnya di pembahasan ini.

Apa Saja Manfaat Acacia mangium?

Pohon akasia mangium mempunyai beragam manfaat ekonomi, sosial, budaya dan ekologi. Berbagai manfaat Acacia mangium telah kita ulas di artikel ini secara lengkap.

Penulis: Septi Purwaningsih

Editor: Rionaldo Andira Lesmono

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan