Tim Kami
Cerita Unik Aminul Ichsan di LindungiHutan dan Momen Seru yang Masih Terkenang
Layaknya sebuah startup pada umumnya, beberapa tahun sejak berdirinya LindungiHutan pernah mengalami pasang dan surut dalam perjalanan bisnisnya.
Tidak semua orang bisa bertahan untuk menghidupkan kembali apa yang sudah dibangun selama ini. Mungkin yang dibutuhkan adalah kepercayaan, rasa optimis, dan keyakinan bahwa ini semua dapat terlewati.
Salah satu orang yang menjadi saksi bagaimana keadaan LindungiHutan saat itu adalah Aminul Ichsan, kerap disapa Mas Ai. Sudah 4 tahun dirinya berkutik di dalam tim operasional hingga saat ini. Jika kalian belum tahu, tim operasional-lah yang menjadi tim sukses dalam pelaksanaan penanaman setiap kampanye alam di LindungiHutan.
Bagaimana perjalanan Aminul Ichsan bersama LindungiHutan? Ini dia ceritanya.
Daftar Isi
Awal Mula Mas Ai Bergabung dengan LindungiHutan
Ai menceritakan bagaimana perjalanan dirinya bergabung bersama LindungiHutan beberapa tahun yang lalu.
Kala itu dirinya masih dalam proses mencari pekerjaan. Bertemunya Ai dengan Ben pada tahun 2018, menjadi langkah awal perkenalannya dengan LindungiHutan. Singkat cerita, ia diterima dan mulai bergabung dengan LindungiHutan.
Awalnya, Ai ditugaskan menjadi account executive yang jobdesknya berhubungan dengan mitra perusahaan. Dirasa kurang cocok dengan posisi tersebut, Ai berpindah ke tim operasional pada awal tahun 2019.
“Aku start kerja sebagai account executive yang tugasnya listing perusahaan, approaching, dan meeting sama perusahaan. Sampai tahun 2018 akhir, aku displit ke tim operasional. Mulai 2019 awal, aku jadi support untuk tim operasional,” Tutur Ai.
Mengapa Mas Ai Masih Bertahan Meskipun Terjadi Masa Dingin di LindungiHutan?
Badai silih berganti menghampiri LindungiHutan. Setelah event penanaman tahun 2019 yaitu RawatBumi, LindungiHutan mengalami masa dingin yang pertama. Ai menceritakan kondisi saat itu LindungiHutan mengalami kerugian dan berkurangnya anggota, yang awalnya sekitar 21 orang hingga tersisa 7 orang, termasuk dirinya.
Perlahan angin segar menghampiri LindungiHutan kembali, semua sistem diperbaiki dan mampu bangkit dari kondisi tersebut. Namun, pandemi pada tahun 2020, menjadikan LindungiHutan harus mengalami masa dingin yang kedua dan menyisakan 5 orang.
“Tahun 2020, muncul pandemi dan terjadilah musim dingin yang kedua, saat itu tersisa 5 orang, termasuk aku sendiri. Akhirnya, aku merangkap pekerjaan di tim partnership, finance sama Mas Ben, admin, dan operasional. Kalau di tim operasional aku sendiri. Pokoknya semua tim di LindungiHutan semua udah pernah aku coba, kecuali product dan marketing,” Ucap Ai.
Ketika ditanya mengapa dirinya masih bertahan bersama LindungiHutan, Ai mengatakan ada pepatah jawa yang selama ini ia pegang dalam dirinya.
“Alasan mengapa aku bertahan di LindungiHutan salah satunya dari pepatah jawa yang aku yakini selama ini, yang mengatakan “urip iku kudu urup”. Hidup itu harus membara, menerangi orang lain, membantu orang lain, dan bermanfaat dengan orang lain. Selama yang aku kerjain masih yakin untuk aku kerjain, ya aku akan terus lakukan,” Ungkap Ai.
Baca juga: 5 Nilai-Nilai LindungiHutan yang Jarang Orang Ketahui, Apa Saja?
Fokus dan Tujuan yang Ingin Dicapai LindungiHutan di Tahun 2023 dari Perspektif Tim Operasional
Tugas dari tim operasional, selain melakukan penanaman ialah monitoring hingga pelaporan setelah dilakukannya penanaman. Selain itu, mereka lah yang memberikan update penanaman pada setiap kampanye alam.
Awalnya Ai hanya seorang diri di tim operasional setelah masa dingin kedua LindungiHutan. Perlahan, ia mulai merekrut anggota tim, hingga saat ini ada 5 orang yang ada di tim tersebut.
“Dulu aku solo trip dari Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Jakarta sendiri. Makin kesini aku mengurangi ke lapangan, jadi lebih ke manage orangnya biar lebih efisien. Ketika ada tim lain yang butuh dengan tim operasional nggak kesusahan, istilahnya ya jaga gawang,” Jelas Ai.
Hingga akhir tahun 2022, Lindungi Hutan memiliki lebih dari 45 lokasi penanaman yang tersebar di Indonesia dan mempunyai 15 lokasi prioritas untuk kegiatan penanaman.
“Mulai tahun 2023 ini kita pilih lokasi prioritas yang legalitasnya bisa dicapai, petaninya kooperatif, lokasinya terjangkau, harganya murah, dan populer. Misalnya di Jakarta harganya mahal tapi populer tetep kita masukin ke lokasi prioritas.” Ucap Ai.
15 Lokasi prioritas LindungiHutan antara lain Pesisir Tambakrejo Semarang, Desa Bedono Demak, Pesisir Trimulyo Semarang, Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Jabungan Semarang, Pantai Mangunharjo Semarang, Pesisir Untia Makassar, Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah, Ekowisata Mangrove Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, Teluk Benoa Badung, Kampung Laut Cilacap, Muara Cisadane Tangerang, Pabean Ilir Indramayu, Desa Pengarengan Cirebon, dan Gunung Sawur Lumajang.
Menjaga hubungan baik agar tetap terjalin komunikasi dengan petani di berbagai lokasi penanaman menjadi PR bagi tim operasional hingga kini. Pasalnya, tidak mudah untuk menjalin komunikasi hanya melalui telepon genggam saja.
“Tentunya kita menjaga komunikasi dengan petani, tapi sebenarnya ini juga menjadi PR yang belum diselesaikan. Sebetulnya petani lebih suka dikunjungi langsung daripada dihubungi melalui whatsapp. Kalau ngobrol via whatsapp aja, ikatannya kurang dapat,” Jelas Ai.
Pengalaman-pengalaman Seru Mas Ai di Berbagai Lokasi Penghijauan
Ai menceritakan banyak pengalaman menarik ketika di lapangan, mulai dari petani hingga lokasi penanaman yang cukup ekstrim. Ai dirawat selayaknya anak sendiri dengan petani mitra di Bedono.
“Kalau di Bedono aku sangat dirawat dengan baik sama mereka (petani). Setelah penanaman pasti disuguhkan berbagai makanan. Walaupun aku nggak bawa apa-apa kesana, tapi pulangnya aku dibawakan banyak makanan. Kalau aku gak beralasan motorku gak bisa buat bawa, bakalan lebih banyak lagi makanan yang disuruh bawa pulang,” Ungkap Ai.
Pengalaman lain dirasakan Ai ketika di Trimulyo. Ia menceritakan pengalamannya menangkap ikan dan melakukan penanaman mangrove dengan beban yang sangat berat lantaran kedalaman lumpur mencapai pinggang orang dewasa.
“Di Trimulyo ini masyarakatnya humble. Pernah tangkap ikan di laut dan ular. Parahnya, kalau mau ke titik lokasi itu jalan kaki, harus merambat ke hutan mangrove yang ngeri banget. Disana kebanyakan mangrove jenis Avicennia, akarnya akar nafas, jadi muncul tajam-tajam dari dalam tanah, kondisi kaki baret di semua bagian, tapi asik-asik aja dan seru. Pernah juga tanam mangrove tanpa ada air. Lumpurnya sepinggang jadi untuk bergerak aja susah dan kerasa bebannya berat,” Tutur Ai.
Baca juga: Cerita Menarik Widya di Lokasi Penanaman Bersama Mitra LindungiHutan
Selain itu, menurut Ai Pantai Bahagia Kota Bekasi menjadi lokasi penanaman yang memprihatinkan dan menyimpan cerita yang ia ingat hingga saat ini.
“Di Pantai Bahagia, ada namanya Kampung Dolar. Orang disana dulu kaya (mapan), setelah aku datang kesana terlihat miris, orang-orangnya terlihat lesu, keadaan ekonomi yang buruk, rumah-rumah yang sering terkena rob. Aksesnya jauh banget dari bekasi kota ke pantai bahagia. Sesampainya disana harus naik perahu 40 menit panas-panasan. Setelah sampai dermaga yang pertama itu jalan lagi 20 menit. Sesampai dari rumah petani ke lokasi penanaman harus jalan seperti militer, jalan di pematang tambak, licin, kepleset, terperosok, dan nanemnya dalam. Menurutku itu lokasi yang memprihatinkan,” Pungkas Ai.