Penulis: Fahriza Dwi Indahyati dan Ana Salsabila

Perubahan iklim, pemanasan global, gas rumah kaca, krisis iklim, emisi karbon, dan beberapa istilah lainnya yang mungkin sering kita dengar tetapi belum kita pahami betul. Semuanya saling terkait dan semuanya menimbulkan dampak buruk bagi planet bumi.

Faktanya, emisi gas rumah kaca diperkirakan akan terus mengalami peningkatan pada 2021- 2030. Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak, gas bumi, dan batu bara di Indonesia.

Dalam rangka memahami perubahan iklim, hal-hal yang menyangkut tentangnya, dan kondisi di Indonesia, LindungiHutan merangkum secara lengkap dalam booklet berikut ini!

Pemahaman Mendalam Terkait Kondisi Perubahan Iklim dan Gas Rumah Kaca di Indonesia

• Peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti CO2 dan metana, memperkuat efek rumah kaca, menyebabkan pemanasan global, perubahan iklim, dan akhirnya, memunculkan krisis iklim dengan dampak serius terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Penanganan krisis ini memerlukan tindakan global untuk mengurangi emisi dan mengatasi dampak yang sudah terjadi.
• Pengolahan sampah yang efisien, pemanfaatan energi terbarukan, dan implementasi konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) secara bersama-sama dapat membantu menanggulangi krisis iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, meminimalkan penggunaan sumber daya, dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan
• Indonesia telah mengadopsi Komitmen Nasional Penurunan Emisi (NDC) dengan fokus pada sektor kehutanan, energi, limbah, dan industri, sambil mengembangkan mekanisme perdagangan karbon dan aktif berpartisipasi dalam inisiatif REDD+ untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Upaya ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim melalui berbagai strategi yang melibatkan sektor-sektor kunci dalam perekonomian negara.
• Sektor agrikultur menjadi sektor dengan peringkat pertama pada sumbangan emisi gas rumah kaca di Indonesia