Connect with us

Emisi Karbon

5 Dampak Emisi Karbon yang Berbahaya bagi Kita

Published

on

Dampak-negatif-emisi-karbon

Artikel di-review oleh Fahriza Dwi Indahyati, Research and Development Officer at LindungiHutan

Emisi karbon atau carbon emission merupakan proses pengeluaran gas dari hasil pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, bensin, dan bahan lainnya. 

Namun, tahukah kamu kalau hal ini ternyata berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia?

Dampak-dampak Emisi Karbon dan Gas Rumah Kaca yang Berbahaya bagi Kehidupan Kita

Dampak emisi karbon yang dimaksud mulai dari polusi udara, perubahan iklim, hujan asam, peningkatan permukaan air laut, hingga penurunan produktivitas laut.

1. Polusi Udara

Sebagaimana kita ketahui, salah satu penyumbang emisi karbon adalah kendaraan bermotor. Sebab, penggunaan bahan bakar minyak pada sektor transportasi khususnya bensin akan mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO atau karbon monoksida, THC (total hidrokarbon), TSP (debu), Nox (oksida-oksida nitrogen) dan Sox (oksida-oksida sulfur), dan juga karbon dioksida (CO2).

Menurut Susilo et al., dalam Kurnia (2021), sekitar 50% pencemaran di perkotaan disebabkan karena pabrik serta sektor transportasi yang masih menggunakan bahan bakar yang kurang ramah terhadap lingkungan. 

Berdasarkan laporan statistik penggunaan energi dunia pada tahun 2022 yang dilaporkan oleh tempo.co, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan penggunaan bahan bakar fossil tertinggi. Sekitar 90% dari total konsumsi energi di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, terdiri dari 45% batu bara, 31% minyak bumi, dan 15%  gas alam. Sementara itu, sebagian kecil sisanya berasal dari energi air dan sumber energi terbarukan lainnya.

Dari hasil rekapitulasi, polusi udara menjadi emisi gas buang yang seiring berjalannya waktu populasinya meningkat secara signifikan.

Padahal, emisi karbon dari gas buang kendaraan bermotor juga berimbas terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan iritasi dan pengotoran saluran pernapasan di paru-paru. 
Sementara dari sisi lingkungan, emisi karbon jelas menjadi salah satu pemicu pemanasan global.

Terjadinya global warming akan meningkatkan suhu di permukaan bumi yang memicu adanya perubahan iklim. Secara langsung akan memengaruhi kenaikan permukaan air laut dan kondisi lingkungan lainnya.

Baca juga: Apa Itu Kalkulator Jejak Karbon? Manfaat, Cara Kerja, dan Tutorialnya

2. Perubahan Iklim: Dampak Emisi Karbon yang Kerap Kita Rasakan Saat Ini

Perubahan iklim adalah kondisi di mana terjadi perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Fakta menunjukkan bahwa tahun 2016 menjadi tahun terpanas secara global dengan nilai anomali suhu tercatat sebesar 0,99 derajat Celcius dari periode pengamatan tahun 1980 hingga 2020. Hal tersebut merupakan bukti perubahan iklim benar terjadi. 

Terhitung semenjak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. 

Sebab, pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang menyelimuti bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu. Atau biasa disebut sebagai efek rumah kaca. 

Efek rumah kaca adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana panas matahari terperangkap oleh gas-gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), yang berfungsi menahan panas di permukaan bumi. 

Akibatnya, suhu bumi cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena gas-gas rumah kaca tersebut menangkap sebagian panas yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa, menyebabkan akumulasi panas di atmosfer.

Jadi, dampak emisi karbon salah satunya yaitu menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. 

Perubahan iklim yang terjadi kemudian juga menuntun kepada krisis iklim yang lagi-lagi dampaknya bersifat domino. Maksudnya, bukan hanya buruk bagi lingkungan, tetapi seluruh makhluk hidup di bumi.

3. Hujan Asam

Istilah hujan asam mengacu pada deposisi atmosfer yang mengandung senyawa asam yang turun ke bumi dalam bentuk hujan, salju, partikulat, gas, dan uap yang kemudian berdampak negatif pada bumi.

Hujan asam pertama kali dikenalkan oleh Ducros (1845) dan kemudian dijelaskan oleh ahli kimia Inggris Robert Angus Smith (1852) yang studi penelitianya menghubungkan sumber-sumber terjadinya hujan asam dengan emisi industri termasuk efek lingkungan yang terjadi akibatnya.

Nah, lantas apa hubungannya dengan emisi karbon? Jadi, dampak emisi karbon salah satunya yaitu menyebabkan polusi atau polutan seperti Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida yang tinggal dalam atmosfer dan akhirnya bereaksi dengan kelembapan dalam udara.

Ketika polusi ini jatuh sebagai embun di tanah, inilah yang disebut dengan hujan asam. Sumbernya antara lain dari pembakaran bahan bakar motor dan limbah pabrik kimia.

Hujan asam dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia dan hewan. Tanaman, terutama pada pohon pinus dan tanaman pertanian dapat rusak karena paparan asam sulfat dan asam nitrat. Ekosistem air tawar juga ikut terancam karena logam berat seperti aluminium dan merkuri larut dalam hujan asam, mencemari sumber air. 

Gambar kalkulator jejak karbon.

Tekan Emisi Karbon dengan Menghitung Jejak Karbon!

Melalui kalkulator jejak karbon Imbangi, kamu bisa menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari bahan bakar industri, pendingin ruangan (AC), kendaraan, hingga listrik.

4. Peningkatan Air Laut

Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka air laut yang ditandai dengan meluasnya wilayah yang tergenang pada daerah pesisir.

Berdasarkan laporan IPCC (2013) akan terjadi kenaikan muka air laut dengan peningkatan 2,8-3,6 mm/tahun. Perubahan muka air laut ini merupakan dampak emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim.

Menurut sejumlah kajian Andreas dan Abidin (2016) dikutip dari laman kkp.go.id, Jakarta mengalami penurunan tanah mencapai 25 cm per tahun dengan rata-rata 15 cm per tahun. Pengukuran juga dilakukan oleh LAPAN menggunakan data radar menemukan penurunan daratan di kisaran 10-15 cm per tahun dari 2015-2020.

Selain Jakarta, Semarang dan Demak juga terancam mengalami banjir rob di wilayah pesisir akibat dari perubahan iklim. Di Demak tepatnya dusun Rejosari Senik, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, terdapat satu kampung yang kini ditinggalkan masyarakatnya karena tenggelam akibat abrasi.

Kurang lebih 200 keluarga memilih angkat kaki meninggalkan rumah yang kini terendam air laut. Apa yang terjadi? Simak cerita selengkapnya dalam “Sehari Bersama Mak Jah, Menanam Mangrove dan Rasanya Tinggal Sendiri di Tengah Lautan”.

5.  Dampak Emisi Karbon, Perubahan Iklim dan Fenomena El Nino Memengaruhi Produktivitas Laut

El Nino atau bisa disebut juga ENSO mengakibatkan suhu permukaan laut meningkat dan lapisan termoklin menipis. Kondisi ini jika disertai dengan kenaikan paras laut.

Kemudian, terganggunya siklus karbon berdampak pada menurunnya fungsi laut sebagai salah satu komponen penyerap karbon. Diperkirakan daya serap karbon dioksida atau CO2 akan berkurang 4-28% selama abad 21.

Produktivitas laut yang menurun menyebabkan ikut terganggunya kondisi perekonomian masyarakat sekitar pantai. Seperti yang dirasakan oleh Edi nelayan tangkap dari Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta. Dirinya mengaku bahwa saat ini mencari ikan jadi makin sulit. Menurutnya ada beberapa faktor yang melatarbelakangi, salah satunya dampak dari perubahan iklim. 

“Semenjak tahun 2000-an agak sulit, bahkan nelayan kawakan saja yang sepuh banyak yang bilang kalau cuaca sekarang susah diprediksi, mungkin faktor itu ya (perubahan iklim) yang memengaruhi menurunnya pencarian ikan, selain karena kontaminasi laut akibat sunga-sungai dari Kota Jakarta,” Ungkap Edi. Cerita Edi selengkapnya bisa disimak dalam “Perubahan Iklim Menuntut Keadilan Iklim, Edi dari Pulau Pari Menyampaikan Tuntutannya di Eropa”.

Itulah 5 dampak emisi karbon yang mungkin beberapa ada yang kita lihat dan terjadi saat ini. Semoga, kita bisa berupaya untuk menekan jejak karbon seminim mungkin dan beralih ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Climate Crisis, Potensi Besar Penyeimbangan Karbon, dan Bagaimana Mengelola Hutan Secara Berkelanjutan

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500 Perusahaan dan Brand yang Terlibat

Muhamad Iqbal adalah SEO content writer di LindungiHutan dengan fokus pada tulisan-tulisan lingkungan, kehutanan dan sosial.

Rawat Bumi LindungiHutan