Connect with us

Lingkungan

Dampak Krisis Iklim dan Mengapa Kita Menormalisasinya?

Published

on

Dampak krisis iklim

Artikel di-review oleh Alma Cantika Aristia, Product Lead LindungiHutan

Dampak krisis iklim di Indonesia perlahan mulai terasa nyata di depan mata. Mulai dari dari cuaca ekstrem hingga banjir di berbagai wilayah. Di belahan bumi lain, gelombang panas juga menyerang daratan Eropa, hingga banjir mengerikan di New York yang menelan korban jiwa.

Selama satu tahun ke belakang, dampak dari krisis iklim semakin nyata dirasakan oleh masyarakat dunia. 

Akan tetapi, di masa kini pemberitaan mengenai krisis iklim dapat secara mudah dimanipulasi, ditenggelamkan, atau dilebih-lebihkan tergantung permintaan pasar.

Tak hanya itu, krisis iklim kini dinormalisasi dan dianggap sebagai bagian dari perubahan alamiah bumi. Bahwa masyarakat kini cenderung lebih apatis terhadap isu lingkungan, khususnya iklim. 

So, supaya kita makin paham dengan dampak krisis iklim, berikut LindungiHutan rangkum ulasan lengkapnya!

Apa yang Dimaksud dengan Krisis Iklim?

Secara etimologi, krisis iklim adalah istilah yang menggambarkan pemanasan global serta situasi sangat genting akibat perubahan iklim yang menimbulkan efek negatif pada bumi serta manusia. 

Penggunaan krisis iklim sendiri sering dipakai oleh ilmuwan atau pegiat lingkungan dalam mengungkapkan kegentingan terhadap situasi genting yang terjadi berkaitan kondisi alam dan iklim.

Frasa ini juga menjadi sebuah simbol ‘rasa geram’ akibat apatisme masyarakat awam terhadap perubahan iklim yang ‘kurang’ menunjukkan situasi genting atau urgent.

Baca juga: Climate Crisis, Potensi Besar Penyeimbangan Karbon, dan Bagaimana Mengelola Hutan Secara Berkelanjutan

Penyebab Krisis Iklim

Sederhananya, penyebab krisis iklim adalah manusia. Aktivitas manusia yang menimbulkan gas rumah kaca menjadi penyebab paling utama pemanasan global, sehingga terjadinya krisis iklim. 

Semua berawal dari revolusi industri di tahun 1760-1850, sebuah gerakan besar-besaran di mana pekerjaan manusia di bidang pertanian, transportasi, hingga manufaktur tergantikan oleh mesin. 

Untuk menggerakkan mesin sendiri diperlukan energi atau tenaga yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil mengandung karbon yang besar, sehingga mampu menggerakkan mesin. Mulai dari batu bara, minyak, dan gas alam menjadi penghasil karbon yang terus ditambang manusia hingga saat ini sebagai bahan bakar penggerak. 

Gas emisi yang dilepaskan dari pertambangan, menjalankan industri, hingga berkendara menghasilkan gas rumah kaca yang dilepaskan ke ozon sehingga menghasilkan penipisan lapisan ozon. Seiring berkembangnya zaman, penipisan lapisan ozon yang menyebabkan pemanasan global tidak hanya berasal dari emisi gas rumah kaca saja. 

Mulai dari industri fast fashion, penggundulan hutan, sampai hal sederhana seperti penggunaan listrik secara sia-sia turut meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca, salah satunya karbon yang turut menipiskan lapisan ozon.

Berapa Jejak Karbon yang Kamu Hasilkan? Cek dengan Carbon Calculator Imbangi

Kalkulator-jejak-karbon-Imbangi-

Dampak Krisis Iklim

Krisis iklim melahirkan berbagai macam dampak. Tak hanya berimbas buruk kepada lingkungan, tetapi juga manusia dan makhluk hidup yang ada di bumi. Berikut beberapa dampak yang dimaksud:

1. Menipisnya Lapisan Ozon

Dampak krisis iklim yang paling utama adalah menipisnya lapisan ozon. Lapisan ozon menjadi sebuah ‘tameng’ yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Studi menyatakan bahwa sebanyak 99% radiasi sinar ultraviolet berhasil ditahan oleh lapisan ozon, sedangkan 1% lainnya sampai ke bumi. 

Lapisan ini secara alami terbentuk di atmosfer dan tersusun dari tiga molekul oksigen (O3). Sayangnya, dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari revolusi industri yang masif, mulai tahun 1980-1991 terdapat penipisan lapisan ozon yang masih terus terjadi hingga saat ini. 

Akibatnya, radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari akan secara langsung sampai ke bumi sehingga menyebabkan kanker kulit bagi manusia, kerusakan karang, hingga meningkatkan suhu bumi atau akrab disapa sebagai pemanasan global. 

2. Es di Kutub yang Mencair

Buntut dari dampak krisis iklim yang bergerak layaknya efek domino, maka pemanasan global yang diakibatkan dari menipisnya lapisan ozon membuat peningkatan suhu bumi sehingga es di kutub perlahan mulai mencair. 

Pada Desember 2021, terdapat berita mengejutkan mengenai penemuan ilmuwan Inggris atas melelehnya gletser raksasa sekurang negara bagian Florida, AS atau akrab disapa sebagai Gletser Thwaites. 

Apa yang terjadi di Floria apabila dirunut jauh ke belakang merupakan dampak krisis iklim yang kian nyata.

3. Bencana Hidrometeorologi

Hujan deras yang mengakibatkan banjir bandang menjadi sebuah hal yang dianggap normal oleh masyarakat Indonesia. Padahal, apabila diamati lebih lanjut, bencana hidrometeorologi sedikit-banyak menjadi salah satu dampak dari krisis iklim yang tengah terjadi di belahan dunia. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendefinisikan bencana hidrometeorologi sebagai bencana yang diakibatkan dari aktivitas cuaca ekstrem seperti curah hujan yang tinggi, siklus hidrologi, temperatur yang meningkat, hingga kelembapan. 

Awal tahun ini, beberapa daerah di Indonesia seperti Depok, Yogyakarta, hingga Ponorogo mengalami cuaca ekstrem yang tergolong ke dalam bencana hidrometeorologi. Akibatnya, berbagai aktivitas sehari-hari hingga perekonomian turut terhambat akibat mobilisasi yang terbatas. 

4. Kerusakan Ekosistem Laut

Dampak krisis iklim bagi laut tidak hanya mengenai peningkatan permukaan air, sehingga potensi tsunami atau bencana alam lainnya akan turut naik, melainkan juga ekosistem laut yang kian terancam. 

Padahal faktanya, laut dipercaya menyerap 25% emisi CO2 dan menangkap 90% panas yang dihasilkan dari emisi karbon.

Studi menyatakan bahwa pemanasan global yang mencapai 1,5 derajat Celcius akan mengurangi populasi terumbu karang sebanyak 70-90%, sedangkan suhu bumi yang memanas hingga 2 derajat Celcius akan membunuh seluruh terumbu karang yang ada. 

Hal ini juga akan berpengaruh terhadap erosi dan degradasi pantai hingga ikan yang mati akibat air laut yang kian panas.

Baca juga: Pengertian Blue Carbon dan Manfaat Karbon Biru

5. Meningkatkan Angka Kemiskinan

Dampak krisis iklim paling nyata justru lebih dirasakan masyarakat rural alih-alih masyarakat urban. Hal ini disebabkan oleh masyarakat rural yang sebagian besar masih menggantungkan kehidupan pada alam sebagai mata pencahariannya, seperti bertani atau menangkap ikan. 

Cuaca ekstrem yang diakibatkan dari krisis iklim menyebabkan terjadinya gagal panen maupun kematian ikan sebagai hasil tangkapan. Di samping itu, daerah rural memiliki potensi besar untuk mengalami kelangkaan air bersih akibat kekeringan yang terjadi. 

Laporan tahunan mengenai iklim menyatakan bahwa Afrika menjadi wilayah paling terdampak dari krisis iklim yang terus memburuk setiap tahunnya. Hal ini turut berdampak pada kesehatan, keamanan, hingga angka kemiskinan di negara tersebut.

6. Potensi Terjadi Inflasi Pangan

Pertanian menjadi salah satu sektor yang terasa dampak krisis iklim yang terjadi.Sektor ini menggantungkan kehidupan pada temperatur udara, ketersediaan air, dan curah hujan. 

Apabila krisis iklim menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi, maka perubahan pola musim pun akan mengganggu jalannya pertanian. 

Gagal panen menjadi skenario terburuk yang dihadapi oleh petani maupun masyarakat Indonesia. Padi sebagai bahan pokok pangan bersifat inelastis dalam teori model ekonomi supply and demand. 

Akibatnya, harga pangan akan meroket dan permasalahan gizi menjadi ‘momok’ baru di tengah masyarakat.

7. Faktanya, Perubahan Iklim Memengaruhi Kesehatan Manusia

Terakhir, dampak krisis iklim seperti kenaikan suhu bumi juga memengaruhi kesehatan manusia. Secara langsung, dapat dipengaruhi dari perubahan suhu, curah hujan, tinggi permukaan air laut, dan perubahan cuaca. 

Secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kualitas air, udara, lingkungan, penurunan fungsi ekosistem, penipisan lapisan ozon, dan degradasi lahan. Perubahan iklim mengakibatkan risiko-risiko kesehatan antara lain seperti:

Penyakit Tular Vektor

Kasus penyakit yang muncul terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti DBD, malaria, chikungunya, leptospirosis, filariasis, dan lain-lain cenderung mengalami kenaikan. 

Kelembapan, curah hujan, dan jumlah hari hujan memiliki hubungan yang positif dengan DBD. Makin tinggi curah hujan dan hari hujan, maka tempat untuk berkembang biak nyamuk makin luas. 

Penyakit Tular Air

Dampak krisis iklim mengakibatkan timbulnya kekeringan yang disebabkan oleh pemansan global. Ketidakcukupan air untuk kebutuhan sehari-hari dapat membuka peluang terbawanya penyakit seperti diare. 

Penyakit Tular Udara

Ozon di permukaan tanah yang tidak dapat dilepaskan ke atmosfer dapat memengaruhi paru-paru dan berbahaya bagi penderita paru kronis dan asma. Polutan lain seperti “partikel”, jika dihirup hingga mencapai bagian paru-paru terdalam menyebabkan penurunan daya pandang atau kabut pada penglihatan.

Well, it’s time for us to change! Start with yourself!

Baca juga: Konservasi Hutan Mangrove, Pentingnya Menjaga Ekosistem Pesisir

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50+ Lokasi Penanaman Bersama 500+ Brand dan Perusahaan

FAQ

Apa itu krisis iklim?

Krisis iklim adalah istilah yang menggambarkan pemanasan global serta situasi sangat genting akibat perubahan iklim yang menimbulkan efek negatif pada bumi serta manusia. 

Apa penyebab krisis iklim?

Sederhananya, penyebab krisis iklim adalah manusia. Aktivitas manusia yang menimbulkan gas rumah kaca menjadi penyebab paling utama pemanasan global, sehingga terjadinya krisis iklim. 

Apa dampak krisis iklim

Menipisnya Lapisan Ozon, es di kutub mencair, bencana Hidrometeorologi, kerusakan ekosistem laut, dsb.

Penulis: Abita

Survey LindungiHutan