Connect with us

Lingkungan

AGROEKOSISTEM: Pengertian, Komponen, Contoh, hingga Pengaplikasiannya! (2022)

Published

on

Pengertian agroekosistem dan contoh praktiknya.

Agroekosistem adalah sistem yang diterapkan untuk memajukan dunia pertanian. Sistem yang melibatkan faktor alam dan sosial serta menciptakan sebuah harmoni dalam kehidupan. Lantas, apa saja komponen, prinsip, dan manfaat dari pengaplikasiannya? Bisakah kita turut andil dalam gerakan perubahan ini? Yuk, kita bahas bareng-bareng!

Apa yang Dimaksud dengan Agroekosistem?

Apa yang dimaksud dengan agroekosistem?
Agroekosistem adalah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan tertentu.

Agroekosistem dapat diartikan sebagai bentuk komunitas tumbuhan dan hewan yang berinteraksi dengan lingkungannya, dan telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lain untuk konsumsi dan pengolahan manusia (Maes, 2018). 

Sederhanannya, agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan hidupnya.

Berbeda dengan ekosistem alam, agroekosistem tidak membatasi sumber energi pada  materi organik, tapi juga melibatkan sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk, pestisida, dan berbagai teknologi.

 Hasil modifikasi tersebut yang kemudian memunculkan perbedaan tampak pada ekosistemnya. Agroekosistem cenderung didominasi oleh varietas tertentu saja, sedangkan ekosistem alam yang masih asri tentu memiliki keanekaragaman yang lebih bervariasi.

Komponen dalam Agroekosistem

Rambo (1983) menganalisa bahwa terdapat 2 sistem yang menjadi komponen utama dalam agroekosistem, yaitu:

1. Social system

Adalah komponen sosial seperti demografi, organisasi sosial, ekonomi, institusi politik dan sistem kepercayaan. Semua komponen tersebut tentu akan memengaruhi karakter, daya tahan, stabilitas dan tingkat kemajuan dari ekosistem yang terbentuk.

2. Natural ecosystem

Meliputi faktor biofisik, seperti tanah, air, iklim, cahaya, tumbuhan, hewan, dsb. Faktor alam dalam hal ini juga meliputi keberadaan hama, parasit, konsumen tingkat 1 (herbivora), serta berbagai interaksi yang terjadi seperti kompetisi dan simbiosis antar komponennya (Jarvis et al., 2016).

Baca juga: Tumpang Sari, Solusi Keterbatasan Lahan Saat Ini (2022)

Agroekosistem vs. Agroekologi

Demi mewujudkan sebuah ekosistem yang dapat menunjang kehidupan, tentu kita harus memberi perhatian lebih terhadap aspek ekologis. Secara harfiah, agroekologi adalah penerapan dari sistem pertanian berkelanjutan yang prinsipnya ‘bekerja dengan alam’. Praktiknya banyak mengadaptasikan konsep dan prinsip ekologi dalam bercocok tanam, contohnya agroforestri.

Mengapa hal ini penting? Well, sebagaimana yang kita ketahui, agroekosistem adalah sistem yang dimodifikasi dan melibatkan komponen alam. Artinya, ekosistem yang tercipta merupakan arena di mana evolusi tanaman terjadi, menghadirkan tekanan dan peluang yang harus diadaptasi oleh tanaman dan petani agar dapat berkembang. 

Para petani yang memodifikasi berbagai faktor di atas melalui irigasi, input nutrisi, pengendalian hama, persiapan lahan, penanaman campuran/selai, dan praktik lainnya juga merupakan ‘komponen biotik’ dari agroekosistem (Devra et al., 2016).

Kalau masih bingung dengan pembahasan di atas, intinya sih begini! Prinsip penciptaan agroekosistem boleh saja mengedepankan produktivitas, tapi juga tidak mengesampingkan faktor ekologis yang terlibat di dalamnya. Berbagai modifikasi yang dilakukan manusia seringnya mengarah kepada eksploitasi, yang tentu saja (cepat atau lambat) mengarahkan kita pada bencana. 

Alhasil, target pun tidak tercapai dan lingkungan menjadi rusak. Maka dari itu, tidak ada salahnya bila kita sejak awal sedikit lebih memahami dan menjadi perhatian dengan alam.

Dilansir dari FAO (2022), agroekologi dikatakan dapat membantu melindungi, memulihkan, dan meningkatkan sistem pertanian dan pangan dalam menghadapi guncangan dan tekanan iklim. Sistem agroekologi yang beragam dan terintegrasi dengan baik dapat mendorong penyerapan karbon yang lebih besar, meningkatkan ketahanan mata pencaharian dan memberikan solusi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Bagaimana dengan Contoh Praktiknya?

Sawah adalah salah satu contoh agroekosistem.
Salah satu contoh praktik agroekosistem adalah sistem sawah tadah hujan.

Dilansir dari nationalzoo.si.edu, praktik agroekosistem secara tradisional pun relatif beragam. Contohnya yaitu meliputi sistem ladangan berpindah, sistem sawah tadah hujan tradisional, pekarangan rumah, serta sistem kopi dan kakao naungan tradisional. Berikut contoh di Indonesia menurut Geerzt, 1963:

1. Agroekosistem intensif (Jawa)

Agroekosistem yang didominasi oleh tanaman tunggal yang terbuka, sangat tergantung pada mineral yang dibawa air sebagai bahan makanannya (oleh karenanya pada tahap tertentu juga memerlukan intervensi bangunan air), memiliki keseimbangan yang relatif stabil, dan cenderung mengatasi tekanan penduduk secara terpusat.

2. Agroekosistem ekstensif (luar Jawa)

Agroekosistem memiliki tingkat keragaman tanaman cukup tinggi, bersifat tertutup, peredaran zat-zat makanan yang menopang sistem terjadi melalui mekanisme kehidupan (biotis), memiliki tingkat keseimbangan ringkih dan cenderung mengatasi tekanan jumlah penduduk dengan cara menyebarkan. 

Contoh dari model agroekosistem seperti ini adalah ladang-ladang tebas bakar yang banyak terdapat di luar Jawa.

Prinsip dan Pengaplikasian

Conway (1987) menjelaskan tentang system properti yang berlaku dalam agroforestri, adalah sebagai berikut: 

  • Productivity, didefinisikan sebagai output dari produk yang dihasilkan. 
  • Stability, mencerminkan keteguhan ekosistem dalam menghadapi gangguan akibat fluktuasi atau faktor lain, dinilai dari produktivitasnya. 
  • Sustainability berarti sejauh mana produktivitas yang sudah berjalan dapat dipertahankan.
  • Equitability, didefinisikan sebagai pemerataan distribusi produktivitas agroekosistem di antara manusia yang diuntungkan.

Berkiblat pada nilai-nilai di atas, terdapat beberapa hal inti yang dapat menentukan keberhasilan agroekosistem.

  • Faktor produksi. Meliputi unsur-unsur penopang dalam sistem produksi, contoh: modal, tenaga kerja, sumber daya fisik, dll.
  • Model interaksi. Model yang tercipta dari unsur-unsur penopang sistem dapat menciptakan harmoni, disharmoni atau gabungan antara keduanya.
  • Arah dan kecenderungan dari sistem, dapat dilihat dari 4 poin dalam sistem properti (Conway, 1987) yang dinilai secara berkala.

Lalu, bagaimana contoh prinsip farming yang ramah dan dapat kita tiru? Sebenarnya ini merupakan proses yang kompleks, dan tentunya memerlukan waktu serta adaptasi panjang sampai menemukan sistem yang sesuai. 

Akan tetapi, bisa dimulai secara sederhana dengan lebih memperhatikan beberapa hal berikut dalam proses perjalanannya!

  • Mitigasi perubahan iklim – mengurangi emisi, daur ulang sumber daya, dan prioritaskan rantai pasokan lokal.
  • Bekerja dengan satwa liar – mengelola dampak pertanian terhadap satwa liar dan memanfaatkan alam untuk melakukan kerja keras bagi kita, seperti penyerbukan tanaman dan pengendalian hama.
  • Menempatkan petani dan masyarakat sebagai penggerak – mereka memberi kekuatan pada pendekatan yang dipimpin oleh masyarakat setempat dan mengadaptasi teknik pertanian agar sesuai dengan wilayah setempat – dan kondisi sosial, lingkungan, dan ekonomi spesifiknya.

Agroekosistem & Cadangan karbon

Gambar lahan gambut dan perannya dalam lingkungan.
Penerapan agroekosistem nyatanya berdampak dalam memerangi masalah karbon, Bagaimana bisa?

Penerapan agroekosistem dapat bermanfaat untuk melindungi, memulihkan, dan meningkatkan sistem pertanian maupun pangan, dalam menghadapi berbagai guncangan dan tekanan iklim. 

Lebih dari itu, penerapan agroekosistem juga ikut andil dalam memerangi masalah karbon. Contohnya pada lahan gambut dari agroekosistem kelapa sawit, yang ternyata memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. 

Hakikatnya, cadangan karbon di atas permukaan tanah berasal dari vegetasi yang terbentuk pada ekosistem darat. Yup, kita dapat mengetahuinya berdasarkan nilai biomassa dari vegetasi tersebut. 

Lantas apakah agroekosistem dapat menjawab isu global yang terkait dengan karbon? Hal ini merupakan potensi sekaligus tantangan yang besar untuk mengembangkan agroekosistem yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 

Baca juga: Sistem Terasering: Pengertian, Tujuan, dan Manfaatnya (2022)

Kalau kita sedikit ulas kembali, agroekosistem memodifikasi ekosistem untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai perubahan pada sistem natural tentu akan akan berpengaruh dan memberikan dampak pada sistem sosial. 

Laporan dari Jacobson dan Adams (1953) menunjukkan bahwa terdapat kemunduran dari budaya Mesopotamia akibat meningkatnya kadar garam pada kanal-kanal irigasi mereka; serta Drew (1983) juga melaporkan tentang peningkatan kerusakan ekosistem pegunungan di Eropa sejak dipergunakannya alat-alat pertanian dari logam di sana. 

Saat ini pun mungkin lebih banyak laporan serupa yang dapat kita temukan dari segala penjuru dunia. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Hentikan eksploitasi dan kembali pada bumi! 

Semua tentu harus diawali dengan proses pemulihan yang tidak mudah. Toh, proses yang baik juga akan berbuah kebaikan. Satu hal yang pasti, bumi selalu memberikan lebih dari apa yang kita butuhkan. Lantas, apa yang bisa kita berikan pada bumi?

FAQ

Apa itu agroekosistem?

Merupakan sebuah sistem yang diciptakan dengan memodifikasi ekosistem guna meningkatkan kesejahteraan pertanian.

Apa saja komponen dari agroekosistem?

Pada dasarnya meliputi sistem sosial (demografi, organisasi sosial, ekonomi, institusi politik, sistem kepercayaan) dan ekosistem alam (faktor biotik maupun abiotik lingkungan).

Bagaimana praktiknya di Indonesia?

Di Indonesia contoh praktik agroekosistem dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu secara terpusat atau intensif (di Pulau Jawa) dan menyebar atau ekstensif (di luar Jawa).

Penulis: Rahma Nabila

Ambil Langkah Nyata dengan Menanam Pohon Bersama LindungiHutan HANYA 10 RIBU RUPIAH

LindungiHutan telah dipercata 40 RIBU sahabat alam untuk menanam pohon dengan mudah, transparan, dan berkelanjutan. Kami menjalin kerja sama dengan puluhan petani bibit dan masyarakat sekitar hutan untuk memberi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Rawat Bumi LindungiHutan