Connect with us

Penggerak

Kisah Dayanto dan Slamet Lestarikan Mangrove di Pesisir Tangkolak, Kabupaten Karawang (2023)

Published

on

Kisah Dayanto dan Slamet Hijaukan Pesisir Tangkolak.

Selalu ada alasan untuk seseorang tergerak melakukan apa yang ia percayai, termasuk dalam hal menjaga lingkungan. Kita bisa belajar dari banyaknya kisah yang mungkin barangkali satu duanya pernah kamu dengar.

Seorang kakek tua yang menanam puluhan ribu pohon di punggung bukit selama 24 tahun, atau sekelompok masyarakat di Gunung Kidul yang rutin menanam pohon beringin demi menghidupkan mata air.

Kendati kerap dianggap sia-sia, toh hal tersebut tetap mereka lakukan terus menerus.

Bagi beberapa orang keyakinannya untuk ikut melestarikan alam tampaknya memang tak bisa ditawar. Seperti yang dilakukan oleh Dayanto dan Slamet Abadi, menanam dan menjaga mangrove di Dusun Tangkolak Karawang. Bagaimana kisahnya?

Kondisi Dusun Tangkolak, Kabupaten Karawang

Foto Dusun Tangkolak.
Kondisi Dusun Tangkolak di lihat dari atas.

Terkenal sebagai kawasan industri, Karawang ternyata menyimpan cerita di daerah pesisirnya. Tahun 2020, gelombang besar sempat menerjang Pesisir Tangkolak. Peristiwa tersebut telah menghancurkan destinasi wisata pantai mangrove yang ada.

Hasilnya, 1,2 km garis pantai rusak berat. Kurang lebih 5 hektare lahan mangrove tenggelam sehingga lebih dari 100 ribu pohon mangrove hancur.

Padahal kondisi Pesisir Tangkolak yang dulu sangat berbeda dengan sekarang. Paling tidak itulah yang dikatakan oleh Dayanto.

“Saya teringat dulu Tangkolak ini hutan mangrove-nya luas, tambaknya juga enggak sedikit, sekarang tambaknya tinggal beberapa dan hutan mangrovenya itu tipis, makanya saya kepingin lagi mengembalikan kaya waktu zamannya saya dulu, saya punya ketakutan kampung saya ini hilang gara-gara enggak ada hutan mangrove,” Ungak Dayanto.

Baca juga: Cerita Alpiah Mengenalkan Olahan Mangrove Bersama Kelompok Kebaya Muaragembong Bekasi (2023)

Penyesalan Dayanto, Dari Benci Menjadi Cinta!

Foto Dayanto, petani mangrove dari Pesisir Tangkolak.
Dayanto sosok penghijau dari Pesisir Tangkolak.

Ketakutan Dayanto ia lawan dengan menanam mangrove. Dirinya bersama Kelompok Kreasi Alam Bahari melakukan banyak kegiatan untuk melestarikan kawasan mangrove di pesisir Tangkolak.

“Kegiatan saya sehari-hari itu mengurus mangrove, pembibitan, sesekali melakukan penyulaman, dan bersih-bersih sampah, karena di sini itu banyak sampah kalau lagi musim rob,” Jelas Dayanto.

Dayanto bersama Kelompok Kreasi Alam Bahari mulai menggeluti mangrove sejak tahun 2014. Awalnya ia mengaku sama sekali tak memperdulikan soal mangrove, bahkan sempat ikut merusak terumbu karang.

“Karena dulunya saya itu perusak terumbu karang, saya dulunya penyelam kompresor, ngambilin terumbu karang dan ikan hias,” Ungkap Dayanto

Sampai di suatu saat, Dayanto diingatkan untuk tidak lagi mengambil terumbu karang, mengingat perlunya menjaga keanekaragaman hayati untuk generasi selanjutnya.

“Ada salah satu waktu itu, saya diingatkan, tolong jangan diambilin terumbu karangnya karena nanti di anak cucu kita itu sepuluh lima puluh tahun ke depan enggak kebagian, karena terumbu karangnya rusak,” Sambung Dayanto.

Kendati sudah diingatkan, Dayanto tak bergeming, hingga di suatu momen, ia sadar dan memulai jalan barunya mencintai lingkungan melalui mangrove.

“Tahun 2013 itu saya berpikir, kalau 10 tahun mungkin saya masih hidup, tetapi 50 tahun mungkin saya sudah mati, berarti nanti ceritanya ke anak cucu saya jelek, dulu terumbu karang itu bagus, gara-gara kakek kamu tuh jadi jelek begini, nah dari situ saya mulai sadar dan saya belajar di mangrove,” Tutur pria berumur 50 tahun tersebut.

Lokasi pembibitan mangrove di Pesisir Tangkolak, Karawang.
Lokasi pembibitan Kelompok Kreasi Alam Bahari.

Sampai saat ini, Kelompok Kreasi Alam Bahari telah menanam 3 jenis bibit bakau sebagai upaya untuk membuat sabuk hijau atau green belt alami.

“Fokus kami itu buat sabuk hijau, buat penahan abrasi, jadi fokusnya itu di 3 bibit sekalipun nanti kami rencananya ada sekitar 10 bibit nanti yang kami mau lestarikan di sini, kalau sekarang baru 3 bibit, jenis bakau, api-api lanang ama api-api wadon, atau Rhizophora avicennia atau alba,” Jelas Dayanto.

Melawan Abrasi dengan Mangrove

Sosok Slamet Abadi, mitra petani LindungiHutan.
Bersama UNSIKA Peduli Mangrove, Slamet Abadi turut serta dalam upaya penghijauan Pesisir Tangkolak.

Dayanto memang tak sendiri, ada Slamet Abadi yang turut membantu melestarikan Pesisir Tangkolak bersama kelompok Unsika Peduli Mangrove.

“Awal mula terbentuknya Unsika Peduli Mangrove itu berawal dari tahun 2015 karena kami seorang dosen yang wajib menjalankan tri dharma perguruan tinggi terutama di bidang pengabdian masyarakat, maka kami concern ke daerah tangkolak ini untuk bisa mengembangkan mangrove di Pesisir Karawang,” Tutur Slamet.

Bibit mangrove.
Aktivitas di lokasi pembibitan mangrove.

UNSIKA Peduli Mangrove hadir untuk membantu dalam melakukan pembibitan hingga penanaman. Sebab, kerap kali dari hasil pembibitan, tanaman mangrove rusak lantaran diterjang rob. Tentu, perlu siasat supaya penanaman tidak sia-sia.

“Dari pembibitan ini kita mencoba antara 2015 sampai 2017 itu nanam pasti akan rusak diterjang rob yang ada di pesisir utara, jadi kita sia-sia menanam mangrove, tetapi dengan berbagai cara dan solusi kita akhirnya mendapatkan metode yang terbaik yaitu dengan program rumpun berjarak,” Jelas Slamet

Metode program rumpun berjarak dipilih karena dapat mengantisipasi rob dengan sedemikian rupa. Walhasil, mangrove yang ditanam dijamin bisa tumbuh dengan baik.

Apa yang dilakukan oleh Slamet bersama Unsika Peduli Mangrove semata-mata hanya untuk mewujudkan alam yang lestari. Karena bagaimanapun juga, alam yang lestari merupakan faktor penting guna menunjang kehidupan makhluk hidup di bumi.

“Unsika peduli mangrove di sini bukan mencari profit, kita ingin mencari amal di mana kita ingin menanam mangrove agar oksigen kita banyak, meskipun kita tidak memiliki lahan tetapi yang penting kita punya akses untuk menanam mangrove supaya Karawang mangrovenya lebih bagus,” Jelas Slamet.

Stop Buang Sampah di Sungai Citarum! Ini Dampaknya!

Foto timbunan sampah.
Foto timbunan sampah yang ada di kawasan hutan mangrove Dusun Tangkolak, Karawang.

Buat kamu yang masih suka buang sampah sembarangan, ke sungai misalnya, Stop mulai sekarang! Kalau kamu merasa bahwa sampah yang dibuang hanyalah sedikit, jadi enggak apa-apa. Eits, tunggu dulu! kalau ada 1.000 orang yang kaya kamu, yang membuang sampah ‘sedikit’ sepanjang sungai, bagaimana jadinya ketika sampai di muara?

Baca juga: Kelompok Tani Hutan Remaja Tanjung Burung Jaga Keasrian Muara Cisadane (2023)

Hal tersebut menjadi kekhawatiran Slamet, terlebih sampah merupakan musuh utama dalam kawasan hutan mangrove.

“Harapan ke depan mohon jangan membuang sampah di sungai-sungai Citarum, karena anda membuang sampah di Citarum akan merusak mangrove-mangrove yang baru ditanam sehingga dia akan mati, kita sia-sia menanam mangrove,” Tutur Slamet.

Sementara bagi Dayanto, ia berharap LindungiHutan bersama Unsika Peduli Mangrove terus aktif dalam melakukan penghijauan kawasan mangrove di Pesisir Tangkolak, Kabupaten Karawang.

“Harapannya LindungiHutan.com sama Unsika yang selalu aktif di sini, yang pernah ngebantu di sini di tengkolak ini, pengembangan wisatanya, penanaman mangrovenya tolong jangan tinggalin karena kami masih butuh bimbingan butuh perhatian,” Pungkas Dayanto.

Continue Reading
1 Comment

1 Comment

  1. Rehoboth

    14/04/2023 at 09:01

    Wonderful post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sedekah Pohon LindungiHutan