Connect with us

Emisi Karbon

Pengertian Blue Carbon, Manfaat, dan Elemen Ekosistem Karbon Biru (Update 2024)

Logo LindungiHutan - Green - Square - 1280 x 1280 pixels - PNG

Published

on

blue carbon

Artikel di-review oleh Muthi’ah Aini Rahmi, Tim Rnd dan Product LindungiHutan

Penggunaan istilah blue carbon atau karbon biru di kalangan pegiat lingkungan hidup dan kehutanan terus meningkat akhir-akhir ini. Walaupun memiliki nama karbon biru, tapi sebenarnya konsep ini tidak berkaitan dengan senyawa karbon dioksida yang diberi warna biru.

Karbon biru banyak tersimpan di sekitar ekosistem pesisir dan laut. Saat ini, perkembangan blue carbon di Indonesia banyak terfokus pada ekosistem mangrove.

Kali ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai blue carbon. So, simak penjelasannya di bawah ini!

Pengertian Blue Carbon

Blue carbon adalah istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Karbon biru mengacu pada kemampuan ekosistem pesisir seperti hutan bakau, rawa-rawa, dan lamun untuk menangkap dan menyimpan karbon di dalam tanah dan biomassa.

Ekosistem ini dapat menyerap karbon dalam jumlah besar dengan kapasitas menyimpan karbon hingga empat kali lebih banyak per hektare dan 30-50 kali lebih cepat dibandingkan hutan terestrial.

Adapun, karbon biru telah mendapatkan pengakuan atas kontribusinya dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta manfaat tambahannya seperti pengembangan akuakultur dan restorasi pesisir.

Ekosistem karbon biru mencakup beberapa wilayah seperti hutan mangrove, padang lamun, estuaria/rawa air payau/rawa air asin, dan terumbu karang.

Baca Juga: 5 Hal tentang Kalkulator Jejak Karbon Imbangi yang Harus Anda Ketahui

Blue carbon adalah.
Infografis blue carbon oleh LindungiHutan.

Manfaat Blue Carbon

Berikut ini beberapa manfaat blue carbon baik itu dari segi ekologi maupun sosial ekonominya:

Penyerap Karbon Efektif dan Mitigasi Perubahan Iklim

Ekosistem karbon biru merupakan penyerap karbon paling efektif dibandingkan ekosistem lain. Lingkungan pesisir berperan besar dalam menyelamatkan umat manusia bahkan bumi dari dampak perubahan iklim yang kian memburuk.

Pelestarian ekosistem karbon biru menjadi solusi alami terbaik sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Perubahan iklim yang dipicu oleh efek rumah kaca atau peningkatan jumlah CO2 dan beberapa gas lain, menyebabkan panas matahari terperangkap di atmosfer bumi. 

Kondisi tersebut menjadi pemicu mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem baik akibat kebakaran dan kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut sehingga daratan akan tenggelam. Beberapa efek rumah kaca tersebut tentu sangat merugikan dan berbahaya apabila tidak segera diperbaiki.

Perlindungan terhadap Bencana

Menjaga kelestarian ekosistem pesisir baik hutan mangrove, bakau, lamun, lahan gambut dan rawa asin dapat memberi manfaat untuk menyerap gas rumah kaca, mencegah erosi, melindungi perumahan warga ketika pasang surut, badai dan banjir ketika menghantam, menangkap polutan yang kerap ada di udara dan perairan, dan menjadi habitat bagi makhluk hidup yang terkhusus berada di wilayah pesisir. 

Pendukung Ekonomi Lokal

Selain itu, ekosistem karbon biru dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai sumber ekonomi atau pendapatan masyarakat dengan memberikan servis ekologi. Pengelolaan daerah pesisir dapat menjadi daya tarik dan berpotensi wisata yang menarik pengunjung. 

Daerah ekosistem pesisir yang kaya akan karbon biru turut pula menyediakan makanan bagi ikan, sehingga sumber daya ikan berlimpah yang dapat dimanfaatkan masyarakat. 

Keanekaragaman ikan yang ada di ekosistem pesisir diantaranya ikan, siput, kerang, udang dan kepiting. Terlebih lagi, ekosistem pesisir juga dapat meningkatkan kualitas air dan memberikan pasokan konstruksi materi berupa unsur untuk obat-obatan.

Elemen Penyokong Ekosistem Blue Carbon

Di Indonesia, blue carbon tersebar di ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, padang lamun, rawa, hingga terumbu karang.

Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang penting bagi wilayah pesisir. Mangrove dinilai mampu memberikan manfaat sebagai pelindung dari abrasi, banjir rob, hingga gelombang tsunami, penyedia habitat bagi makhluk hidup, pengendali iklim mikro, penyimpan karbon yang efektif, dan mampu mengurangi pemanasan global perubahan iklim.

“Mangrove sendiri untuk penyimpanan karbon itu hampir 5 kali lipat atau bahkan lebih daripada hutan-hutan tropis lainnya, jadi dibandingkan hutan boreal, ataupun hutan tropis sekalipun, mengrove ini punya potensi penyimpanan karbon yang lebih besar sekitar 5 kalinya dari hutan lain,” Jelas Alma Cantika Aristia, Product Manager LindungiHutan, dalam webinar Green Skilling LindungiHutan. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel “Ekosistem Karbon Biru: Potensi, Simpanan Karbon, dan Tantangan 2024”

Rawa

Rawa memiliki potensi penyimpanan karbon yang tinggi yaitu sekitar 800 ton per hektare. Rawa pasang surut membeirkan manfat seperti penyerap polutan, pengedali erosi, penyedia habitat bagi burung dan mamalia, pengatur salinitas air di wilayah pesisir.

Padang Lamun

Berdasarkan penelitian BRIN dalam Mongabay tahun 2023, padang lamun memiliki potensi untuk penyimpanan karbon sekitar 600 ton per hektare. Padang lamun memiliki manfaat sebagai penyedia habitat bagi berbagai spesies laut, penyerap karbon dari air laut dan atmosfer, hingga sebagai penyaring kualitas air laut dari partikel dan nutrien.

Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem pesisir yang terbentuk dari hewan karang yang membentuk struktur kapur di dasar laut. Ekosistem ini umumnya ditemukan di perairan hangat dan dangkal.

Baca juga: Carbon Offset Platform LindungiHutan, Hitung Emisinya dengan Imbangi, Tanam Pohonnya dengan Kami

Ancaman Kerusakan Ekosistem Blue Carbon

Kerusakan terhadap ekosistem karbon biru sangat mungkin terjadi. Bisa dibilang, ancaman ini sangat merugikan ekosistem laut lantaran banyak menyimpan karbon dibanding ekosistem lainnya. 

Dikutip dari laman CarbonEthics, terdapat ancaman yang dapat menyerang laut dan ekosistem karbon biru, meliputi:

1. Pengasaman Air Laut

Pengasaman air laut terutama disebabkan oleh penyerapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer oleh lautan. Saat CO2 menyerap ke dalam air laut, ia bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang kemudian melepaskan ion hidrogen dan menyebabkan air laut menjadi lebih asam.

Pengasaman air laut mampu menyebabkan plankton tidak dapat membentuk cangkangnya. Plankton merupakan organisme penting di ekosistem laut. Jika organisme ini mati, maka proses rantai makanan tidak akan berjalan dengan baik.

Air laut yang asam menyebabkan kematian banyak makhluk hidup, tentunya mempengaruhi kehidupan masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini.

2. Perubahan Penggunaan Lahan

Hutan mangrove yang menyimpan banyak karbon dan menjadi penyelamat perubahan iklim secara nasional maupun global banyak ditebang untuk penggunaan lahan lain seperti pembangunan perumahan, lahan pertanian, dan aktivitas lain.

3. Penangkapan Ikan Besar-Besaran

Praktek penangkapan ikan oleh sebagian orang banyak menggunakan peralatan modern yang berdampak negatif bagi habitat dan kehidupan di laut. Misalnya menggunakan bom peledak, jaring dorong, racun, dan perburuan liar lainnya.

Banyaknya ikan yang tertangkap, akan berakibat pada proses rantai makanan yang ada di lautan.

4. Polusi Plastik

Proses penguraian plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun lamanya. Bahkan, banyak beredar di sosial media hewan laut mati karena memakan plastik sehingga membuat gangguan pencernaan.

Plastik menjadi ancaman yang dapat memperparah perubahan iklim saat ini, sebab banyak menghasilkan gas metana dan etilen.

5. Polusi Kimia

Polusi kimia yang terjadi di laut salah satunya dari tumpahan minyak dari aktivitas pertambangan yang ada di lautan. Cairan ini sangat sulit dibersihkan dan menyebabkan kematian bagi makhluk hidup di lautan.

Selain itu, pupuk kimia dari sektor pertanian yang mengalir ke lautan menyebabkan eutrofikasi yang merugikan organisme di laut.

Oleh karena itu, dibutuhkan peraturan yang mampu menjaga dan mengelola ekosistem karbon biru di Indonesia. 

Upaya Perlindungan Karbon Biru

Dikarenakan karbon biru memiliki pengaruh yang besar, tidak sedikit dari masyarakat Indonesia dan global yang mengupayakan pemulihan dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem pesisir.

Dukungan dan kolaborasi antar stakeholder dapat terus digalakan untuk menjaga ekosistem pesisir yang lestari agar keberfungsiannya menangkap karbon dan menyimpannya menjadi karbon biru terus berlangsung.

Selain itu langkah pemulihan ekosistem karbon biru dilakukan dengan reboisasi tanaman-tanaman pesisir seperti pohon bakau untuk terus menambah luasan ekosistem tersebut. Banyaknya kampanye terkait donasi pohon untuk wilayah pesisir juga turut menjadi ruang edukasi dan motivasi bagi masyarakat luas untuk ambil peran menyelamatkan bumi.

Banyak LSM atau organisasi dan yayasan lingkungan yang melakukan Kerjasama baik dengan perusahaan atau pemerintah guna mendukung pemulihan blue carbon. Mengajak masyarakat sekitar pesisir untuk kembali merawat lingkungan mereka. Seperti cerita Thomas Heri Wahyono yang menanam kurang lebih 2 juta pohon bakau bersama masyarakat Kampung Laut demi lestarinya kawasan hutan mangrove. Simak cerita lengkapnya dalam “Thomas Heri Wahyono, Pakar Mangrove dari Kampung Laut Cilacap Mendapat Penghargaan Nasional”

Terakhir, upaya yang dapat memberikan dampak besar ialah mengangkat urgensi karbon biru pada tatanan kebijakan. Tujuan utamanya dimaksudkan untuk memberikan sanksi bagi pelanggar yang merusak ekosistem karbon biru dan menjadikan kewajiban bagi sesama untuk terus menjaga ekosistem karbon biru.

Program Karbon Biru Cilacap

Menggandeng Fairatmos dan masyarakat lokal dalam pelaksanaannya, proyek ditujukan untuk meningkatkan keberlanjutan ekosistem mangrove di Segara Anakan, Desa Ujungalang, Kampung Laut, Cilacap. Proyek sekaligus bertujuan memanfaatkan nilai ekonomi karbon biru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tahun 2023, pilot project pertama dilakukan dengan menanam 4000 pohon (1,3 ha) mangrove Rhizophora sp. Komitmen keberlanjutan kemudian dilanjutkan dengan pilot project kedua yang menanam 6600 mangrove jenis Rhizopora sp., Bruguiera sp., dan Avicenia sp. di 2 ha lahan.

Baca juga: Panduan Mudah Pelaksanaan CSR Lingkungan Perusahaan Anda!

LindungiHutan Menanam 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500 Perusahaan dan Brand!

FAQ

Apa itu Blue Carbon (Karbon Biru)?

Blue carbon (karbon biru) adalah jumlah emisi karbon dan gas rumah kaca yang dapat diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan lautan.

Apa saja manfaat karbon biru?

menyerap gas rumah kaca, menyimpan karbon lebih banyak dibandingkan di ekosistem daratan, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan kualitas air, memberikan perlindungan pada daerah pesisir.

Ekosistem apa saja yang termasuk blue carbon (karbon biru)?

Ekosistem penyokong karbon biru (blue carbon) meliputi hutan mangrove, hutan bakau, padang lamun dan lahan gambut di daerah pesisir. Selain itu, terumbu karang juga memiliki perananan signifikan dalam penyerapan emisi karbon dari atmosfer dan lautan.

Penulis: Jati Ratna Arifah dan Ana Salsabila

Editor: M. Nana Siktiyana

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan