Connect with us

Wilayah

Ekowisata Mangrove Caplok Barong Cirebon: Upaya Meningkatkan Perekonomian Sekaligus Menjaga Lingkungan

Published

on

Ekowisata Mangrove Caplok Barong

Letaknya yang berada di tepi laut utara Pulau Jawa membuat Kabupaten Cirebon identik dengan kondisi pesisir. Kondisi tersebut baik dari segi masyarakatnya maupun segi lingkungannya. Kendatipun antara kedua hal tersebut pastinya saling berkelindan dan punya pengaruh satu sama lain.  

Sebagaimana kita ketahui dan sadari bersama bahwa wilayah pesisir merupakan lingkungan yang diberkahi dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang beragam. Salah satu ekosistem yang menghuni kawasan pesisir Cirebon adalah hutan bakau, salah satunya berada di Ekowisata Mangrove Caplok Barong.

Keberadaan hutan bakau selain berfungsi secara fisik sebagai benteng abrasi dan intrusi air juga merupakan habitat bagi berbagai macam spesies dan biota air. Masyarakat pesisir juga banyak yang kemudian menggantungkan hidupnya kepada ekosistem hutan bakau. Itulah mengapa relasi antara alam dan manusia perlu dijaga keseimbangannya, sehingga bisa saling memberikan manfaat dan perannya masing-masing.

Sayangnya, ekosistem hutan bakau kian hari tampaknya menunjukkan gejala yang kurang baik. Alih fungsi lahan, perambahan, hingga perusakan menjadi persoalan utama yang kita hadapi kini hari. Tak terkecuali di Kabupaten Cirebon.

Hutan mangrove di Kabupaten Cirebon sendiri tersebar mulai dari Kecamatan Kapetakan hingga Kecamatan Losari. Luas hutan yang terbesar berada di Kecamatan Losari yaitu seluas 164,30 Ha (46,53%) dan disusul Kecamatan Gebang seluas 100,14 Ha (28,37%), (Fitriah:2013).

Adapun, sebagian besar kawasan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai penggunaan. Hanya saja, dalam praktik pemanfaatannya kerap kali ‘bablas’ dan justru merusak kelestarian hutan mangrove itu sendiri.

Seperti yang dijelaskan oleh Raharjo et al (2015) kondisi hutan bakau di delapan kecamatan di pesisir Kabupaten Cirebon, enam di antaranya telah mengalami kerusakan (75%). Sebaran mangrove pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2004 memperlihatkan bahwa panjang sebaran bakau (mangrove) berkurang di enam kecamatan yaitu Losari sepanjang ±2,9 km, Pangenan ± 3,8 km, Astanajapura ± 2,9 km, Mundu 2,4 km, dan Suranenggala ±0,9 Km.

Mengingat Losari merupakan kecamatan yang memiliki kawasan hutan bakau cukup luas dan juga salah satu yang mengalami kerusakan, lantas seperti apa sebetulnya kondisi di sana?

Tentu, upaya pelestarian dan penghijauan kembali perlu digalakkan. Salah satu upaya yang dimaksud bisa dengan melalui pengelolaan ekowisata hutan mangrove seperti yang ada di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Cirebon.

Baca juga: Kawasan Hutan Mangrove Kabupaten Belitung Timur

Desa Ambulu dan Potensi yang Dimilikinya!

Lokasi Ekowisata Mangrove Caplok Barong
Lokasi penanaman mangrove di Cirebon. (Dokumentasi: LindungiHutan).

Desa Ambulu berada di ujung utara Kecamatan Losari . Masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor perikanan berupa tambak. Bisa dikatakan kegiatan prioritas utama di desa tersebut adalah perikanan dan kelautan.

Akan tetapi, kawasan pesisir ini juga menyimpan potensi wisata alam yang dapat memberikan nilai ekonomi tanpa harus merusak yaitu dengan membangun hutan mangrove sebagai tempat wisata.

Apalagi, Desa Ambulu dan sekitarnya ditetapkan sebagai KSP Pesisir Pantura yang memiliki kepentingan untuk konservasi lingkungan dan kawasan perikanan.

Banyaknya potensi sumber daya wisata bahari yang ada di Desa Ambulu membuat pemerintah desa setempat tergerak untuk membuat dan mengelola kawasan wisata hutan bakau bernama Wisata Mangrove Caplok Barong Ambulu.

Dengan adanya tempat tersebut, harapannya selain bisa meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, sekaligus juga menjaga kelestarian mangrove yang ada.

Kondisi Ekowisata Mangrove Caplok Barong Ambulu

Penanaman mangrove di Ekowisata Mangrove Caplok Barong
Penanaman mangrove di Desa Ambulu. (Dokumentasi: LindungiHutan).

Sadar akan potensi keindahan dan keaslian yang ada membuat masyarakat kemudian mengelola Ekowisata Mangrove Caplok Barong. Kawasan hutan mangrove sepanjang lebih dari 300 meter ini menyediakan berbagai fasilitas lengkap untuk pengunjung.

Selain hutan mangrove lebat yang menghampar di depan mata, panorama laut yang khas menambah kepuasan bagi siapapun yang mengunjungi tempat ini. Terlebih, pengunjung juga bisa mancing atak sekadar jalan-jalan di trek yang sudah disediakan.

Wisata mangrove yang dikelola oleh karang taruna bersama BUMDesa ini menjual tiket dengan harga yang terjangkau. Tujuannya agar menjadi alternatif tempat wisata alam yang murah meriah bagi masyarakat Cirebon. Hasil penjualan tiket sebagian dipergunakan untuk memperluas kawasan pesisir sekaligus sebagai wisata edukasi penanaman tanaman mangrove (Rohiani: 2020)

Karena bagaimanapun juga Ekowisata Mangrove Caplok Barong perlu dijaga kelestarian dan keberlanjutannya. Jadi selain memberikan profit dari aktivitas pariwisata yang dilakukan, aspek lingkungan dan ekologinya pun jangan sampai kemudian terlupakan.

Apalagi, Ekowisata Mangrove Caplok Barong menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna di antaranya bagau, kepiting bakau, udang, Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Bruguier asp. Nypa sp.

Maka tepat dikatakan jika keberadaan Ekowisata Mangrove Caplok Barong selain memberikan manfaat ekonomi juga bermanfaat dari segi kelestarian lingkungannya.

Hal tersebut diamini oleh Karlina (2015) dalam Konitat et al (2020), bahwasanya pemanfaatan kawasan mangrove untuk dikembangkan menjadi salah satu kawasan ekowisata merupakan alternatif pemanfaatan yang sangat rasional diterapkan di kawasan pesisir, karena dapat memberi manfaat ekonomi dan jasa lingkungan tanpa mengeksploitasi mangrove.

Baca juga: Kawasan Hutan Mangrove di Pesisir Pengarengan Kabupaten Cirebon dan Mengapa Kita Perlu Menjaganya?

Bersama LindungiHutan, Kita Jaga Ekowisata Mangrove Caplok Barong

Penanaman di Ekowisata Mangrove Caplok Barong
Tanam mangrove di Ekowisata Mangrove Caplok Barong. (Dokumentasi: LindungiHutan).

Besarnya potensi yang dimiliki sayangnya  tidak sejalan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang mengelola ekowisata mangrove. Dalam arti lain perlu pengembangan lebih lanjut. Semantara itu, dukungan dari pemerintah daerah juga belum maksimal sehingga pengembangan kawasan ini cukup terhambat.

Untuk itu, dalam rangka membantu upaya pelestarian mangrove di Ekowisata Mangrove Caplok Barong dan sekitarnya, sejak tahun 2021 LindungiHutan telah melakukan kampanye penanaman bersama masyarakat setempat.

Karena dengan ditanamnya mangrove, biota laut yang ada di Ekowisata Mangrove Caplok Barong memiliki tempat berlindung dan mendapatkan banyak sumber makanan. Langkah ini diharapkan dapat membantu keberlangsungan Hutan Mangrove Caplok Barong dan membantu pertumbuhan ekonomi warga sekitar.

Hingga Juni 2022, LindungiHutan telah menginisiasi 2 Kampanye Alam, menanam 1530 pohon,, dan menyerap 3.3 Kg CO2eq.

Jadi, mari kita dukung aksi penanaman di Ekowisata Mangrove Caplok Barong demi hutan yang lebih lestari dan hijau! Kamu juga bisa ikut berkontribusi dengan menginisiasi Kampanye Alam atau melakukan donasi pohon di lokasi penanaman ini. Sebab kami percaya, kita bisa #BersamaMenghijaukanIndonesia

Muhamad Iqbal adalah SEO content writer di LindungiHutan dengan fokus pada tulisan-tulisan lingkungan, kehutanan dan sosial.

Rawat Bumi LindungiHutan