Connect with us

Hutanpedia

Reforestasi: Menyelamatkan Bumi, Membangun Masa Depan

Published

on

Reforestasi

Pada tahun 2050, diproyeksikan menunjukkan bahwa sekitar 23 juta hektare hutan akan hilang karena pertumbuhan populasi perkotaan yang terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh penggundulan hutan untuk memberi tempat bagi populasi manusia yang meledak. 

Padahal, kerusakan yang kita timbulkan terhadap lingkungan telah menyebabkan dampak yang merugikan bagi bumi dan semua makhluk yang tinggal di dalamnya.

Untuk itu, reforestasi hutan menjadi solusi potensial mengatasi permasalahan ini! Apa itu reforestasi?

Apa yang Dimaksud dengan Reforestasi?

Dikutip dari laman Conservation International, reforestasi adalah aspek dari restorasi. Restorasi adalah “pengembalian alam liar” dari sistem-sistem terkait dari bumi yang hidup. 

Dilansir dari laman American Forests, reforestasi melibatkan semua kegiatan, termasuk reboisasi, yang membantu mengembalikan hutan ke kondisi yang sehat.

Sementara menurut laman UNNREDD Programme, reforestasi adalah konversi langsung yang diinduksi oleh manusia dari lahan non-hutan menjadi lahan hutan melalui penanaman, penaburan, dan/atau promosi.

Hal tersebut akan diinduksi oleh manusia terhadap sumber benih alami, pada lahan yang dulunya berhutan tetapi telah diubah menjadi lahan non-hutan. 

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa reforestasi adalah semua kegiatan untuk mengembalikan hutan ke kondisi yang sehat melalui penanaman pohon, penaburan benih, dan/atau promosi. 

Baca Juga: Apa Itu Deforestasi? Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Pencegahan

Reforestasi berbeda dengan afforestasi. Reforestasi merupakan adalah langkah-langkah untuk menanam pohon-pohon di wilayah hutan yang telah mengalami penurunan jumlah pohon.

Sedangkan afforestasi merujuk pada penanaman pohon baru atau penaburan benih di area yang sebelumnya tidak ditumbuhi pohon, dengan tujuan menciptakan hutan baru.

Upaya reforestasi telah dilakukan di berbagai belahan dunia telah dilakukan sejak 1900-an contohnya di Benua Amerika. Di mana sebelum kedatangan orang Eropa, hutan belukar meliputi sebagian besar timur Amerika Serikat. 

Namun, penebangan kayu dan penggundulan untuk pertanian pada abad ke-18 hingga awal abad ke-20 menyebabkan kerugian hutan hingga lebih dari 90% di beberapa wilayah.

Pada tahun 1930-an, upaya pemulihan hutan dimulai dengan kombinasi pengabaian lahan pertanian yang tidak produktif dan reboisasi. Sejak itu, sekitar 15 juta hektare hutan telah tumbuh di wilayah timur benua Amerika.

Manfaat Reforestasi Hutan bagi Bumi dan Manusia

Selain untuk menyimpan karbon, menjaga, serta meningkatkan keanekaragaman hayati, ada beberapa manfaat reforestasi hutan lainnya. Berikut penjelasannya!

1. Menyimpan Karbon

Dilansir dari laman Climate Impact Partners, reforestasi adalah salah satu cara paling cara paling efektif untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis, menyimpannya dalam biomassa mereka dan di dalam tanah.

Menurut laman Forest Founders, fotosintesis adalah proses di mana CO2 ditangkap dari atmosfer dan air diserap dari tanah untuk tujuan diubah menjadi glukosa. Oksigen dilepaskan, dan sisa-sisa tanaman berkontribusi pada peningkatan komposisi tanah, mengoptimalkan penyimpanan karbon.

Pada dasarnya, dalam proses fotosintesis, pohon menyerap karbon dan mengubahnya menjadi nutrisi yang diperlukan untuk perkembangannya. 

“Kenapa kita perlu adanya hutan? Hutannya tetap ada jangan dibabatin, dialihfungsikan. Kalau di seluruh dunia, dengan nilai yang naik turun, karbon dan biomass-nya itu sekitar hampir 300 juta gigaton, bayangin kalau itu berkurang atau terlepas karbonnya, enggak tahu deh atmosfer kita masih bisa bertahan enggak,” Ungkap Haryo Ajie Dewanto, Technical Director Rimba Raya Conservation, dalam webinar Green Skilling LindungiHutan.

Itulah mengapa pengelolaan hutan mesti dilakukan dengan kacamata berkelanjutan! Selengkapnya, simak dalam artikel “Climate Crisis, Potensi Besar Penyeimbangan Karbon, dan Bagaimana Mengelola Hutan secara Berkelanjutan”

2. Meningkatkan Kualitas Udara

Fotosintesis, yang merupakan proses utama dalam reboisasi, tidak hanya berdampak pada penyerapan karbon tetapi juga pada pelepasan oksigen, menjaga keseimbangan lingkungan. 

Oleh karena itu, hutan sering disebut sebagai paru-paru planet kita, karena kontribusinya yang signifikan terhadap kualitas udara. Dengan demikian, semakin banyak hutan yang ada, makin bersih udara yang kita hirup. 

3. Meningkatkan Keanekaragaman Hayati dan Hewani

Hutan adalah tempat yang kaya akan keanekaragaman hayati, terutama di hutan tropis seperti hutan hujan Amazon yang dikenal memiliki ribuan spesies pohon dan lebih dari 50.000 jenis tanaman lainnya, serta fauna yang melimpah. 

Restorasi ini tidak hanya memerangi kepunahan spesies langka dalam kerajaan tumbuhan dan hewan, tetapi juga membantu memulihkan habitat satwa liar yang terancam karena penebangan hutan.

Oleh karena itu, reforestasi memainkan peran kunci dalam menjaga keragaman hayati dan mempertahankan populasi satwa liar yang terisolasi.

4. Manfaat Sosial dan Ekonomi Reforestasi

Dilansir dari laman TraceX Technologies, inisiatif reboisasi memberikan manfaat sosial ekonomi signifikan dengan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan dan mendukung mata pencaharian melalui agroforestri dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. 

Sebagai contoh, LindungiHutan pernah memetakan distribusi manfaat dari penanaman mangrove yang kami lakukan. Simak penjelasannya dalam “Peta Manfaat Tidak Langsung Penanaman Mangrove LindungiHutan”

Selain itu, upaya ini dapat meningkatkan ketahanan komunitas terhadap bencana alam dan memperkokoh hubungan spiritual dengan tanah serta warisan budaya. Hasilnya, daerah yang dihijaukan menjadi tujuan wisata yang populer, mempromosikan ekowisata, dan memberikan pendapatan tambahan bagi ekonomi lokal.

Proyek Reforestasi Menginspirasi

Berdasarkan laman Paysalia, terdapat beberapa inisiatif menanam kembali hutan atau penghijauan bumi dengan proyek skala besar di berbagai belahan dunia. 

Pertama, pada tahun 2016, India memecahkan rekor dunia Guinness dengan menanam 50 juta pohon dalam waktu 24 jam di Uttar Pradesh dengan bantuan 800.000 relawan. Langkah ini diambil untuk mengatasi masalah polusi udara di beberapa kota tercemar di India.

Kemudian, di Irlandia terdapat proyek “Climate Action Plan” yang bertujuan untuk menanam kembali 8.000 hektar hutan setiap tahun antara 2021 dan 2030. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah pohon setelah program kehutanan sebelumnya tidak mencapai target yang diharapkan.

Di Inggris terdapat proyek reforestasi “The Northern Forest” bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di Utara Inggris, di mana hutan hanya mencakup 7,6% dari luasnya. Dengan menanam 50 juta pohon selama 25 tahun, proyek ini diharapkan dapat memberikan pengembalian investasi sebesar 2,5 miliar pound sterling.

Sementara Tiongkok telah memulai program “Grain for Green” sejak tahun 1999 yang membayar petani untuk mengubah lahan pertanian menjadi hutan. Inisiatif ini sudah berhasil menghijaukan lebih dari 28 juta hektar lahan di China.

Beberapa negara di Afrika terlibat dalam proyek “Great Green Wall” yang bertujuan untuk memperlambat kemajuan gurun dengan menciptakan koridor hijau sepanjang 8.000 km. Setelah selesai, tembok ini akan menjadi struktur hidup terbesar di planet kita.

Baca Juga: Hutan Konservasi Adalah? Pengertian, Jenis, dan Fungsinya Lengkap

Upaya Reforestasi Hutan di Sekitar Kita! Mak Jah 10 Tahun Menanam Puluhan Ribu Mangrove di Bedono Demak

Desa Bedono merupakan salah satu wilayah yang terdampak langsung oleh fenomena abrasi. Sejak tahun 2001 silam, Desa Bedono dilanda oleh bencana bajir rob hingga menenggelamkan 200 rumah penduduk.

Dalam hal ini, abrasi yang terjadi di wilayah ini terjadi karena peningkatan permukaan air laut akibat adanya desakan dari reklamasi Pantai Marina dan pembangunan kawasan industri yang masif di Kota Semarang.

Tingginya potensi mangrove dalam mencegah fenomena abrasi apabila tidak didukung dengan upaya restorasi dan pelestarian ekosistem mangrove tentunya akan makin sulit untuk mengubah kondisi dan bencana abrasi yang terjadi di Desa Bedono.

Untuk itu, Mak Jah bersama keluarga memilih tinggal di kampung yang kini tenggelam terendam air laut. Dirinya bersama keluarga konsisten mendedikasikan diri untuk menanam dan merawat hutan mangrove yang ada.

Terhitung, lebih dari 10 tahun Mak Jah telah menanam lebih dari puluhan ribu mangrove di Desa Bedono Kabupaten Demak. Cerita selengkapnya bisa disimak dalam artikel “Sehari Bersama Mak Jah, Menanam Mangrove dan Rasanya Tinggal Sendiri di Tengah Lautan”

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman yang Tersebar di Indonesia Bersama 500+ Perusahaan dan Brand Terlibat!

Penulis: Fida Afra’ Effendi dan Muhamad Iqbal

Rawat Bumi LindungiHutan