Powered by ProofFactor - Social Proof Notifications

Muaragembong: Ekosistem Mangrove, Persoalan Lingkungan, dan Asa Menyelamatkan Bumi (2022)

Ekosistem mangrove Muaragembong mengalami laju degradasi akibat konversi lahan. Mengapa bisa berkurang? Bagaimana kondisinya sekarang?
Muaragembong Ekosistem Mangrove, Persoalan Lingkungan, dan Asa Menyelamatkan Bumi.

Secara administratif, Kecamatan Muaragembong terdapat beberapa desa yaitu Desa Pantai Bahagia, Desa Harapan Jaya, Desa Pantai Mekar, Desa Pantai Sederhana, dan Desa Jakasakti.

Kecamatan Muara Gembong mempunyai nilai tingkat kesesuaian yang tinggi pada budidaya rumput laut karena termasuk dalam kategori daerah yang bersalinitas tinggi, adanya arus, dan subtart yang cukup. Masyarakat Kecamatan Muaragembong memanfaatkannya sebagai tempat budidaya rumput laut spesies Gracilaria sp. yang biasanya dilakukan bersamaan dengan ikan bandeng secara polikultur. Rumput laut jenis ini adalah bahan baku pembuatan agar. Dari semua kegiatan budidaya yang ada di Kecamatan Muaragembong, Desa Pantai Mekar dan Desa Pantai Sederhana memiliki produksi terbesar dibanding desa yang lain karena adanya pasokan air tawar tanpa batas. 

Selain budidaya rumput laut, potensi ekosistem mangrove cukup luas dan dapat dijadikan wilayah penyangga untuk mengurangi potensi dampak pemanasan global, abrasi, banjir rob, dan penurunan tanah. Kawasan hutan mangrove di Muaragembong relatif cukup baik dan saat ini ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.

Hasil studi keanekaragaman hayati mangrove oleh PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field di Kabupaten Bekasi menunjukkan terdapat 33 jenis vegetasi mangrove di Desa Pantai Mekar. Jenis yang mendominasi adalah jenis api-api hitam. Meskipun demikian, upaya pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Bekasi tetap dilakukan mengingat tingginya potensi kerusakan.

Bagaimana Kondisi Muaragembong Saat Ini?

Foto salah satu rumah yang terdampak abrasi di Muaragembong.
Kondisi salah satu rumah yang terdampak abrasi di Muaragembong.

Ekosistem mangrove di Muaragembong Kabupaten Bekasi sudah banyak yang berubah fungsi menjadi tambak, pemukiman, ladang, sawah, dan peruntukan lainnya. Hal ini menyebabkan fungsi hutan mangrove sebagai habitat hewan sudah tidak berdaya lagi dan hasil penangkapan ikan menurun. Lahan tambak di Muaragembong tercatat seluas 1,582 ha selama 10 tahun terakhir, hasil alih fungsi lahan mangrove yang ada. Tingginya peralihan menjadi tambak ini dipicu dengan adanya potensi ekonomi yang sangat menjanjikan di sektor pertambakan dengan net revenue yang paling tinggi Rp 56,4 juta/ha dibanding konversi ke sektor lain. 

Ekosistem mangrove Muaragembong telah mengalami laju degradasi akibat konversi lahan. Luasan yang tersisa pada tahun 2020 hanya mencapai 1.028,64 hektar (9,81%). Padahal, luasan awal penetapan kawasan hutan mangrove mencapai 10.481,15 hektar. Tingkat kerapatan mangrove mencapai 1033-1425 individu/hektar yang termasuk dalam kategori sedang berdasarkan tingkat kerusakan mangrove. Dampaknya adalah intrusi air laut dan abrasi belum dapat dikendalikan, kualitas lingkungan menurun, aktivitas perekonomian masyarakat terganggu, beberapa fasilitas umum rusak, dan beberapa mata pencaharian masyarakat pesisir hilang. Ketidakjelasan dan tumpang tindih kewenangan menyebabkan terjadinya perbedaan pemanfaatan pemahaman dan tujuan pemanfaatan yang mengakibatkan konflik kepentingan sehingga  degradasi ekosistem mangrove masih terus terjadi sampai saat ini.

Baca juga: Minilik Bukit Puntong Sumiak, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (2022)

Potensi karbon yang tersimpan di ekosistem muara gembong juga dinilai masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 55,35 ton CO2eq/ha. Tingkat kandungan karbon tertinggi berada pada tumbuhan mangrove spesies Rhizophora mucronata dengan total 17,60 ton CO2eq/ha. Sementara itu, potensi biomassa dari mangrove muara gembong ditemukan tidak terlalu banyak. Potensi biomassa yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan kerapatan pohon yang ada di kawasan tersebut. Maka masih diperlukan konservasi yang lebih intensif lagi. 

Penelitian yang sudah dilakukan menemukan terjadinya abrasi dan perubahan garis pantai di Muaragembong Bekasi seluas 252.071.71 m2. Penelitian ini dilakukan dengan overlay peta tahun 2012 sampai 2020. Selain itu penelitian tersebut juga menyatakan bahwa gelombang pasang tertingi yaitu 0,62 m. 

Kolaborasi dan Harapan di Muaragembong

Mangrove mempunyai economic value (EV) yang terdiri dari manfaat langsung dari kayu, arang, dan perikanan laut serta manfaat tidak langsung seperti menahan abrasi, pemasok oksigen, dan pencegah pemanasan global. Selain itu, ekosistem mangrove juga berfungsi secara ekologis sebagai sumber plasma nutfah serta sebagai tempat pamijahan, tempat pengasuhan, dan mencari makan bagi beberapa ikan, burung, dan organisme laut.

Untuk menjadikan ekosistem mangrove yang berkelanjutan (mangrove ecosystem sustainability), Kecamatan Muaragembong membutuhkan sebuah kolaborasi hebat dari semua pihak, baik pemerintah daerah, akademisi, organisasi, maupun masyarakat. Misi penyelamatan bumi juga sudah dilakukan oleh beberapa stakeholder. Salah satu desa yang mengalami pengurangan lahan pada tahun 2009-2014 karena alih fungsi lahan mangrove menjadi areal pertambakan dan abrasi yaitu Desa Pantai Bahagia. Desa tersebut kemudian mengalami penambahan luasan mangrove kembali pada tahun 2014-2019 karena mulai dilakukan penanaman mangrove dan rehabilitasi area mangrove. 

Baca juga: Hafizah Ghazali Mananam 4.000+ Pohon di Bekasi Jawa Barat

Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal adalah SEO content writer di LindungiHutan dengan fokus pada tulisan-tulisan lingkungan, kehutanan dan sosial.