Bisnis Lestari
Climate Crisis, Potensi Besar Penyeimbangan Karbon, dan Bagaimana Mengelola Hutan secara Berkelanjutan
Kamis, 14 Maret 2024, LindungiHutan sukses menggelar serial webinar Green Skilling dengan tema “Pengelolaan Hutan dan Karbon Biru Berkelanjutan untuk Penyeimbangan Emisi Karbon Individu dan Perusahaan”. Hadir mengisi webinar tersebut Haryo Ajie Dewanto, Technical Director Rimba Raya Conservation.
Ajie menjelaskan banyak hal mulai dari fakta climate crisis, peran hutan dan miskonsepsi dalam pemanfaatanya, serta potensi besar karbon dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Daftar Isi
Bukan Climate Change tetapi Climate Crisis
Istilah perubahan iklim kini lebih pantas untuk disebut sebagai krisis iklim. Fakta menunjukkan bahwa tahun 2016 yang menjadi tahun terpanas secara global, dengan nilai anomali suhu tercatat sebesar 0,990C dari periode pengamatan tahun 1980 hingga 2020. Hal tersebut merupakan bukti perubahan iklim benar terjadi.
“Climate crisis itu beneran ada loh, jadi mungkin dulu dua tahun tiga tahun yang lalu masih banyak orang yang skeptical tentang climate change, tapi mulai sekarang kayanya sudah mulai terasa,” Ungkap Ajie.
Efek perubahan iklim ini dapat dilihat dan dirasakan dengan jelas melalui beberapa dampak yang ada. Misalnya, batas musim hujan dan musim kemarau yang tidak menentu, hingga curah hujan mengalami perubahan yang cukup besar dan tidak normal.
“Mungkin melihat berita beberapa hari yang lalu di Sumatera Barat banjir bandang, enggak pernahnya banjir di lokasi tersebut, ternyata banjir, Kalimantan Palangkaraya, dapat berita dari teman yang di sana sekarang banjir,” Cerita Ajie.
Kendati saat ini sudah terjadi, perlu upaya bersama untuk melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap laju serta dampak perubahan iklim.
Baca juga: Carbon Offset Platform LindungiHutan, Hitung Emisinya dengan Imbangi, Tanam Pohonnya dengan Kami
“Tapi paling enggak, dari yang kelihatan di kasat mata ya kita jangan diam aja, krisis iklim itu nyata dan benar-benar kejadian tetapi paling enggak kita tetap bisa melakukan perbuatan yang benar,” Tutur Ajie.
Peran Hutan terhadap Climate Crisis
Hutan di Indonesia menyimpan potensi besar dalam menghadapi perubahan iklim. Dilansir dari DataIndonesia.id (2023), KLHK melaporkan total luasan hutan di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 125,76 juta ha. Terbagi ke dalam 27,41 ha hutan konservasi; 29,56 ha hutan lindung; dan 68,82 hutan produksi.
“Kenapa kita perlu adanya hutan? Hutannya tetap ada jangan dibabatin, dialihfungsikan. Kalau di seluruh dunia, dengan nilai yang naik turun, karbon dan biomass-nya itu sekitar hampir 300 juta gigaton, bayangin kalau itu berkurang atau terlepas karbonnya, enggak tahu deh atmosfer kita masih bisa bertahan enggak,” Ungkap Ajie.
Ajie menekankan, perlunya tindakan dan langkah bijak dalam menjaga kelestarian hutan untuk mendukung adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
“Ini adalah saatnya untuk kita menjaga legacy kita. yaitu bagaimana saat kita melakukan segala sesuatunya dengan bertanggung jawab, kita aware tentang lingkungan kita, bahwa kita enggak hidup sendiri gitu, untuk anak cucu kita supaya tetap ada,”
Sudut Pandang Berpikir yang Salah bahwa Hutan Itu Komoditas Ekstraktif
Tak sedikit yang masih memandang bahwa kawasan hutan keberadaan dan peruntukannya sebagai sesuatu yang sifatnya eksploitatif. Pemanfaatan dilakukan dengan jor-joran atau bahkan cenderung merusak keanekaragaman hayati di dalamnya dan berujung pada aksi deforestasi.
“Hutan kan saat ini selalu dianggap sebagai salah satu komoditas ekstraktif, hutan ditebang, dijadikan kayu, diubah menjadi pulp an paper, atau ada juga yang dialihfungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit dengan kawasan tertentunya, dan saat ini kita harus memandang hal yang lain atau sudut pandang yang berbeda saat kita melihat hutan,” Jelas Ajie.
Perlu digaris bawahi bahwa melindungi hutan bisa menjadi motor pembangunan juga. Jadi sudah semestinya untuk memastikan dan menjaga hutan agar tetap berfungsi sekaligus menghormati proses penciptaannya itu sendiri.
“Yang juga krusial adalah hutan Indonesia itu kan luas, dan di dalamnya ada community-communities-nya di surrounding bahkan di dalamnya juga ada, jadi bagaimana kita bisa empower local communities ini dan jangan sampai kita melihat communities sebagai angka, tetapi masyarakat yang ada di dalam situ adalah merupakan bagian dari ekosistem dan penyangga dari kehidupan itu sendiri,” Sambung Ajie.
Baca juga: 8 Poin SDGs yang LindungiHutan Raih dalam Prosesnya
Potensi Besar Penyeimbangan Karbon dari Pengelolaan Hutan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan kawasan hutan terluas di dunia, tentunya turut mendukung upaya pengurangan emisi karbon, apalagi melihat potensinya yang besar.
“Ini kalau dari Katadata, misal secara hitung-hitungan karbon dan segala macam, kalau karbon kredit di-value 5 dollar per ton, Indonesia bisa punya potensi sampai 8.000 triliun, tapi mungkin juga tidak semudah itu dalam praktiknya,” Tutur Ajie.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini mendukung optimalisasi potensi hutan, termasuk implementasi aksi mitigasi sektor FOLU menuju Net Sink 2030.
Beberapa di antaranya melalui perlindungan hutan dari deforestasi, perlindungan degradasi hutan di area konsesi, pengelolaan lahan gambut, konservasi keanekaragaman hayati, hingga penegakkan hukum. Dalam praktik integrasinya bagi perusahaan atau korporasi, Anda bisa menyimak “Panduan Program Penghijauan untuk CSR Perusahaan”
“Sejak ada regulasi NEK Perpres nomor 98 tahun 2021 itu memang sudah ada beberapa statement tentang Nilai Ekonomi Karbon dan saat ini sedang digodok dan kita akan tunggu kita selalu ikuti perkembangannya seperti apa, sehingga bisa kita implementasikan dengan benar,” Ungkap Ajie.
“Ada beberapa kunci untuk perkarbonan ini, yang pertama adalah lokasi yang mau kita usahakan ini memiliki span life atau waktu izinnya jelas berapa lamanya, yang kedua tentang nilai tambah dari usaha itu sendiri harus dinilai dan pastinya baseline dari skenario dalam membangun kawasan ini menjadi suatu kawasan proyek,” Terang Ajie.
LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500+ Perusahaan dan Brand!