Connect with us

Hutanpedia

Tanaman Purun: Emas Hijau dari Rawa, Berikut Ciri, Habitat, dan Manfaatnya

Published

on

Tanaman purun adalah

Sebagai negara yang memiliki wilayah lahan gambut terluas di Asia Tenggara, Indonesia diberkahi oleh potensi kekayaan hutan hujan tropis yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang lebih banyak dibandingkan negara-negara lainnya.

Kondisi tanah gambut yang mempunyai tingkat keasaman dan unsur hara yang tinggi, menjadikan rawa-rawa yang ada sebagai rumah yang memungkinkan budidaya dari berbagai macam tumbuhan, termasuk purun.

Tanaman purun adalah komoditas yang sering dimanfaatkan oleh penduduk lokal dalam menunjang perekonomian, terutama bagi mereka yang tinggal di sekitar wilayah gambut di Indonesia seperti Sumatera Selatan, Jambi, atau Kalimantan Selatan dengan kondisi geografis cukup banyak rawa-rawa yang digenangi air sepanjang tahunnya.

Apa itu Tanaman Purun?

Memiliki nama latin Lepironia articulata, dan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Cyperales, dan famili teki-tekian (Cyperaceae), tanaman purun adalah sejenis semak yang biasanya tumbuh liar di daerah lahan basah atau rawa gambut yang kerap tergenang air.

Gambar tanaman purun. By Wibowo Djatmiko (Wie146) – Own work, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=39461318

Berdasarkan penelitian Suprapto dan Yudha (2019), ciri-ciri dari tanaman purun adalah memiliki batang berongga tegak, dan tidak bercabang. Batangnya tidak berdaun karena daunnya tereduksi menjadi pelepah yang berbentuk buluh bagai membran yang menyelubungi pangkal batang.

Baca juga: 10+ Pohon Peneduh Rumah yang Cocok untuk Halaman

Umumnya purun mempunyai panjang sekitar 50-200 cm, dan ketebalan 2-8 mm dengan warna keabu-abuan hingga hijau mengkilap. Selain itu, terdapat bunga bulir berbentuk silinder yang majemuk dan bersifat hermafrodit yang terletak di ujung batangnya, dengan panjang 2-6 cm dan lebar 3-6 mm.

Purun dapat tumbuh dengan baik bahkan sepanjang tahun di habitat lahan yang selalu berair seperti tawar tepian danau, saluran tersier, dan terutama di tanah gambut.

Hal ini karena tanaman purun mampu beradaptasi dengan baik pada lahan bersulfur masam dengan pH rendah seperti pada tanah lempung atau humus dengan Ph 6,9-7,3, lalu juga di dataran rendah dengan ketinggian 0-1.350 m di atas permukaan laut, dan juga pada suhu 30-35°C dengan kelembaban tanah 98-100%.

Jenis-Jenis Tanaman Purun

Setelah mengetahui karakteristik umum dari tanaman purun, perlu diketahui pula bahwa terdapat setidaknya tiga (3) jenis tanaman purun, yaitu di antaranya:

1. Purun Tikus

Bernama latin Eleocharis dulcis, purun tikus adalah jenis tanaman purun yang dikenal berfungsi sebagai sumber bahan organik dan biofilter yang mampu menyerap racun dari logam berat seperti besi (Fe), aluminium (Al), sulfat (SO), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd).

Dengan kemampuan tersebut, purun tikus mampu tumbuh pada kondisi tanah yang buruk dengan pH 3 dan menukar kandungan aluminium, kandungan sulfat larut tinggi, dan kandung besi larut.

2. Purun Danau

Mempunyai nama latin Lepironia articulata Retz. Domin., perbedaan jenis purun danau dengan purun tikus dan purun bajang adalah ukurannya yang jauh lebih besar, yang mana purun danau memiliki daun yang lebih keras menyerupai kayu dan berbuku dengan garis yang lebih jelas dibandingkan jenis purun lain.

Gambar purun danau. By Tauʻolunga – Own work, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=2753189

Rongga pada bagian batang dari purun danau lebih mirip seperti batang bambu, dan bunga yang tidak terletak pada ujung batang seperti jenis purun tikus ataupun purun bajang.

3. Purun Bajang

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Harsono (2013) mengemukakan bahwa purun bajang sedikit berbeda dengan jenis purun tikus dan purun danau, yakni dilihat dari segi sifat fisis dan mekanis.

Ditemukan bahwa purun bajang relatif lebih licin dibandingkan jenis tanaman purun lainnya. Kendati demikian purun bajang masih bisa dimanfaatkan dalam usaha anyaman walaupun harus diperhatikan bahwa purun bajang memiliki nilai kuat tarik yang signifikan rendah, sehingga harus dilakukan proses pengeringan tanpa penumbukan.

Baca juga: Apa Itu Rotan? Klasifikasi, Karakteristik, Jenis, dan Manfaatnya

Manfaat Tanaman Purun

Tanaman purun dikenal luas dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan anyaman dengan diubah menjadi berbagai produk seperti tikar, tas, tempat tisu, dompet, sandal, dan lain-lain.

Bisnis kerajinan purun terbukti mampu mendorong perekonomian di berbagai wilayah gambut seperti Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Utara, dan daerah gambut lainnya.

Tidak hanya menjadi komoditas padat karya, tanaman purun juga sering diolah menjadi bahan pupuk organik agar meningkatkan kesuburan tanah di lahan gambut dengan menggabungkan kapur sehingga bisa menyediakan unsur-unsur hara yang bisa diserap oleh berbagai tanaman.

Penelitian lebih lanjut dari Asikin dan Thamrin (2012) menemukan bahwa purun tikus pada khususnya sangat bermanfaat sebagai tanaman perangkap hama penggerek batang padi putih karena lebih disukai oleh hama dalam meletakkan telurnya daripada padi. Selain itu, ekstrak tanaman purun tikus berpotensi dikembangkan sebagai bahan atraktan.

Kegunaan purun tikus juga bisa dikelola untuk menjaga keseimbangan ekosistem rawa karena menjadi tempat berlindung serangga musuh alami seperti parasitoid dan predator.

Apalagi yang lebih menakjubkan adalah purun tikus bermanfaat sebagai tanaman penyerap limbah industri kelapa sawit, karena fungsinya sebagai bahan pupuk organik dan biofilter yang mampu memperbaiki kualitas air dan menyerap unsur beracun dari besi, sulfur, timbal, merkuri, dan kadmium.

Baca juga: Mengenal Pohon Lontar, Memberikan Berkah dan Manfaat bagi Sekitar

Budidaya Tanaman Purun

Ragamnya potensi yang bisa diolah dari tanaman purun telah dimanfaatkan oleh banyak pengrajin dan petani lokal, namun masalah berkurangnya bahan baku juga sering terjadi karena berbanding lurus dengan permintaan.

Tidak heran telah banyak dilakukan praktik paludikultur yang merupakan suatu cara budidaya tanaman di lahan rawa gambut dengan menggunakan jenis-jenis asli yang terdapat di hutan rawa gambut tanpa memerlukan adanya drainase gambut.

Budidaya tanaman purun berguna untuk ekologis karena dapat memelihara kondisi asli rawa sehingga fungsi hidrologisnya terjaga sekaligus melestarikan keseimbangan flora, fauna, dan mikroba yang berhabitat di sana.

Dari segi ekonomi, budidaya purun berguna untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat lokal dengan usaha bahan kerajinan purun melalui anyaman purun.

Mengutip dari Kompas, cara budidaya purun pun sangat mudah dilakukan. Bahkan sangat didukung oleh pemerintah desa yang menyediakan lokasi budidaya purun di banyak tempat di Sumatera Selatan.

Adapun tata cara membudidayakan purun adalah dengan membuat lubang kecil sedalam 20 cm pada tanah gambut, yang kemudian diletakkan bibit tanaman purun ke dalam lubang tersebut dan dilanjutkan dengan menutup lubang tersebut dengan tanah. Diakhiri dengan mengikat batang purun setinggi hampir 1 meter supaya posisinya tetap tegak saat dipanen nantinya.

Baca juga: Panduan Program Penghijauan untuk CSR Perusahaan

Total, LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500+ Brand/Perusahaan!

Penulis: Prabu Haryo Pamungkas

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Survey LindungiHutan