Connect with us

Wilayah

Mangrove Teluk Benoa Bali, Semangat Menjaga Kelestarian Alamnya

Published

on

teluk benoa bali

Teluk Benoa termasuk wilayah pariwisata yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Teluk Benoa merupakan daerah tangkapan air atau tampungan aliran banjir melalui 5 sub daerah aliran sungai (DAS) di antaranya DAS Badung, DAS Mati, DAS Sama, dan DAS Bualu. 

Keanekaragaman ekosistem di Teluk Benoa sangat tinggi dan kompleks yaitu: ekosistem mangrove, terumbu karang (Coral reefs), padang lamun (Seagrass beds), dan daratan pasang surut (tidal flats). 

Ekosistem-ekosistem tersebut tentunya mempunyai keanekaragaman jenis flora, fauna, dan alam yang khas, saling berkaitan erat satu sama lainnya. Luas ekosistem mangrove di Teluk Benoa sendiri total sekitar 1.394,5 ha. Luas tersebut merupakan 62,9 % dari hutan mangrove di Pulau Bali sekitar yang mana tumbuh melingkari sisi Teluk Benoa dari Tukad Loloan sampai Tanjung Benoa dan sebagian di Pulau Serangan. 

Teluk Benoa Bali di Masa Lalu

Perairan Teluk Benoa pada abad ke-19  merupakan area strategis pelayaran, persinggahan, dan perdagangan dari berbagai negara seperti Cina, Bugis, Arab, dan pedagang dari Indonesia timur yang berlayar ke barat. 

Jauh sebelum Indonesia merdeka Teluk Benoa telah menjadi jalur interaksi budaya yang ramai. Kini, dapat ditemukan jejak-jejak pedagang Cina seperti guci, keramik dan kesenian Cina dan klenteng yang terdapat di Tanjung Benoa. 

Banyaknya budaya yang masuk, melahirkan budaya campuran (mestizo) yang menghasilkan adat- istiadat khas dan berbeda dengan wilayah lainnya. Selain itu, Teluk Benoa merupakan jalan wilayah kekuasaan dan jalan menuju istana kerajaan raja Badung di Puri Pemecutan. Jadi, bisa dikatakan bahwa Teluk Benoa adalah perairan yang berperan penting dalam sejarah maritim di Bali. 

Baca juga: Pantai Lowita, Pinrang, Sulawesi Selatan, Pantai yang Indah hingga Rumah bagi Penyu dan Dugong

Isu Lingkungan dan Reklamasi Teluk Benoa

Teluk Benoa Bali adalah salah satu wilayah terdampak aktivitas reklamasi dan alih fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Ekosistem mangrove yang rusak mengancam mata pencaharian nelayan sekitar. 

Meskipun, pembangunan tol Mandara Bali tidak mempunyai impact besar terhadap kandungan substrat, laju sedimentasi, fauna mangrove, dan komunitas makrozoobentos pada ekosistem mangrove Teluk Benoa. Namun, hasil studi mengatakan bahwa adanya perubahan tidak signifikan di antaranya perubahan suhu, kekeruhan air, penurunan pH sebesar 0,57, penurunan salinitas sebesar 3,88 %, dan penurunan kandungan DO sebesar 2,4 mg/L. 

Rencana reklamasi ini dilakukan oleh pengembang yang mengantongi izin pemanfaatan dan pengembangan Teluk Benoa untuk pengembangan beberapa wilayah. Adapun, beberapa wilayah perairan yang dimaksud di antaranya 1) Restorasi Pulau Pudut 2) Fisherman’s Cove 3) Botanical Garden yang terdiri dari konservasi keragaman ekosistem dan keragaman hayati yang ada di ekowisata mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan daratan pasang surut. 

Berbicara reklamasi teluk Benoa, tentu ada pro dan kontra di sana. Keuntungan yang didapat dari reklamasi ini adalah luas Pulau Bali akan bertambah, mangrove juga akan bertambah, terciptanya banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Bali di bidang akomodasi wisata dan munculnya ikon wisata baru di Pulau Bali. 

Akan tetapi, reklamasi teluk Benoa juga membawa tak sedikit dampak buruk seperti:

  • Kerusakan ekosistem-ekosistem di Teluk Benoa yang mana akan menganggu perekonomian warga nelayan sekitar,
  • Berkurangnya fungsi Teluk Benoa sebagai tampungan banjir dari daerah aliran sungai di sekitarnya, yang akibatnya akan membanjiri daerah sekitarnya seperti daerah Sanur Kauh dan Suwung Kangin,
  • Rentan terhadap bencana alam baik tsunami atau liquifikasi,
  • Peningkatan laju sedimentasi yang akan mengganggu keberlangsungan hidup terumbu karang, 
  • Hilangnya koneksi keragaman hayati dari “ kawasan segitiga emas” yakni kawasan Candi Dasa dan Nusa Penida,
  • Bencana ekologis semakin meluas karena akan ada pengerukan material di daerah lain untuk menguruk pulau reklamasi. 

Selain reklamasi, isu lingkungan lainnya di Teluk Benoa adalah adanya kandungan microplastic. Penelitian menyebutkan bahwa ditemukannya kandungan mikroplastik yang ada di perairan Teluk Benoa berasal dari daerah dekat muara Sungai Badung dan Sungai Mati, TPA Suwung, Pelabuhan Benoa bagian selatan, daerah muara Sungai Sama dan muara Sungai Bualu dengan rata-rata 0,49 (Partikel/m3). 

Kendati nilai itu masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan temuan mikroplastik di area luar mangrove Pantai Indah Kapuk, keberadaan mikroplastik tetap bisa membahayakan biota laut. 

Adapun, jenis mikroplastik yang ditemukan di perairan Teluk Benoa adalah fragmen, film dan fiber.

Baca juga: Kisah Edi dan Teh Aas Menjaga Pulau Pari di Tengah Ancaman Abrasi

Melindungi Hutan Mangrove Teluk Benoa Bali

Foto proses pelaksanaan penanaman pohon kampanye alam LindungiHutan di Teluk Benoa Bali.
Foto proses pelaksanaan penanaman pohon #HutanMerdeka LindungiHutan di Teluk Benoa Bali. (Dok: Business Development/LindungiHutan).

Keberadaan ekosistem mangrove di Teluk Benoa ini sangat penting karena mempunyai beberapa manfaat fisik, ekologi, maupun ekonomi. Secara fisik, hutan mangrove berperan sebagai barrier abrasi, tsunami, angin kencang, sekaligus menjadi sistem filter alami yang melindungi terumbu karang dan padang lamun dari sedimentasi dan sampah/limbah.

Selain itu, mangrove Teluk Benoa memegang peranan vital sebagai paru-paru kota mengingat letaknya yang strategis di daerah perkotaan. Dalam hal ini, mangrove dapat memproduksi oksigen sekaligus menyerap emisi karbon dan fungsi yang lebih besar, yaitu dapat menjaga kestabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 

teluk benoa bali
Kondisi mangrove di Teluk Benoa Bali. (Dok: Business Development/LindungiHutan).

Adapun potensi carbon stock yang dihasilkan hutan mangrove Teluk Benoa sekitar 35.349,87 tons yang dominan tersimpan pada spesies mangrove Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba

Merespon kondisi tersebut, LindungiHutan kembali galakkan usaha konservasi di Teluk Benoa agar ekosistem mangrove pulih kembali. Fokus konservasi di Teluk Benoa adalah ekosistem mangrove, terumbu karang (coral reef), dan padang lamun (seagrass). LindungiHutan bekerja sama dengan warga sekitar sejak tahun 2022 untuk kegiatan penanaman mangrove. 

Pohon mangrove ditanam untuk menahan abrasi, mengurangi dampak banjir di pemukiman warga, meningkatkan area tutupan hijau, membantu pengurangan emisi karbon, meningkatkan perekonomian petani dan warga sekitar, menyediakan jam kerja bagi warga sekitar dan memulihkan kondisi biota sekitar. 

Baca juga: 5+ Alternatif Kegiatan CSR yang Bermanfaat bagi Lingkungan

Hingga September 2023, LindungiHutan sudah melakukan 19 kampanye alam dengan total 7.026 pohon tertanam (0,02 ha) dan 30,46 kg CO2 ekv terserap. Sambut kampanye ini dengan ikut kontribusi penanaman pohon mangrove di perairan Teluk Benoa Bali, agar keberlangsungan ekosistem tidak berhenti!

Mari Bergabung Bersama LindungiHutan untuk Hijau dan Lestarinya Teluk Benoa Bali

Sampai saat ini, kami telah menanam lebih dari 700.000 pohon di 40+ lokasi penanaman yang ada di Indonesia. LindungiHutan juga membantu lebih dari 400 Mitra Hijau kami yang ingin terlibat aktif dalam kontribusinya terhadap upaya pelestarian lingkungan dan hutan.

Penulis: Zahidah Mahroini

Muhamad Iqbal adalah SEO content writer di LindungiHutan dengan fokus pada tulisan-tulisan lingkungan, kehutanan dan sosial.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rawat Bumi LindungiHutan